[8] Change Is Starting To Happen

1.9K 702 128
                                    

Sang raja terlelap dengan wajah damainya seakan-akan tidak ingin bangun karena terlampau nyaman. Jihoon dan Junkyu mengerti perasaan Yoshi. Melihat ayah sendiri terbaring lemah dan tidak tahu kapan akan siuman menimbulkan perasaan sedih dan gelisah.

Kerajaan Yoshi berada di tengah konflik internal. Konflik antar keluarga. Yoshi berdiri sendiri, tidak ada keluarga yang berpihak padanya karena berhasil terhasut oleh bujukan sang kakek. Entah apa yang dia tawarkan, Yoshi tidak peduli karena keselamatan sang ayah juga kerajaannya jauh lebih penting. Masih banyak yang mendukungnya, setidaknya ia punya teman di dunia Atas sana. Siapa lagi kalau bukan pemuda blasteran itu.

Tapi, bukan itu yang membuat keduanya cemas sekarang. Seseorang berpakaian formal duduk di sofa yang ada di ruangan. Aura tak menyenangkan tidak berubah sejal mereka menginjakkan kaki di sini. Keduanya sudah siap siaga jika salah satu di antara Yoshi atau orang itu bergerak untuk menyerang.

Yoshi berdiri di sebrang orang itu. Mereka dibatasi oleh meja, tetapi Yoshi tidak dibiarkan duduk barang sedetik pun karena sang kakek juga ada di sana, memberi tatapan peringatan agar tidak bersikap santai saat ini.

Melihat wajah kakek Yoshi, mulut Jihoon gatal sekali ingin mengeluarkan kalimat-kalimat mutiara, tapi sayang sekali mulutnya dikunci oleh mantra dari Junkyu.

"Jadi, kamu melanggar peraturan dengan membawa kedua temanmu? Di saat seperti ini? Berani sekali?" Sang kakek membuka pembicaraan setelah diam hampir lima belas menit lamanya. "Calon raja macam apa yang berbuat seenaknya di saat penting."

"Kakek juga melanggar peraturan. Kenapa orang asing kayak dia dibawa ke sini? Ini kamar ayah, kamar pribadi. Siapa yang izinin dia masuk ke sini? Ingat, saya memegang kekuasaan tertinggi di istana ini. Tidak sopan sekali," balas Yoshi. Dia akui dia pun tidak sopan, tapi dia tidak peduli.

"Ohh, kamu tidak tahu? Dia adalah saudara sepupumu. Dia pintar, berbakat, dan kuat. Kami, keluarga besar, sudah mendiskusikannya. Kami akan membiarkan dia menjadi calon raja. Jadi, dia akan bersaing denganmu."

Yoshi mendengkus. "Apa itu masuk akal? Memangnya kuasa hukum sudah mengizinkan? Gak ada tuh berita kayak gitu di telinga saya."

"Berani berkata seperti itu pada kakekmu sendiri?!"

"Apa saya peduli? Sikap saya sekarang masih jauh lebih baik dari apa yang saya inginkan. Asal Anda tau, saya ingin sekali mengusir Anda dan 'tamu gak penting' itu dari sini."

Gebrakan meja terdengar di sana. Sang kakek mengeluarkan aura hitam, pertanda kalau dia sangat marah dan hendak menggunakan kekuatannya. Apakah Yoshi takut? Tentu saja tidak.

"Kalau Anda menyerang saya sekarang, Anda akan dijatuhi hukuman penjara bahkan hukuman mati karena berani menyerang calon raja kerajaan ini," ucap Yoshi. "Ayo serang, kenapa diam saja? Ada tiga saksi di sini. Kapan lagi saya lihat kakek saya sendiri-"




DUAGH!




"YOSHI!!!"

Menghantam dinding hingga retak lumayan sakit. Tak disangka kakeknya berani menyerangnya. Para pengawal sudah di ambang pintu melihat kekacauan yang terjadi, tapi tidak ada satu pun yang berani maju saat Yoshi mengisyaratkan semua orang di sana untuk diam di posisi.

"Yoshi, kepala lo..."

Junkyu cemas melihat darah mengalir di tengkuk leher Yoshi. Kepala bagian belakangnya bocor akibat hantaman keras itu.

"Aura kekuatanmu lemah sekali. Bagaimana kamu melindungi kerajaan jika kamu selemah ini?" Ejek sang kakek. Setelahnya, dia berlalu pergi bersama yang katanya calon raja keluar dari kamar raja.

Become The King | Kanemoto YoshinoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang