Part 32

3.6K 348 17
                                    

Rintihan lirih terdengar dari dalam dapur. Seluruh rumah telah gelap dan hanya ada cahaya yang bersinar terang di dapur, tampak dua orang berbeda jenis sedang berpacu meraih kenikmatan.

Tubuh wanita itu mengejang hebat seperti sedang terkena aliran listrik dan sesaat kemudian, lemas tidak berdaya, bersandar pada kekasihnya yang memeluknya dengan mesra.

Tari lelah sekali tetapi wanita itu merasakan kepuasan luar biasa dari kekasih mudanya itu. Wanita itu duduk di konter dapur dengan Aji berada di depannya, mereka baru saja bercinta dengan dashyat.

Hubungan mereka hampir berjalan satu minggu dan mereka layaknya seperti pengantin baru yang setiap hari bercinta. Aji tidak pernah merasa puas, meminta dan meminta terus membuat Tari kewalahan melayani nafsu birahi pria itu, walaupun Tari juga tidak bisa menolak, malah wanita itu dengan senang hati melayani setiap keinginan dan ajakan Aji. Sekarang setiap sudut di rumah telah Tari dan Aji jelajahi.

Wanita itu tidak menyangka ada bermacam-macam gaya dan cara untuk meraih kenikmatan, selama ini Tari selalu berhubungan intim di dalam kamar dan melakukannya di atas tempat tidur tetapi dengan Aji, pria itu mengajak dan mengajari Tari bagaimana cara untuk mendapatkan kepuasan, Tari di ajarkan bagaimana cara untuk memuaskan nafsu pria itu dan Tari ternyata murid yang sangat pintar. Wanita itu sekarang tidak lagi merasa malu dan pengetahuannya tentang posisi seks yang enak dan nikmat lebih banyak dari dia mengetahui resep masakan.

Kalau Regina tahu, anak perempuannya itu pasti sangat terkejut dan shock, kalau tahu betapa binalnya sekarang Tari ketika bersama dengan Aji.

Tari menunduk menatap Aji yang masih memeluk pinggangnya, pria itu menyandarkan tubuhnya pada Tari dan Tari dengan mesra mengelus kepala pria itu. Setelah pengakuan Aji tentang perasaannya, Aji secara otomatis seperti telah tinggal di rumah Tari, pria itu bahkan sekadar pulang ke tempat kosnya hanya untuk mengambil pakaian apalagi dengan Regina yang jarak pulang dan lebih memilih untuk tinggal di apartemen, membuat Tari dan Aji semakin leluasa di rumah itu.

"Kamu tidur, sayang ?" Tanya Tari lembut kepada Aji.

"Hemmm."

Aji lalu melepaskan pelukannya dan berdiri di hadapan Tari yang masih duduk di konter dapur. Pria itu mundur selangkah lalu menggeliatkan tubuhnya untuk meredakan rasa pegal akibat percintaan mereka. Pria itu lalu menarik kursi yang terdapat di meja makan dan duduk di sana tanpa merasa malu dengan ketelanjangan.

Tari menatap takjub kekasihnya itu, kejantanan Aji tampak masih berdiri tegang dan besar. Aji benar-benar perkasa, berbeda sekali dengan mantan suaminya dulu. Pria itu selalu bisa bercinta beberapa kali sehingga membuat Tari merasa puas.

"Sini, Tari," kata Aji, pria itu setelah berubah status menjadi kekasih, tidak lagi memanggil Tari dengan sebutan 'ibu' . Panggilan itu hanya dilakukan bila ada Regina di dekat mereka dan itu sangat jarang terjadi malah setelah Aji menjadi kekasih Tari, Regina belum pernah pulang ke rumah ini.

Tari dengan perlahan turun dari konter dapur dan berjalan menuju ke arah Aji yang duduk dengan santai sambil sesekali mengelus penisnya yang kembali keras setelah permainan seks mereka barusan.

Setelah Tari semakin dekat dengannya, Aji mencekal lengan Tari dan menarik wanita itu hingga jatuh ke dalam pangkuannya. Terdengar suara pekikan manja dari mulut Tari, wanita itu duduk mengangkang di pangkuan Aji yang lalu memegang belakang leher Tari dan menarik wanita itu menunduk lalu melumat bibir Tari yang telah bengkak akibat ciumannya.

Ciuman Aji yang ganas dibalas Tari tidak kalah ganasnya juga, wanita itu menaruh kedua tangannya di bahu kekar Aji, bibir sibuk membalas ciuman kekasihnya itu.

Setelah beberapa saat, ciuman itu usai, Aji melepaskan bibir Tari dan tampak saliva berlepotan di bibir keduanya. Napas tersengal-sengal terdengar.

Bibir Aji rupanya masih belum puas setelah merajalela di bibir Tari, sekarang bibir itu menyasar ke arah payudara Tari, Aji sibuk menciumi dan menjilati bulatan kecil milik Tari yang masih terlihat sekal walaupun wanita itu sudah pernah melahirkan dan mempunyai anak.

Aji sedikit kecewa dengan ukuran payudara yang dimiliki oleh Tari, terus terang Aji lebih menyukai bentuk payudara yang besar seperti milik Regina anaknya Tari, yang diam-diam pernah Aji perhatikan ketika Regina sedang berada di rumah atau Renata anak tiri Tari yang juga memiliki payudara montok dan indah. Walaupun Aji tidak menyukai payudara Tari yang kecil tetapi pria itu tidak menunjukkannya, lagipula Tari adalah kekasih yang penurut, Aji bisa berbuat apa saja terhadap Tari bahkan wanita itu mau bercinta dalam posisi apa saja dan membuat Aji selalu puas.

Seperti sekarang ini, tadinya mereka sudah berada di kamar tetapi Aji yang merasa lapar setelah permainan seks yang panas, meminta Tari memasak mie instan, dan ketika wanita itu ingin berpakaian, Aji menyuruh Tari tidak usah berpakaian dan Tari walau awalnya menolak akhirnya melakukan apa yang Aji pinta, setelah selesai menyantap mie yang di masak Tari, Aji kemudian lanjut menyantap Tari yang selalu siap sedia, tidak pernah menolak Aji.

Suara rintihan Tari kembali terdengar di dalam dapur itu ketika Aji kembali menuntun kejantanannya masuk ke dalam kewanitaan Tari yang telah basah.

"Bergeraklah Tari, berikan kita berdua kenikmatan," gumam Aji serak.

Tari merintih di setiap mili kejantanan Aji yang masuk ke dalam vaginanya dan ketika Aji menghentakkan pinggulnya, Tari menjerit kecil, ketika kepala penis Aji menyentuh titik terdalam dari dirinya. Tari merasa begitu penuh dan sesaat kemudian wanita itu mulai bergerak, pinggulnya naik turun dengan perlahan-lahan yang lama kelamaan semakin cepat, gerakan Tari malah menjadi tidak beraturan ketika wanita itu mengejar kepuasannya yang semakin mendekat dan tubuh Tari mengejang dengan pinggul menekan kejantanan Aji, ketika orgasmenya datang dengan dashyatnya.

Tubuh Tari masih gemetar ketika  Aji menyuruhnya turun dari pangkuan pria itu lalu mendorong Tari dan meminta Tari membungkukkan tubuhnya dengan berpegangan pada meja makan dan setelah Tari melakukan hal itu, Aji kembali melesakkan penisnya ke dalam vagina Tari. Aji menyetubuhi Tari dari belakang. Gerakan pria itu kuat dan gencar. Penisnya keluar masuk dengan cepat, Aji sedang mengejar kepuasannya sendiri dan di saat dia sedang mengejar kepuasannya, kembali Tari mendesah panjang ketika pelepasan kembali di dapatnya.

Aji menundukkan tubuhnya, dan tangannya meraih payudara kecil milik Tari lalu dengan kasar Aji melampiaskan ketidaksukaannya terhadap bulatan kecil milik Tari dengan meremasnya kasar membuat Tari merintih sakit sekaligus nikmat secara bersamaan dan kembali mendapatkan orgasmenya. Tari telah begitu kelelahan, wanita itu sudah rebah di atas meja, sementara itu di belakangnya Aji semakin mengganas bahkan nyaris brutal. Dan beberapa saat kemudian teriak parau Aji terdengar. Pria itu menghentakkan pinggulnya dengan kuat dan masuk semakin dalam ke dalam vagina Tari, lalu menyemprotkan cairan miliknya jauh ke dalam tubuh Tari.

Aji jatuh menimpa Tari membuat wanita itu tertindih dengan posisi membungkuk di atas meja.

"Sa.. sayang, aku sesak," rintih Tari pelan karena wanita itu kesulitan bernapas.

Aji yang mendengar perkataan Tari lalu berdiri dan menarik lepas kejantanannya dari dalam vagina Tari, langsung saja cairan kental mengalir keluar dari dalam kewanitaan Tari dan menetes di lantai, setelah Aji melepaskan Tari, wanita itu langsung meluncur turun dan terduduk di lantai dalam kondisi lemas. Sementara Aji kembali duduk di kursi, dengan punggung bersandar di sandaran kursi, terlihat santai dan puas.

Setiap mereka melakukan hubungan, Aji selalu mengeluarkan spermanya di dalam tubuh Tari, Tari pernah menolak dan meminta pria itu mengenakan kondom tetapi Aji tidak mau karena merasa tidak enak jadi semenjak itu Tari lah yang rutin kembali meminum pil untuk mencegah kehamilan.

Dan Aji tentu saja senang dengan keputusan itu, Aji memang menyukai Tari, wanita itu kekasih yang sangat royal dan sangat nikmat tetapi untuk berhubungan lebih jauh dari sekadar sepasang kekasih, Aji tentu saja harus berpikir lebih jauh. Usia Tari bahkan hampir 20 tahun lebih tua darinya, jadi untuk memperistri Tari, tidak ada dalam rencana Aji, untuk sekarang ini, Aji hanya menikmati saja keadaan yang ada tanpa tahu akan dibawa ke mana hubungannya dengan Tari.

Jangan protes kalo Bima dan Renata gak hadir ya 🤭

To be continued ..

Jangan lupa vote  tekan ⭐ dan komen .

Sang Playboy Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang