Part 26

3.5K 498 82
                                    

Renata benar-benar tidak percaya ketika melihat Bima berdiri di depan kamarnya. Entah apa yang dilakukan oleh Bima sehingga pria itu diizinkan masuk dan naik ke lantai atas.

"Malam Renata," kata Bima sambil memasang senyum terbaiknya.

"Bapak mau ngapain malam-malam ke sini ?"

Kata-kata Renata yang terdengar ketus langsung membuka Bima merenggut kesal, tanpa memperdulikan Renata, pria itu malah menerobos masuk ke dalam kamar Renata membuat wanita itu terperangah tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh atasannya itu.

"Pak.. !" Protes Renata.

"Kita sedang tidak berada di kantor dan ini bukan jam kerja jadi sesuai janji kamu, mestinya kamu memanggil aku 'Aa' ," gumam Bima mengingatkan Renata tentang janjinya.

"Tapi Pak.. " protes yang dilakukan Renata urung terjadi karena tatapan tajam Bima yang tertuju padanya.

"Aku lapar, belum makan.."

"Terus ?"

"Lah, kamu sebagai calon istri yang baik mestinya kasih makan aku dong," gumam Bima pelan.

"Apa pak ?" Tanya Renata karena tidak terlalu mendengar perkataan Bima yang terlampau pelan.

"Renata, kalau kamu sekali lagi memanggil aku begitu, aku cium kamu di sini."

Ucapan Bima membuat Renata menutup bibirnya dengan kedua tangannya dan mundur menjauhi Bima membuat Bima hanya bisa menghela napas, dan menahan kesal.

Begini benar nasibnya jatuh cinta dengan seorang perawan, gerutu benak Bima.

"Aku lapar Renata, kamu mestinya kasihan melihat aku kelaparan begini."

Lah kalau lapar kenapa malah ke tempat kos aku, bukannya pergi ke restoran," ucap Renata di dalam hatinya, wanita itu tentu saja tidak berani mengucapkan secara terang-terangan keberatannya.

"Maaf Aa.. "Renata diam sesaat, rasanya merinding mengeluarkan kata-kata Aa untuk memanggil atasannya yang Renata ragukan kewarasannya itu.

Sementara Bima yang mendengar ucapan Renata langsung saja sumringah senang. Pria itu bahkan dengan seenaknya duduk di tempat tidur Renata.

Kamar kos Renata hanya berukuran tiga kali tiga meter, kalau biasanya Renata merasa kamarnya itu cukup besar tetapi dengan hadirnya Bima, kamar itu terasa begitu sempit.

Setelah diam sesaat, Renata kembali melanjutkan kata-katanya. "Maaf Aa kalau lapar, saya juga tidak ada makanan di sini, tadi saya sudah makan di luar."

"Ya uda kalau begitu kamu ikut aku," ucap Bima yang langsung berdiri dan melangkah ke arah pintu.

"Ikut ke mana ?"

"Ikut aku cari makan."

"Tapi saya sudah makan."

"Kalau begitu, kamu temani saya makan saja."

"Tapi.."

"Renata, bisa tidak sekali saja, kamu tidak membantah kata-kata aku dan langsung mengikuti kemauan aku."

Renata langsung merenggut mendengar perkataan Bima.

"Kalau begitu, Aa tunggu di luar dulu, biar saya ganti pakaian dulu," ucap Renata akhirnya.

"Baiklah, jangan lama-lama ya." Setelah mengucapkan hal itu, Bima keluar dari dalam kamar Renata.

Bima putuskan untuk semakin gencar mendekati Renata karena pria itu sudah tidak bisa menahan dirinya lagi, tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk menjadikan Renata miliknya makanya itu Bima melakukan pendekatan lebih gencar agar Renata merasa nyaman dan percaya dengannya lalu membuka hati untuk Bima.

Sang Playboy Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang