[11] About Death

1.3K 294 50
                                    

Kembali ke dunia iblis bersama Junkyu adalah pilihan yang menegangkan. Rupanya, sang kakek membawa banyak pendukung ke istana untuk bertemu Yoshi. Kedatangan Junkyu disambut sinis oleh mereka sebab aura milik Junkyu berbeda dari iblis kebanyakan. Tapi Junkyu tidak takut, dia sudah biasa menghadapi orang-orang seperti mereka, menang atau kalah bukan masalah.

Racikan obat racun untuk raja sudah di tangan. Dalam waktu satu hari, obat itu harus sampai kepada sang raja sebelum efek penyembuh pada obat tersebut hilang. Pasalnya, obat tersebut tidak bisa bertahan lama. Jika tidak digunakan, obat itu akan menjadi racun yang sangat berbahaya.

Hambatan saat ini adalah mereka yang menghalangi Yoshi untuk pergi dengan alasan harus menemui mereka dan berbincang perihal pemilihan raja. Sialan, apa mereka tidak tahu seberapa besar amarah Yoshi saat ini? Walau ditahan, asap hitam sudah menyebar, aura kemarahan pun menciptakan hawa buruk bagi penerimanya.

Netra Yoshi yang hitam sepenuhnya bukan lagi alasan untuk menghindar dari mereka, tapi merekalah yang harus menghindar darinya.

"Minggir, jangan menghalangi jalan."

"Di mana sopan santunmu, Yoshinori?"

"Ada hal yang lebih penting yang harus kami lakukan. Jika ingin berbincang, silakan tunggu di ruangan lain. Jangan menghalangi jalan kami."

"Sudah melanggar aturan, sekarang kamu berani mengabaikan tamu? Sungguh luar biasa didikan raja. Calon raja yang buruk."

Sang kakek melirik Junkyu. Dia tahu Junkyu bukan iblis, terlihat dari tongkat sihir yang sedikit terlihat ujungnya dari saku jaket. Bukankah ini kesempatan untuk menjatuhkan Yoshinori?

"Penyihir? Berani sekali menginjakkan kaki di istana iblis."

"Kakek juga berani sekali menginjakkan kaki di sini, padahal sudah berkali-kali dilarang tetap saja datang. Apa kakek tidak punya malu? Sudah tua, lebih baik beristirahat saja di rumah," balas Yoshinori membela Junkyu.

Iblis-iblis di sana terkejut. Benarkah dia Yoshinori? Yoshi yang mereka tahu merupakan orang dengan sopan santun tinggi. Bagaimana bisa dia berkata tidak sopan seperti itu pada kakeknya sendiri?

Tidak ada yang memberi jalan, Yoshi memaksa mereka menyingkir dengan berjalan dan menabrak mereka. Dia tidak boleh membuang-buang waktu. Ayahnya membutuhkannya. Hidup dan mati sang ayah berada di tangannya. Tidak boleh ada yang menghalangi. Pangkat tinggi bukan halangan. Karena mereka hanya orang bodoh yang tidak tahu perasaannya.

Saat ini Junkyu tahu betul bagaimana perasaan Yoshi. Obat penawar sudah ada di tangan. Tidak perlu membuang waktu lagi untuk segera mengobati sang raja.

"Yoshi."

Satu panggilan membuat pedang diangkat ke lehernya. "Jangan sembarangan menyebut nama pangeran walau kamu temannya."

Pedang es Yoshi terangkat pula ke leher salah satu iblis bangsawan. "Anda berniat bermusuhan dengan saya?"

Junkyu tertawa remeh, menggeser posisi pedang di lehernya menggunakan jari. Dia mendekati Yoshi. "Gak apa-apa, santai aja. Ayah lo yang terpenting, jangan buang waktu di sini."

"Pangeran!"

Pelayan setia sang ayah memasuki ruangan. Atensi orang-orang beralih padanya. Firasat Yoshi jadi tidak enak melihat ekspresi orang terpercaya ayahnya itu.

"Pangeran, maafkan ketidaksopanan saya. Pangeran harus menuju kamar yang mulia sekarang juga."

"Ada apa? Ayah kenapa?!"

Sang pelayan menelan salivanya susah payah. Yang ia katakan selanjutnya membuat Yoshi tak bisa tak bergegas ke sana.









































"Yang mulia telah tiada, seseorang menambah dosis racunnya. Maafkan saya, pangeran."























































Kaku dan pucat. Tidak ada tanda-tanda kehidupan dari raga yang terbaring di atar ranjang. Pelayan dan pengawal di sana menundukkan kepala, tidak berani melihat pangeran mereka.

Yoshi berdiri di samping raga sang ayah. Penawar racun yang berada di genggaman tangan dia genggam erat. Sedikit lagi... sedikit lagi ia bisa melihat sang ayah tersenyum bangga padanya karena ia menjadi raja. Tapi, usahanya sia-sia. Ia tidak bisa melihat senyuman itu lagi.

Seseorang menambah dosis racunnya.

Tidak lama sebelum ia datang, seseorang lebih dulu masuk ke dalam kamar sang ayah. Meracuninya lagi.

"Kami sudah mencari pelakunya, pangeran, tapi pelakunya tidak-"

"Bajingan itu emang harus mati sekarang..." Yoshi menyela dengan netra berapi-api. "Panggil dia sekarang! Suruh dia ke sini!"

"M-maaf pangeran, siapa yang pangeran maksud?"

"Kakeknya, gitu aja gak tau," jawab Junkyu karena greget. Kenapa kinerja orang-orang di sini sangat lambat?

"Tapi..."

"Ah lambat lo."

Langsung saja Junkyu gunakan sihir di sana. Masa bodo dapat hukuman, yang penting tersangka utama dibawa ke lokasi pembunuhan.

"Apa-apaan ini?!"

Pedang menghunus dada tanpa basa-basi. Diam tak berkutik mereka semua melihat sang pangeran telah gelap mata dan mengeluarkan aura membunuh luar biasa kuat. Netranya hitam sempurna, semakin mengerikan akibat cipratan darah di wajah.

"Saya tau Anda tidak akan mati sekarang. Setidaknya dua kali menusuk jantung barulah Anda mati."

Nafas sang kakek meburu. Kedua tangannya menggenggam pedang Yoshi, berusaha melepasnya.

"Mau berapa kali lagi Anda berbohong? Ayah mati. AYAH MATI!"

Energi hitam Yoshi keluarkan agar tidak ada siapa pun berani melangkah mendekat. Rasanya menyesakkan. Pasokan udara di ruangan terasa berkurang dari waktu ke waktu. Sesak. Sampai mereka tak bisa berdiri dengan benar saking sesaknya.

"Brengsek, harusnya gue bunuh lo sejak dulu." Pedang ditarik dari dada. Sang kakek jatuh bersimpuh di hadapannya. "Persetan hukum, lo emang harus mati! Selain ikut campur perihal kerajaan, lo udah bunuh ayah! Sujud di kaki gak akan pernah buat ayah hidup lagi!"

"Pengeran! Jangan bunuh tuan!" Pelayan setia kakeknya datang. "Anda bisa dijatuhi hukuman dan kerajaan ini akan goyah bila itu terjadi."

"Hah? Peduli apa gue?"

Kalau sudah begini Junkyu tidak bisa menghentikannya. Mau mencoba pun sulit. Dia tidak bisa bernapas dengan benar karena kekuatan Yoshi mencekiknya!

Tapi kalau tidak dihentikan, ucapan pelayan itu akan terjadi. Selain sang kakek, Yoshi bisa membunuh semua orang di sini. Rakyat mana yang mau menerima pembantaian?! Yoshi tidak akan bisa menjadi raja!

"Yoshi..."

Orang-orang yang terkena energi hitam Yoshi mulai kehilangan tenaga. Mati. Bila Yoshi tidak berhenti, mereka akan mati.

"Seharusnya aku membunuhmu sebelum kamu lahir." Sang kakek angkat bicara. "Seharusnya aku melakukan apa yang peramal itu katakan. Sebilah pedang akan menusuk jantung sang tuan. Tidak akan kulupakan kalimat itu."

"Lucu sekali. Sejak kapan-"

"Ya, aku memang bukan tuanmu. Ingat baik-baik, Yoshi. Kalimat itu ditujukan untukmu."

Yoshi diam. Emosi memuncak.

"Walau bukan di tanganku, kamu tetap mati sebelum proses kenaikan tahta. Itu sudah diramalkan."

"Tutup mulutmu!"

Sang kakek menyeringai. "Kamu mau tahu alasan sebenarnya saya gak mau kamu jadi raja? Sepertinya saya belum pernah memberi tahu."

Yoshi bersiap menghunuskan pedangnya lagi.

"Yoshi, kamu itu iblis gagal. Kamu gak berumur panjang. Kamu itu sakit."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 18 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Become The King | Kanemoto YoshinoriWhere stories live. Discover now