18

16.2K 4.9K 5.2K
                                    

"Tuhan, jika dia tidak pantas di sisiku, maka tempatkanlah dia di sisimu."

- Happy Reading -

•••

Setelah kurang lebih dua puluh menit makan di luar, Derry kembali dengan membawa beberapa jenis buah. Shella tidak lagi banyak bertanya, perempuan itu masih di ranjangnya sambil memainkan ponsel.

Begitupun dengan Derry, laki-laki itu duduk di sofa yang tersedia di ruangan Shella, sama-sama sambil memainkan ponselnya.

"Kamu kalo mau pulang duluan nggak papa, Der," ujar Shella karena sudah mulai merasa kurang nyaman.

"Nggak papa, Mba, saya nunggu sampai Pak Arkan kesini saja."

"Kalo ternyata suami saya nggak kesini?" tanya Shella, sengaja memancing.

"Ya, biar saya yang anter Mba Shella sampe rumah."

Setelahnya, ruangan kembali hening, Shella tidak berminat melanjutkan percakapannya.

Shella meletakkan ponselnya di samping bantal, ia merubah posisinya menjadi duduk karena merasa kebelet pipis. Derry yang sadar pun langsung gerak cepat menghampiri Shella.

"Mba Shella butuh apa? Biar saya bantu," tawarnya. Laki-laki itu sudah berdiri di sebelah ranjang Shella.

"Nggak perlu, Der, saya cuma mau ke kamar mandi," tolak Shella tanpa pikir panjang.

"Biar saya bantu, Mba, kaki Mba Shella 'kan masih susah digerakin."

Ya, Shella mengakui itu. Meskipun kakinya hanya mengalami luka kecil, tetapi rasanya sangat sulit sekali untuk diajak bergerak. 

Sebenarnya ia tidak ingin sekali merepotkan orang lain, apalagi orang yang baru dikenalnya. Tetapi kalau sudah begini, ia tidak bisa berbuat apa-apa, karena tidak ada orang lain lagi di ruangannya.

"Saya cuma bantu nganter sampai depan kamar mandi, Mba, nggak bakalan ikut masuk dan macem-macem juga," ujar Derry karena melihat raut wajah Shella yang tampak ragu dengannya.

"Maaf ya, saya ngerepotin kamu terus."

Derry mengangguk, "nggak papa, Mba. Saya nggak merasa direpotkan sama sekali."

"Maaf ya, Mba, saya permisi," izinnya sebelum memegang kedua bahu Shella.

Shella hanya mengangguk saja, ia meringis karena merasa kepalanya begitu pusing dan kakinya yang semakin sakit ketika dipaksa untuk bergerak.

Derry memegang kedua bahu Shella, membantu perempuan itu untuk berdiri dan menuntunnya menuju kamar mandi.

Baru saja berjalan dua langkah dari ranjang, pintu ruangan Shella di buka dari luar dan menampilkan wajah panik suaminya. "sayang," panggilnya.

Keduanya mendongak, dengan posisi yang hampir terlihat seperti rangkulan.

Pak Arkan mendekat dan langsung mengambil alih tubuh istrinya, membiarkan Derry menyingkir. Shella merasa canggung sekarang, ia takut suaminya berfikiran yang macam-macam.

"Kamu kenapa bisa sampe kaya gini?" tanyanya begitu panik setelah melihat beberapa perban menempel di sekitaran kepala, tangan dan kaki istrinya.

Yes! Mr. Husband 2 | TERBIT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang