Bab 11

3K 225 51
                                    

┏━━━━━━━━━━━━━━━┓

Note:

Akhirnya tiba di penghujung cerita dari ONLY FAN.

Chapter 11 dan 12 sudah jelas ratingnya plus plus plus plus. Adegan panasnya aku potong sekitar 5000 kata dari Wattpad. Bagian pembukanya aku biarkan di sini, dicoba edit sesopan mungkin agar less explicit sedemikian rupa walau syulit ... jadi WARNING, ya, bab ini masih kurang aman walau sudah kucoba perhalus. Jangan baca di tempat umum.

Silakan baca versi FULL di KaryaKarsa kalau mau menikmati cerita ini sepenuhnya tanpa sensor.

https://karyakarsa.com/rashoura/series/only-fan 

Selamat malming sama Pak Wis dan Rayyan!

┗━━━━━━━━━━━━━━━┛


Gala premiere film saya, Boseta, rupanya cukup menarik perhatian awak media. Yang datang dua kali lebih banyak dibandingkan Aroma Langit. Saya sudah mendapatkan rekognisi sebagai sineas sekarang. Nama saya sudah mulai disejajarkan dengan nama-nama sutradara yang filmnya sering menghiasi bioskop tanah air. Makin banyak media yang meliput, makin banyak hal positif dan negatif yang bisa mereka bahas tentang film saya.

Sekarang media memanggil saya dengan panggilan sayang Bang Rayyan. Asalkan jangan sampai mereka panggil saya Bang Nar, bisa copot jantung saya.

Boseta bercerita tentang apa, Bang? Benarkah ada unsur-unsur tabu di dalam film tersebut yang tak cocok dengan budaya Indonesia? Mengapa keluar dari zona nyaman dan membuat film berdurasi panjang? Bujet film ini katanya lumayan besar dari investor pribadi, apa tidak takut rugi? Siap bersaing dengan film maker lainnya di tanah air?—Pertanyaan semacam ini yang pasti ditanyakan. Saya sudah menyiapkan jawabannya sepanjang satu halaman paper. Konferensi pers yang berlangsung sebelum pemutaran perdana di bioskop mal ini lumayan alot juga.

Sampai saya lupa memprediksi pertanyaan ini: "Apa rahasianya bisa mendapatkan investor pribadi yang membiayai keseluruhan produksi film, bahkan sutradara yang sudah terkenal di Indonesia saja masih sulit mendapatkan investor. Apa benar cuma keberuntungan? Mungkin Bang Rayyan bisa sharing trik menggaet investor supaya sineas lainnya juga bisa dapat kesempatan."

Saya harus diam beberapa detik karena berusaha memikirkan jawaban terbaik. Namun, sebelum saya sempat memberikan jawaban, perhatian saya teralihkan ke balik punggung para media.

Seseorang datang dengan buket bunga yang sangat besar.

Pria ini mengenakan setelan jas hitam, gagah dan menawan sekali. Saya bisa berdebar hanya melihatnya melangkah dengan sepatu pantofel licinnya. Berdebar karena rambutnya yang disisir rapi ke belakang, karena rona di kulitnya yang cokelat. Berdebar lagi karena senyumnya.

Saya tahu Pak Wis akan datang menghadiri premiere, tetapi tidak dengan cara seperti ini. Pikir saya ia akan menyusup lagi dengan pakaian penyamaran atau jadi wartawan gadungan. Ternyata ia datang sebagai dirinya sendiri.

Pak Wis ikut difoto oleh media saat ia memberikan buket bunga besar kepada saya. Pak Wis tak peduli dengan kilatan blitz. Ia hanya menatap pada saya. Saya pun hanya menatap padanya.

"Selamat atas premiere film kedua," kata Pak Wis.

Saya menerima bunga itu dan merasakan berat bunganya yang tidak wajar, seolah Pak Wis menyelipkan batangan emas di sana. Atau ini rasa berat yang muncul karena timbunan gairah di antara kami. Apa pun itu, saya tak bisa menyembunyikan kesenangan. Saya berusaha sekuat tenaga untuk tersenyum kalem, tetapi saya malah cengar-cengir seperti remaja kasmaran. Saya coba tutupi wajah saya di balik buket bunga.

ONLY FAN (MxM, R21) ✔Where stories live. Discover now