Part 25

3.5K 651 92
                                    

Tari keluar dari sebuah toko roti, wanita berumur 45 tahun itu baru saja selesai membeli roti untuk sarapan pagi besok. Tari melihat ke arah jam tangan miliknya dan melihat kalau jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Bergegas Tari segera ke mobil yang terparkir di depan toko roti. Sudah seharusnya Aji pulang tetapi pria itu masih mau mengantarkan Tari ke toko roti sebelum pulang.

Semakin lama Tari semakin tertarik dengan Aji walau wanita itu berusaha menutupi perasaannya tetapi ketika beberapa kali sering memergoki Aji sedang melihat ke arahnya dengan tatapan tertarik membuat Tari rasanya ingin menggoda pria itu dan melihat sejauh mana dan berapa lama lagi Aji bisa menahan godaan dari Tari.

Tari bahkan sekarang duduk di samping Aji, di depan, bukan lagi di belakang dan ketika dia duduk di belakang, Tari juga sengaja menggoda Aji dengan duduk mengangkang sehingga pria itu kalau melirik ke belakang akan bisa melihat selangkangan Tari.

Tetapi yang membuat Tari kesal karena respon Aji biasa saja, sehingga Tari mulai ragu dengan apa yang dia pikirkan selama ini tentang Aji yang tertarik dengannya. Apa ini hanya sangkaannya saja tanpa ada kebenaran.

"Sudah belanjanya, Bu ?" Tanya Aji ketika melihat Tari berjalan mendekatinya. Malam ini Tari mengenakan terusan berwarna coklat tua, yang menampilkan lekuk tubuhnya yang masih begitu menggoda dan Aji melihatnya dengan tatapan tertarik walaupun segera pria itu tutupin ketika Tari sudah melangkah lebih dekat ke arahnya.

"Sudah, kita langsung pulang saja."

"Baik, Bu."

Aji segera membukakan pintu mobil untuk Tari dan perlakuan Aji ini lah yang membuat Tari semakin menyukai pria itu. Ketika melihat Aji melangkah memutari mobil, dengan cepatnya Tari menarik gaun yang dipakainya lebih ke atas sehingga pahanya yang masih mulus terpampang jelas bahkan Tari menariknya sangat ke atas sehingga celana dalam miliknya yang berwarna putih bahkan sampai mengintip. Nakal !!

Iya, Nakal, Tari menjadi nakal bila berada di samping supirnya yang gagah bernama Aji.

Walau Tari tahu suasana di dalam mobil pasti akan gelap tetapi wanita itu yakin Aji pasti menyadari keindahan di depan matanya.

Dan itu memang terbukti dengan Aji yang ketika masuk ke dalam mobil, matanya langsung tertuju ke arah paha Tari yang terbuka walaupun pria itu tidak secara terus terang menatapnya, bahkan sesekali Aji menoleh ke arah Tari di saat pria itu juga sedang sibuk mengendarai mobil. Tari tahu pasti kalau Aji sering melirik ke arahnya, sedangkan Tari sengaja pura-pura tidak tahu.

"Hmm, Aji... "

"Iya, Bu ?"

"Kamu sudah punya pacar ?" Tanya Tari setelah mereka berdua diam cukup lama.

Tari memang tahu kalau Aji belum menikah tetapi dia tidak tahu apakah Aji sudah mempunyai seorang kekasih atau belum. Kalau Aji telah mempunyai seorang kekasih mungkin itu penyebab Aji menahan diri dari setiap godaan yang dilancarkan oleh Tari.

"Belum Bu, mana ada wanita mau sama saya yang cuma seorang supir."

"Lho, belum punya padahal kamu ganteng, memang kenapa dengan supir juga, yang penting kan kamu punya pekerjaan bukannya pengangguran."

"Benaran Ibu merasa saya ganteng ?" Tanya Aji bersemangat dan antusias. Bukan mendengar kelanjutan ucapan Tari, pria itu malah hanya fokus dengan kata-kata Tari yang menyebut dirinya ganteng.

Tari menoleh dan terkejut dengan ucapannya yang keceplosan, dengan tersipu-sipu malu, Tari menutup wajahnya.

"Duh, lupakan kata-kata Saya tadi."

"Bagaimana mungkin bisa saya lupakan, memang saya ganteng ya ?"

Dengan malu-malu, Tari menganggukkan kepalanya membuat Aji yang melihatnya semakin berani lagi.

Sang Playboy Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang