Bab 5

2.8K 277 96
                                    

┏━━━━━━━━━━━━━━━┓

Note:

Bab ini lumayan panjang, tapi di bab 5 ini ada sekitar 2000 kata yang dihapus dari Wattpad. Silakan baca versi FULL di KaryaKarsa kalau mau menikmati cerita ini sepenuhnya tanpa sensor.

https://karyakarsa.com/rashoura/series/only-fan

┗━━━━━━━━━━━━━━━┛


Keesokan harinya saya betulan membeli seekor iguana beserta kandang terarium kacanya. Saya kasih nama "Wis". Cuma itu nama yang kepikiran di kepala saya sewaktu memberi nama iguana ini.

Saya belum pernah melakukan impulsive buying seperti ini. Barangkali efek syok setelah bertahun-tahun sejak orang tua meninggal dan hampir tak pernah membeli sesuatu akibat berutang. Saya seperti baru keluar dari penjara dan ingin menghabiskan sisa uang di tabungan.

Mungkin juga karena euforia. Pagi ini saya dan tim pascaproduksi menyempurnakan editing. Film pendek pertama saya yang disponsori oleh angel investor akhirnya selesai. Selanjutnya tinggal proses distribusi. Pekan ini seluruh tim produksi akan berkumpul untuk menonton pemutaran film Aroma Langit pertama kali, termasuk saya ingin mengundang Pak Wis. 

Sebelum itu, malam ini saya janji bertemu Pak Wis. Pagi ini sudah dikabari jamnya oleh sekretaris. Saya ditunggu oleh Pak Wis jam delapan malam di lobi Hotel Mulia.

Hari ini 10 Juni, hari ulang tahun Pak Wis.

Saya kebetulan tahu hari ulang tahunnya setelah searching di Google. Iseng saja. Saya beli kue ulang tahun kecil-kecilan (rasa matcha yang saya tebak ini rasa kesukaan Pak Wis) dari toko kue yang bagus.

Saya tak akan berlama-lama. Pak Wis mungkin akan menghabiskan waktu dengan keluarga pada hari penting seperti ini. Rencananya bertemu sebentar, menyerahkan kue, dan mengabarinya mengenai undangan pemutaran film. Itu saja.

Saat saya tiba di lobi hotel, Pak Wis sudah menunggu di sofa. Ia mengenakan jas dan vest lengkap, sedang membaca koran. Dari jauh saja saya sudah mencium harum parfum tubuhnya.

Pengunjung hotel yang lewat di sekitar Pak Wis pasti menoleh, mengintip penasaran. Pak Wis punya magnet yang menarik, bukan hanya karena wajah. Saya juga mulai tertarik melihat cara Pak Wis duduk dan berdiri, yang mana pun terlihat berwibawa.

Saya berhenti beberapa jarak di belakangnya untuk melihat jam. Pukul 19.58 WIB. Oke, tunggu dua menit lagi.

Pukul 20.00 WIB. Pak Wis meletakkan koran dan melihat arloji. Ia selalu tepat waktu. Akhirnya dia menoleh dan melihat saya berdiri di hadapannya.

"Selamat malam, Pak Wisanggeni."

Pak Wis berdiri membetulkan jas, tampak gagah dengan cara kesukaan saya. "Selamat malam, Rayyan Nareswara."

"Maaf saya minta ketemu. Apa saya ganggu waktu Pak Wis?"

"Enggak masalah." Pak Wis menatap penampilan saya atas bawah, lalu melihat kantong kue yang saya bawa.

Saya tersenyum menghampirinya. Cukup dekat sampai Pak Wis bisa merasakan napas saya di telinganya. "Apa kita bisa bicara di tempat yang lebih privat?"

Pak Wis sedikit menahan napasnya. Saya suka.

"Boleh, saya udah pesan kamar. Sebelum itu saya mau makan dulu. Kamu udah makan malam?" tanya Pak Wis, berjalan agak menjauh dari saya.

"Saya udah makan, tapi nemenin Bapak makan? Dengan senang hati."

ONLY FAN (MxM, R21) ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora