[2] Kucing Putih

852 89 19
                                    

[2]

"Wah ini kucing gemuk punya tetangga sebelah kayaknya deh kok bisa deket jalan raya sih kamu cing?" si kucing mengerjapkan matanya sangat menggemaskan, bulu tebal putih bersih milik tetangga [name] ini memang sama rapinya seperti pemiliknya.

Saat itu langit senja hampir tenggelam di pucuk barat menutup hari melelahkan sepulang kerja wanita yang kabarnya sih nggak mau nikah nih, di tambah lagi si [name] melihat kucing gembul imut langsung saja lelah letih lesunya hilang dan sirna begitu saja.

"Cing, sini aku anterin ke rumah kamu deh ini udah mau maghrib loh"

Tak perlu basa basi lagi segera saja ke rumah si mas pemilik berhektar tanah warisan sang nenek, iri sih kadang melihat anak tetangga pada berhasil tapi tetap dong harus semangat.

Terlepas si kucing gembul yang ia gendong tadinya spontan kaget mengejar, eh malah ke sawahnya mas Shinsuke udah panik banget di kira mau kabur kan makin berabe. Si kucing kenapa dah tau aja ada oba-chan kak Kita di sana lagi duduk mau pulang habis berkebun.

"Loh oba-chan belum pulang?" [name] mencoba basa basi sejenak memulai topik.

"Eh ada mbak [name], oba-chan sebentar lagi mau pulang habis metik timun, mbak mau?" senyum tulus cerahnya oba-chan memang mirip sekali dengan kak Kita, ya namanya udah di asuh dari kecil kan ya.

"Oba-chan nggak keberatan?"

"Nggak mbak, kalau mau ayo mampir ke rumah lagi, akhir-akhir ini sudah jarang kayaknya ke rumah. Apa karna Shinsuke jadi malu ke rumah lagi?"

"Aduh, oba-chan kok tau aja" di bilangin begitu siapa yang nggak malu.

"Maaf oba-chan" menjawab senetral mungkin biar nggak keliatan banget malunya.

"Santai saja ya [name]" tentu saja si mbak ini senyum setulus senyuman yang di sampaikan sama oba-channya mas Kita. Belum pula sempat di sebut namanya sudah datang saja orangnya.

"Oh ada dek [name]" makin salting nggak tuh udah kayak kesetrum saja si mbak [name] melihat Kita Shinsuke di sana habis keringetan pakai singlet hitam lengkap dengan topi handalannya.

"Gusti, boleh lirik dikit nggak sih? Sayang kan kalau di lewatin pemandangan sekalian cuci mata juga" mulai lagi ulahnya kan, [name] ke sadar begitu saja karena keingat perihal dia nggak mau nikah.

"Mbak nggak apa-apa?" Oba-chan berdiri dari duduknya yang ada di dalam gubuk pinggir sawah membawa kucing gembul di pangkuannya serta kak Kita sudah ada keranjang buah segar pada kedua tangannya.

"Nggak apa-apa kok oba-chan hehe, mbak bantu ya"

"Boleh terima kasih mbak [name]."

🦊🌾

Mentari benar sudah terbenam lelap di ujung memulai bulan terang siap menerangi langit malam. Didapati mas Kita habis mandi rambutnya basah melingkar handuk putih di atas pundaknya, Oba-chan pun juga sudah siap mengganti pakaian. Kadang heran lihat orang yang udah tua gini, kok masih seger aja ya keren banget.

"Dek sudah makan?" godaan liat kak Kita kok makin cakep aja ya, emang cakep sih cuma damagenya tuh ente kadang-kadang.

"Iya mas? Eh iya kak?" bego banget ngapain coba jawabnya pake mas dan adek segala, kayak pasut---hush ngarut.

"Belum makan itu mbaknya, Shinsuke" oba-chan notice karena tubuh lemas keliatan sepertinya. Kita Shinsuke manggut-manggut.

"Nggak perlu repot-repot kak"

"Kamu udah sampai di sini, makanlah paling tidak sedikit" makin segan deh akhirnya mutusin buat makan di rumah kak Kita bareng oba-chan, kucing gembul sudah kembali ke kandangnya.

"Kak Kita butuh bantuan?" karena [name] di biarkan duduk tetap ingin memasak bersama mas Kita sementara oba-chan sudah di larang untuk memasak terlalu lama di dapur.

"Boleh, ayo masak bersama"

Sudah berapa kali si mbak [name] menatap kak Kita hampir salah fokus, apa nggak iya parasnya itu buat anak gadis orang meleleh terus. Pantes sih banyak yang naksir mana tiap hari ada aja tuh yang nyapa sambil modus.

"Kak Kita permisi, oba-chan permisi" panjang umur, ada yang datang pastinya ya anak gadis tetangga lain dalih mau deketin kak Kita.

"Masuk" kak Kita menjawab singkat melirik sekilas arah pintu samping yang berhubungan dengan dapur.

"Wah ada mbak [name] nih, ngapain mbak di sini?" lihatlah tatapan julidnya cocok main peran antagonis.

"Lagi masak bareng, oba-chan mengajak makan di rumah" jawab singkat aja, nggak perlu di lirik fokus ke masakan aja takut gosong di rumah orang.

"Oh, kak Kita ini ada sedikit kue lapis enak banget kak...oba-chan coba juga ya" nyamber aja ni anak duduk di samping oba-chan yang lagi minum segelas teh hijau kesukaannya.

"Iya kak nanti oba-chan coba ya" kelihatan tau kalau oba-chan lagi capek baru habis berkebun di samber gitu, kan mau tenang dulu.

Akhirnya dia pasrah langsung keburu pamit. Oba-chan menghabiskan teh hijau hangat tadi segera ke kamar tidur untuk istirahat sebentar katanya.

Tinggallah dua insan yang satunya lagi nahan biar nggak melting yang satunya lagi pun ikut malu-malu kucing. [name] sangat tidak fokus panci penggorengan mengenai tangannya memerah. Dengan sekejap mata ntah apa yang terjadi kak Kita meraih tanganku sembari menghembuskan dengan nafas kecil ke arah tangan memerah ini.

"Kak Kita aku beneran nggak apa-apa serius" lekas menarik tangan di hidupkan keran agar terkena air. Bukan cuma tangan doang yang merah, ini muka udah jadi rebusan makanan.

"Dek, jangan langsung di kasih ke air gitu"

"K-kak Kita habisnya buat kaget"

"Loh kenapa?"

"Kok tanya kenapa sih?!" usai sudah si [name] hampir mau kabur aja rasanya saat itu juga, tapi karena coba kalem cool biar keren kan tetep lanjutin masak.

"Maaf kalau lancang" wajah kak Kita sedikit meredup, makin imut aja liatnya.

"Eh nggak gitu kak, aku cuma kaget tadi serius kan kak Kita juga spontan" mencoba bersikap biasa aja padahal nggak tau aja jantung udah di bawa melayang.

Secara [name] emang jarang malah nggak pernah niat sentuh atau salaman sama laki-laki, apa nggak ketar ketir si mbak.

"Iya dek, mas khawatir aja tadi kamu tangannya kena panci bisa melepuh bahaya" kak Kita menerangkan apa yang bisa ia terangkan agar tidak terjadi kesalahpahaman.

"Iya kak aku ngerti kok" ntah gimana aku manggilnya tetep pakai 'kak' sementara kak Kita manggil dirinya 'mas'

"Dek"

"Iya kak?"

"Ayo menikah dengan mas"

JEDER!

Bukan lagi bagai petir di siang bolong ini mah! Serius di sini di rumah kak Kita yang sedang memasak berpakaian kaos putih, di sampingnya ada wanita iming-iming nggak mau nikah bahkan sudah bulat pula tekadnya mau mikirin masa depan karena takut sama pernikahan yang takut kejadian kayak sinetron. Hilang sudah sakit kena panci tadi malah tambah kebingungan mbak [name].

🌾🦊

Ceritanya random banget yak 😭
Moga kakak-kakak sekalian suka dengan ceritanya, ada kritik dan saran boleh di sampaikan dong hehe first buat fanfiction.

MAS SUAMI [KITA SHINSUKE X READER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang