9 - MAHASISWA UNSOED

35 6 12
                                    

Bab 9

Happy reading 💜

Aulia turun dari mobil Dzon setelah cowok itu membukakan pintu untuknya. Aulia tersenyum. Senyum yang paling indah di sepanjang hari ini. "Makasih, Dzon."

"Mau gue temenin masuk ke dalem?" tawar Dzon.

Aulia menggeleng. "Gak usah, gue bisa sendiri kok, lo pulang aja, biar gue pulang sama Ayah nanti."

"Ya udah, gue duluan." Dzon mengacak-acak puncak kepala Aulia lembut. "Lo hati-hati."

Setelah membuat anak orang baper, Dzon langsung berlari dan masuk menuju mobilnya. Aulia terus memperhatikan cowok itu sampai mobilnya lenyap bersama kendaraan lain di jalanan.

Aulia memasuki kafe yang tak seramai biasanya itu. Gadis itu celingukan mencari keberadaan Ayahnya. Matanya mengerjap mendapati sosok yang mirip Ayahnya sedang duduk dengan seorang wanita berpakaian ungu. Melihat itu membuat Aulia tak ada niatan untuk mendekat. Pikiran Aulia kalang kabut. Ia sudah berpikir macam-macam. Apakah Ayahnya akan mengenalkan wanita itu kepadanya? Sebagai ibu barunya?

Oh, tidak. Aulia tidak rela.

Sambil menggeleng-geleng menghilangkan pikiran-pikiran negatif itu. Ayah Aji tak sengaja mendapati kehadirannya. Ia langsung dipanggil untuk mendekat. Aulia tidak punya pilihan lain selain mendekat. Ia agak menyesal menyuruh Dzon pulang tadi. Kalo Dzon masih di sini kan cowok itu bisa menemaninya. Sekarang ia rasanya jadi canggung dengan Ayahnya sendiri apalagi dengan wanita itu.

"Duduk, Au," titah Ayah Aji sembari menepuk kursi yang letaknya di samping Ayahnya dan berhadapan dengan wanita itu.

Aulia merasa cringe melihat wanita berpakaian ungu itu terus tersenyum ke arahnya. Ramah sih ramah tapi kalo berlebihan kan jadi risih. Baru sekali ketemu saja, Aulia sudah tidak suka. Aulia menoleh ke Ayahnya. "Ayah ngapain suruh Aulia jemput di sini?"

"Ada yang ingin Ayah kasih tau ke kamu. Tapi sebentar, kita tunggu 'dia' dateng."

Aulia meremas tali ranselnya. Apa dugaannya benar? Wanita itu akan jadi Ibu barunya? Perasaan Aulia semakin risau tak karuan. Sampai lima belas menit berlalu, sosok yang Ayah Aji tunggu-tunggu akhirnya datang. Aulia memperhatikan orang itu dari atas sampai bawah. Asing, Aulia tidak pernah melihat dia sebelumnya. Tapi kenapa Ayah kenal dan orang itu menyalami tangan Ayahnya. Mendadak Aulia merasa cemburu.

"Maaf, Om, Mah, biasa macet makanya lama," ujar orang itu.

Tunggu-tunggu? Apa dia bilang tadi, Mah? Jadi dia anak dari wanita itu. Jadi bener kalo Ayahnya mau menikah lagi? Kenapa Aulia merasa kalau dirinya yang asing berada di antara mereka? Rasanya Aulia ingin hilang dari tempat itu.

"Raka, kenalin ini anak, Om," Ayah Aji memegang kedua pundak Aulia. "Namanya Aulia, masih SMA kelas 12."

Mungkin untuk pertama kalinya semenjak kedatangannya, Raka melirik gadis itu. Aulia menunduk sedikit segan untuk bertatapan dengan cowok itu. 

"Salaman, Au."

Aulia menjulurkan tangan kanannya sesuai perintah Ayah Aji. 

"Kenalin aku Raka."

Aulia hanya tersenyum masih dalam keadaan tertunduk.

"Au, Raka ini Mahasiswa semester tujuh jurusan Sastra Indonesia di Universitas Jenderal Soedirman. Kamu mau masuk sana juga kan?"

Mungkin saja kalo Raka bukan anak dari wanita itu, Aulia sudah loncat-loncat kegirangan bisa berkenalan dengan Mahasiswa UNSOED secara langsung. Apalagi yang mengenalkannya adalah ayahnya. Dari dulu, Ayah Aji tau betul apa keinginan putri semata wayangnya itu. Lulus di UNSOED jurusan Sastra Indonesia.

"Yah, Au, pengin pulang. Capek," rengek Aulia langsung mengambil ranselnya.

Raut Ayah Aji sedikit tidak enak. "Ya udah yuk, ayo Raka!"

Raka mengangguk lalu menyalami tangan wanita itu. "Hati-hati ya sayang, semoga proyek kamu bisa selesai tepat waktu."

"Terima kasih, Mah."

Aulia tak mau lagi memperhatikan semua itu. Ia keluar kafe lebih dulu disusul Ayahnya dan Raka. Aulia celingukan seorang diri. Ia membalikkan badannya lalu bertanya, "Yah, pulang naik apa?"

"Naik mobil Raka, sini!"

Aulia mendengus walau akhirnya mendekat juga.

-----

Sesampainya di rumah Aulia langsung nyelonong masuk begitu saja. Ayah Aji menyadari perubahan sikap Aulia, makanya ia menghampiri Aulia ke kamarnya. "Au," panggil Ayah Aji.

Aulia yang sedang berbaring di atas kasur itu menoleh tanpa ada niatan menyahut seruan Ayahnya. Ayah Aji menghampiri dan duduk di tepi ranjang. "Kamu kenapa?"

Aulia tak langsung menjawab. Aulia masih menggeliat sambil membelakangi Ayahnya. "Kamu marah sama Ayah?" tanya Ayah Aji lagi.

"Yah." Aulia tiba-tiba membalikkan tubuhnya dan duduk di samping Ayahnya. "Raka itu siapa?"

"Dia anaknya Tante Veriska, wanita yang di kafe tadi, temen SMA, Ayah."

Aulia terdiam, bingung harus mengatakannya atau tidak. "Ayah gak akan nikah lagi kan?" Suara Aulia berubah parau, ia takut jika jawaban Ayahnya menyakiti hatinya.

Tentu Ayah Aji cukup terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba Aulia. "Maksud kamu?"

"Ayah gak akan nikah lagi sama wanita itu kan? Ayah gak bakal gantiin sosok Ibu sama wanita lain kan? Aulia gak mau Ayah punya keluarga baru dan ujungnya Aulia dilupain."

Seusai Aulia mengucapkan itu, Ayah Aji langsung menarik Aulia ke dalam pelukannya. Aulia mengisak di balik dada bidang Ayahnya. Pikiran gadis itu sudah berputar kemana-mana.
Ia takut jika kemungkinan-kemungkinan itu benar akan terjadi. "Kamu dapet pikiran kaya gitu darimana, Au?" tanya Ayah Aji lembut.

Aulia mendongak menatap wajah Ayahnya. "Kemaren aku gak sengaja liat Ayah pergi sama wanita tadi di Kafe Melati. Aku kaget pas tau ternyata temen SMA yang Ayah maksud itu ternyata cewek. Mulai dari situ pikiran aku mulai aneh."

Ayah Aji tersenyum sambil mengusap rambut putrinya. "Tante Veriska minta tolong ke Ayah, untuk ngebantu anaknya buat ngejalanin proyek kuliahnya di sini, makanya Ayah minta aja Raka suruh dateng ke sini dan tinggal sama kita untuk sementara."

"Hah, tinggal sama kita?" Aulia refleks mengubah posisinya, ia cukup terkejut. "Berati kita jadi bertiga dong?"

Ayah Aji tertawa menangkap ekspresi Aulia yang menggemaskan. "Kenapa? Kamu keberatan?"

"Enggak sih, Yah, tapi aku gak terbiasa kalo ada orang lain di rumah ini."

"Nanti lama-lama kamu juga kebiasa kok, lagi pula Raka anaknya baik, dia gak bakal macam-macam. Kamu juga bisa banyak belajar dari dia buat persiapan kuliah kamu nanti. Jadi Ayah gak salah kan kalo ngajak Raka tinggal sama kita?"

Aulia mengangguk sambil tersenyum.

"Terus kata Tante Veriska ada satu hal yang kamu harus tau soal Raka," nada suara Ayah Aji berubah berat, seperti sesuatu yang serius dan penting.

"Apa, Yah?" Aulia penasaran setengah mati.

"Katanya Raka ganteng banget kalo lagi tidur."

"Apa sih, Ayah!!!"

SAPTAWhere stories live. Discover now