Chap 18: Terciduk

281 29 5
                                    

Sekarang di sekolah tepatnya di kantin biasalah selain tempat untuk mengisi perut juga untuk merumpi.

Contohnya geng Jisung ini. Merumpi hal random apalagi Felix dan Hyunjin yang menanggapinya dengan heboh. Tapi ada yang aneh karena biasanya Jisung ikut heboh tapi kali ini tidak dan itu membuat kawan-kawannya bingung.

"Lo kenapa Ji?"

"Iya lo kenapa dah? Tumben diem? Biasanya kalo lagi cerita babi lo yang paling semangat apalagi suka bandingin sama Jeno."

"Heh bangsat kurang ajar mulut lo!"

Hyunjin memasang wajah julidnya dan dibalas pukulan dikepala oleh Jeno. Dan keduanya malah saling pukul pukulan, tenang hanya main-main kok.

"Bisa diem gak? Atau gue siram muka kalian pake sambel ini nih hah?!." si Kim nyai Seungmin mulai bersabda sembari memegang sambelnya.

Dua dominan itu langsung kicep dan nyengir lebar sambil menggeleng ribut.

"Ampun mak ampun hehe."

"Nih si Jenong duluan yang mukul gue beb. Puyeng pala gue."

Seungmin merotasikan matanya malas lalu ia beralih menatap Jisung. "Jadi lo kenapa Ji? Ada masalah?."

"H-ha? O-oh emm itu..gak kok gue gapap-"

Belum sempat Jisung dengan ucapannya tiba-tiba saja telfonnya berdering membuat yang ada dimeja tersebut terlonjak kaget termasuk Jisung.

Lalu Jisung merogoh ponselnya dan terdiam sejenak saat melihat nama yang tertera dilayarnya.

"H-halo?."

"Apa ini dengan tuan Han Jisung? "

"I-iya saya sendiri. Emm ada apa ya? Terjadi sesuatu dengan ibu saya?." tanya Jisung cemas.

Felix yang tau arah pembicaraan Jisung kemana ia langsung memeluk Jisung untuk menenangkan diikuti oleh Seungmin.

Sementara Hyunjin dan Jeno hanya menyimak saja. Walaupun tak dipungkiri keduanya ikut merasa cemas karena memang mereka cukup dekat dengan ibunya Jisung.

"HAH?! T-tapi uang saya masih belum cukup untuk membayar. T-tolong kasih say keringanan bu saya mohon. Tolong operasi ibu saya dulu bu saya janji akan bayar uangnya kalau sudah terkumpul hiks."

Mata Jisung berkaca-kaca sambil menggigit kukunya. Sambungan telfon putus barulah Jisung menangis dan teman-teman Jisung dengan sigap menenangkan temannya itu.

"Hiks huhuu g-gue gatau harus gimana lagi cari uang hiks kata dokter bunda kondisinya memburuk dan kritis hiks harus segera di operasi hiks tapi gue belum ada uang hiks huhuu."

Jisung menangis pilu sambil menjelaskan pada temannya dengan nada gemetar. Teman-teman Jisung yang mendengarkan turut sedih namun sekeras usaha apapun mereka untuk menawarkan bantuan pada Jisung. Jisung terus menolak.

"Ji, gak ada pilihan lain. Izinin kita bantuin berobat buat bunda lo oke?" rayu Hyunjin meskipun ia tahu Jisung pasti akan menolaknya kembali dengan berbagai alasan.

"Gue gamau Jin hiks gue udah ngerepotin banyak ke kalian. Hiks biayanya cukup banyak hiks pasti kalo gue utang ke kalian, kalian gamau gue balikin uangnya. Iya kan? Hiks gue udah tau tapi gue gamau hiks huhu."

Hyunjin menatap Felix dalam diam berusaha menyuruh Jisung untuk membantunya merayu lewat tatapan mata. Dan Felix langsung paham. "Iya, lo kan temen kita. Kita ikhlas bantuin lo Ji, jadi gak usah diganti juga gapapa. Mau ya?"

Sekali lagi Jisung menggeleng membuat teman-temannya itu menghela nafas sendu. Astaga sungguh keras kepala sekali tupai yang satu ini. Niat ingin membantu tapi terus saja menolak dengan embel-embel merasa gak enak.

Querencia || ChanSungWhere stories live. Discover now