Chapter 7

13 4 0
                                    

"mercusuar"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"mercusuar"


• • •

Satu hal yang jelas pasti Sura rasakan adalah semburat kilap matahari yang sudah tiada hangat lagi, alih-alih panas dan menyengat. Butuh waktu dan usaha yang banyak bagi Sura untuk akhirnya bisa menyesuaikan pandangannya. Manakala dia sadar tangannya terasa berat, di sana dia menemukan Hongjoong yang sedang tertidur lena mendekap tangannya dengan sangat erat. Terulas senyum pipih, Sura membelai pipi Hongjoong, penuh hati-hati hanya bertujuan agar pemuda itu tetap terlelap di bunga tidurnya.

Sura menilik ke sisi ranjangnya, lebih akuratnya ke arah meja kecil tepat di samping ranjangnya. Pukul 10 pagi. Semestinya Sura hanya fokus melihat jam yang terus berdetik itu, tapi pandangannya teralih saat tidak jauh dari jam itu, secangkir teh yang sudah mendingin tersaji dengan aroma yang sedap. Sura tahu itu teh jahe. Maka mengernyitlah dahi Sura, bertanya-tanya bagaimana pemuda yang sedang terlelap itu bisa membuatkan teh untuknya. Namun, persoalan itu sepertinya tidak akan terbengkalai lama saat Sura menyadari tangan Hongjoong merah jambu. Ah, dia lagi-lagi melakukan hal yang ceroboh untukku. Agak-agaknya itu yang membesit di benak Sura.

Tergesa ingin merawat luka tersiram air panas itu, Sura mengetuk-ketuk pelan hidung Hongjoong, "Joong, Hongjoong. Bangun, ya?"

Yang diketuk hidungnya bangun dengan sigap meski tidak pelak dia terlihat seperti orang linglung. "Ra, kau tidak apa-apa?" tanyanya lantang begitu saja.

Sebetulnya, pertanyaan ini seharusnya sudah gentas dilontarkan semalam, tepat saat Hongjoong kebingungan mendapati Sura pulang bersama laki-laki asing dalam keadaan semaput karena mabuk. Namun, Hongjoong seperti tidak mendapat kesempatan untuk bertanya demikian semalam. Laki-laki asing itu lekas-lekas pergi setelah berhasil membaringkan tubuh Sura di kasur dan Sura sudah tidak dapat dibangunkan, pingsan betulan.

"Aku agak pusing, Joong. Hangover. Terima kasih sudah membuatkan teh jahe untukku, tapi tehnya sudah dingin," jawab Sura lantas terkekeh pelan.

"Walaupun sudah dingin tapi kau harus minum tehnya loh, Ra. Kerja kerasku itu." Sambil bersungut-sungut ia protes. Menggemaskan sekali. Sukses membuat Sura menumbuhkan niat memasukkan pemudanya itu ke kantong celananya saking gemasnya.

"Iya, tanganmu saja sampai kena air panas, kan? Sakit?"

Hongjoong menggeleng yakin, "Lebih sakit saat aku tahu kau mabuk sendirian, Ra. Kau ada masalah?"

"Jangan dipusingkan. Omong-omong bagaimana aku pulang tadi malam?" Seperti tergesa-gesa, Sura mencari topik pembicaraan yang lain. Hal ini bertujuan supaya Hongjoong tidak berlarut-larut dengan pertanyaan terakhirnya. Bahkan sampai akhir, Sura seperti tidak akan menceritakan masalahnya kini ke Hongjoong. Sura tidak berdaya apabila nantinya pemuda ini menyalahkan dirinya sendiri atas ketidakmampuannya menjaga atau pun membela Sura. Barangkali Sura memang berpikir dirinya sekuat itu, memanggul bebannya sendiri.

mercusuar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang