Bab 9

2.2K 234 32
                                    

┏━━━━━━━━━━━━━━━┓

Note:

Bab ini ... hm ... cukup sulit diedit. Banyak bagian yang sulit disensor. Maaf, ya. Jadi, warning keras karena bab ini mungkin masih cukup panas, ya. Bacanya jangan di tempat umum. Beberapa kalimat aja yang dipotong dan dibuat lebih halus supaya less vulgar. Teteup, silakan baca versi FULL di KaryaKarsa kalau mau menikmati cerita ini sepenuhnya tanpa sensor.

https://karyakarsa.com/rashoura/series/only-fan 

Selamat malming sama Pak Wis dan Rayyan!

┗━━━━━━━━━━━━━━━┛




"Camera rolling, sound rolling, action."

Si aktor tampan Jeoferi Altezza diam saja di depan kamera.

"Jefri?" panggil saya.

"Wait, sorry, Pak Ra, skip barusan gue lupa dialognya. Ulang lagi, ya!" ujar sang aktor.

Kru-kru saya memutar mata dan berdesis kesal. Jefri adalah aktor yang sebetulnya sudah membintangi banyak film populer. Aktingnya sebetulnya bagus. Sayangnya, orangnya agak sulit diajak kerja sama. Datang ke lokasi shooting selalu telat dengan berbagai alasan. Sikapnya kepada para kru juga sering disebut mengesalkan, misalnya suka meminjam charger dari kru-kru di departemen artistik tanpa dikembalikan. Ini akan menjadi proyek pertama dan terakhir saya bersama Jefri. Luka Lawana memang tak ada lawan.

Di luar sikap pemeran utama yang kurang profesional ini, shooting berjalan cukup lancar. Hanya ada beberapa kendala seperti script supervisor yang mendadak sakit atau beberapa adegan perlu take ulang. Akhirnya, film kedua saya, Boseta, sudah memasuki pekan keenam shooting.

Shooting membuat saya sibuk sepanjang waktu, bahkan sering terjaga pada malam hari selama beberapa minggu terakhir. Kalau kamu bertanya ke mana Pak Wis, beliau juga sangat sibuk. Kami adalah pasangan tersibuk, terlalu banyak jadwal dalam sehari dan tidak bisa saling bertemu. Eh, belum pasangan, ya? Maaf.

Terakhir saya cek, Pak Wis sedang stay di Honolulu selama beberapa hari untuk perjalanan bisnis mengembangkan sayap korporasinya. Kami belum pernah bertemu lagi sejak sore yang panas dan singkat di hotel butik itu. Kalaupun Pak Wis ada di Indonesia dan mengajak bertemu, saya akan menolak. Saya adalah orang yang serius bekerja. Saya tak ingin hubungan panas saya dengan Pak Wis mengganggu konsentrasi. Fokus saya hanya full untuk kegiatan shooting Boseta saat ini.

Meski begitu, satu malam pun tak pernah terlewatkan untuk saling bertukar foto atau video selfie.

Setelah berbulan-bulan, bertukar foto dan chat sudah menjadi rutinitas melepas penat untuk saya.

Sejak sudah bersentuhan lebih intim, saya juga tak ragu menggodanya lebih sering. Saya tak ragu mengirimkan foto tanpa busana hanya mengenakan jam tangan pemberian Pak Wis, atau sedang menggendong Wish, iguana saya yang makin lincah akhir-akhir ini, hobi naikin pundak saya.

Pak Wis mengirim foto selfie malam ini. Close up wajah dengan rambut acak. Tatapannya ke arah kamera seperti menatap saya, ingin memakan saya.

Foto selfie sesimpel itu sebenarnya sudah bisa membuat saya panas, membuat imajinasi saya meliar, membayangkan sayalah yang membuat penampilan pria penguasa ini berantakan.

ONLY FAN (MxM, R21) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang