[6] Discussion

2.5K 919 257
                                    

Setelah menggeser meja dan sofa, ketiganya duduk bersila di lantai dengan posisi membentuk segitiga. Sejak kedatangan Junkyu yang bisa dibilang tiba-tiba dan mengejutkan, ketiganya memutuskan untuk melanjutkan obrolan dengan serius sebelum mencari jalan akhir.

Disertai keripik pisang, Jihoon menyimak pembicaraan serius kedua temannya. Dia memilih untuk menyimak terlebih dahulu karena tidak paham pembicaraan keduanya mengenai dunia tempat tinggal Yoshi, mengenai sihir, dan sebagainya.

"Gak bisa gitu, Kyu. Lo gak bisa sembarangan masuk ke kerajaan gue pakai sihir. Tempat gue itu beda, gak semua makhluk bisa masuk. Lo mau mati konyol karena coba-coba ke sana?"

Junkyu mendengkus. "Denger, ya, Yoshinori. Gak ada salahnya coba ke sana. Gue penyihir dan lo iblis. Sihir gue bisa diperkuat sama kekuatan lo. Gimana gue bisa tau kondisi ayah lo kalau gak ke sana?"

"Gak segampang itu..."

"Gue udah pernah ke dunia iblis sekali, makanya gue seyakin ini."

Yoshi melotot kaget, Jihoon tersedak keripik pisangnya. Seorang Junkyu pernah ke dunia iblis?

"Kapan lo ke sana? Lo ngapain? Kok bisa?" Yoshi bertanya.

"Gabut."

Memang benar kala itu Junkyu yang merasa bosan karena tidak ada kegiatan malah mencoba masuk ke dunia iblis dengan sihir dan ramuan hasil eksperimennya. Berbekal sebuah tongkat sihir, dia menyelinap masuk ke sana dan menyamar menjadi seorang iblis pendatang yang bertempat tinggal di luar negeri. Saking naturalnya akting yang dia lakukan, iblis-iblis di sana percaya begitu saja.

Sudah dibilang, kan. Junkyu menempati posisi atas di kalangan penyihir bukan semata-mata pandai sihir dan duel saja, tapi hal-hal di luar nalar pun bisa dilakukan hanya dengan sihir. Tidak semua penyihir bisa melakukannya. Junkyu ini benar-benar, ya, selalu membuat orang lain terkejut. Entah apa lagi yang bisa dia lakukan bahkan sembunyikan.

"Gue bakal minum ramuan gue dan bikin pelindung pakai sihir, nanti lo tinggal perkuat sihir gue pakai kemampuan lo supaya energi gue gak terkuras," jelas Junkyu. "Kalau Jihoon gak usah diajak, manusia kayak dia cuma beban. Bisanya julid doang, nanti pusing gue."

Keripik pisang dibanting sedikit, Jihoon berujar protes setelahnya. "Eh, eh, eh, kurang ajar kalau ngomong. Gue juga bakal ikut, enak aja ditinggal. Gue cukup berguna, gue bisa berantem."

"Lo emang bisa berantem, tapi lawan lo iblis. Sekali serang langsung mati jadi abu," ejek Junkyu.

Ingin sekali Jihoon timpuk si Junkyu pakai toples. Sejak mereka berbaikan dan sifat asli Junkyu diperlihatkan, keduanya lebih sering adu mulut. Pernah sekali keduanya sampai tidak bertegur sapa selama satu minggu, tapi pada akhirnya bercanda tawa lagi tanpa diduga. Dari benci jadi bersahabat, itulah Jihoon dan Junkyu.

"Tenang aja, Yosh. Kalau ada apa-apa gue yang tanggung jawab, soalnya gue yang maksa. Gue juga kepo gimana istana lo, sekalian refreshing," kata Junkyu asal ceplos.

"Gue takut. Selain masalah bisa atau enggaknya, ada aturan di dunia iblis yang larang makhluk mana pun datang tanpa izin, apalagi manusia. Gue bisa disidang, kalian bisa ditahan," ujar Yoshi masih tidak yakin.

"Yosh, lo jangan terlalu patuh aturan napa. Lihat gue," Jihoon agak maju ke depan, "dulu gue suka bolos, tawuran, jarang ngerjain pr. Tapi, sekarang gue jadi dokter. Ya... walaupun masih rada-rada, sih. Belom lama jadi dokter malah ambil cuti awokawok."

"Dan lo juga harus inget kelakuan gue. Gue mana pernah patuh aturan kalau gue gak suka. Bikin repot aja, dikira tuh peraturan berguna bagi gue apa," sambung Junkyu dengan nada julid di kalimat terakhir.

Yoshi garuk-garuk kepala. Rasanya seperti salah pergaulan saja.

"Perlu ajak si paranormal itu, gak?" Tanya Junkyu. "Gak usah ya? Dia sibuk banget belakangan ini, takut ganggu."

"Heh, dia kan kerjaannya nangkep setan. Kalau dia ikut kita ke dunianya Yoshi, makin kaya dia," celetuk Jihoon yang dibalas tamparan keras di pundak dari Yoshi.

Junkyu menahan tawa. "Pft! Ngomong gitu di depan calon raja, siap-siap ditahan di penjara paling gelap."

Setelah itu, keduanya adu mulut dan tidak mau mengalah. Yoshi pusing. Usul Junkyu cukup membantu, sih. Namun, tetap saja dia khawatir. Ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi jika kedua temannya menginjakkan kaki di dunia iblis.

Pertama, ketiganya akan ditahan karena melanggar peraturan. Kedua, posisi Yoshi sebagai calon raja bisa terancam. Ketiga, Junkyu dan Jihoon bisa saja mati di sana karena kakeknya akan menjadi provokator. Keempat, apa yang mereka lakukan akan sia-sia. Bukannya Yoshi meragukan kemampuan Junkyu, tapi dia tidak mau kedua temannya kenapa-napa hanya karena dirinya.

"Kebanyakan mikir lo. Gue mau siapin baju yang bakal gue bawa," kata Jihoon mengambil tindakan untuk bangun.

"Ngapain siapin baju? Kita gak nginep," ucap Junkyu. "Kita gak bisa lama-lama di sana karena energi kita bakal habis dan berakhir mati. Gue bisa bertahan enam jam di sana, kalau lo cuma tiga jam."

Hanya tiga jam? Itu sih tidak cukup bagi Jihoon. Padahal niat Jihoon ingin berlama-lama di sana karena penasaran bagaimana sifat baik rakyat Yoshi yang bertolak belakang dari iblis kebanyakan. Siapa tahu rakyat Yoshi memberinya oleh-oleh karena Jihoon adalah sahabat baik pangeran mereka. Paling tidak dia akan terkenal di sana, kan lumayan menambah penggemar.

Dasar Jihoon.

"Kalian serius mau ke sana?" Tanya Yoshi sekadar memastikan.

"Iya dong! Lagian siapa juga yang berani marahin lo kalau kita ke sana, lo pangeran dan tujuan kita juga baik. Gue juga penasaran muka kakek lo itu, biar gue julidin sekalian," jawab Jihoon dan didukung oleh Junkyu. Keduanya seperti kompor jika disatukan, membuat amarah naik-turun.

Yoshi tampak berpikir keras, terlihat dari kedua perubahan ekspresi walau dia masih tetap tenang. Jika orang lain melihat, pasti akan jatuh dalam pesonanya. Auranya sangat menenangkan.

"Oke, besok kita ke sana."

Sontak Junkyu dan Jihoon bersorak heboh sambil melakukan tos. Akhirnya setelah sekian lama mereka bisa melihat kampung halaman Yoshi. Harus pakai pakaian formal nih untuk di sana nanti, biar tidak membuat Yoshi malu. Kan tidak lucu mau ke istana pakai kaos oblong dan celana jeans saja, mereka bukan ke mall.

Senyum Yoshi sedikit terbentuk. Setidaknya masih ada sahabatnya yang selalu ada untuknya di kala suka maupun duka. Yoshi sangat bersyukur dan turut senang melihat betapa gembiranya mereka. Hatinya menghangat.

Setidaknya, untuk saat ini dia masih bisa melihat senyum keduanya sebelum tidak bisa melihatnya lagi.

Become The King | Kanemoto YoshinoriWhere stories live. Discover now