11 - PINDAH

20 2 0
                                    

Bab 11

Happy reading 💜

Inilah hari yang telah Haikal nanti-nanti beberapa Minggu terakhir. Setelah melakukan packing segala kebutuhannya, cowok itu langsung bergegas ke rumah Alan. Anggap aja itu adalah rumahnya untuk sementara waktu.

Jujur saja, sebenarnya Haikal cukup degdegan dengan reaksi Rian Wiranto nanti, karena menurut cerita Alan, Rian Wiranto sedikit tidak setuju dengan perjanjian ini seperti Mamanya.

Haikal menyeret kopernya melewati gerbang rumah yang terbuka lebar, seakan-akan sudah menanti kedatangannya. Memasuki teras, Haikal berhenti sebentar. Mengeluarkan napasnya panjang-panjang. Lalu kembali melangkah masuk.

Atensinya melirik ke setiap sudut rumah. Rumah Alan memang tak jauh berbeda dengan rumah Haikal, hanya saja rumah Alan lebih layak disebut rumah idaman dibanding rumahnya sendiri. Haikal menoleh begitu mendapati Rian Wiranto tengah berkutat dengan laptop di depannya di sebuah ruang keluarga yang luas.

Tak perlu menunggu lama, Rian Wiranto seperti sudah tau kedatangannya. Pria itu tersenyum lalu meminta Haikal untuk mendekat.

"Kamu apa kabar, Kal?" tanya Rian saat Haikal sudah duduk di sampingnya.

"Alhamdulillah, sehat, Om."

"Kamu udah makan?"

Haikal menggeleng.

"Nanti kamu makan, udah Om siapin makanan di meja makan. Kamu bisa langsung ke kamar Alan di lantai dua," ujar Rian.

"Oke, makasih, Om."

Haikal mengambil barang-barangnya yang tadi ia letakkan di samping tangga.

"Kal, itu pet cargo isinya apa? Kamu bawa hewan ke sini?" tanya Rian begitu Haikal menjunjung benda berwarna abu itu.

Haikal lantas membuka pintu pet cargo membuat Harry keluar dan berjalan mendekati Rian Wiranto.

Haikal lantas membuka pintu pet cargo membuat Harry keluar dan berjalan mendekati Rian Wiranto

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Meong."

"Meong."

"Meong."

Hewan berbulu lebat itu memiring-miringkan kepalanya seraya menatap Rian Wiranto. Mengendus-endus lantai yang diinjaknya lalu menjilat tubuhnya yang gatal.

Haikal cepat-cepat menggendong Harry, lalu membawa barang-barangnya ke kamar Alan. Sesampainya di depan kamar Alan, Haikal mengambil kunci yang disembunyikan di bawah vas bunga di samping pintu kamar, sesuai pesan Alan tadi.

 Sesampainya di depan kamar Alan, Haikal mengambil kunci yang disembunyikan di bawah vas bunga di samping pintu kamar, sesuai pesan Alan tadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Haikal membuka pintu dan segera masuk ke dalam. Haikal menurunkan Harry dari gendongannya, membiarkan makhluk gemoy itu sibuk berlari-lari menuju balkon kamar di mana ada kupu-kupu berterbangan di sana.

Haikal merentangkan kedua tangannya. Menelisik ke setiap sudut kamar yang tampak sudah bersih itu. Saat asyik melihat-lihat, ponselnya tiba-tiba bergetar, ada panggilan video dari Alan.

"Oi, gimana lo udah nyampe rumah gue?" tanya Alan dari seberang.

Haikal mengambil posisi duduk di tepi ranjang lalu menghela napas. "Udah."

"Muka lo kenapa bete gitu, Kal? Gak cocok lo bete-betean."

"Sialan lo! Reaksi bokap lo aneh."

"Aneh gimana maksudnya? Dia berubah jadi T-rex??"

Haikal berdecak. "Gak gitu juga, pinterrr!! Maksud gue, gue kira bokap lo bakal nolak kehadiran gue. Kata lo kan dia gak setuju sama perjanjian ini."

Alan tertawa kencang dari seberang telepon membuat wajah Haikal makin mengkerut bete.

"Ternyata lo juga bisa nething juga ya, Kal."

"Terserah lo, Lan."

"Tapi gue berharap dengan kita switch roles ini, lo gak bakal ngerasa diabaikan lagi. Karena sekeras apapun bokap gue, dia bakal ngelakuin yang terbaik buat lo."

"Buat lo, kalo kata gue mah tanpa lo berharap nyokap gue gak bakal nuntut macem-macem kaya Om Rian. Dia sibuk kerja, gak ada waktu buat memperhatikan apa yang lo lakuin, Lan."

Alan mengangguk begitu pun Haikal.

"Eh, tunggu-tunggu, itu kamar gue lo apain kok jadi ada banyak peralatan praktikum kimia?"

"Oh ini," Alan terkekeh lalu mengambil satu gelas kimia yang ditunjukkannya di depan layar. "Lo kan tau, Kal, gue tuh tiada hari tanpa eksperimen. Cuma buat ngebuktiin sifat fisik air dan minyak pun gue sampai rela antri minyak goreng berjam-jam di minimarket."

Haikal memijat dahinya yang berkedut. "Terserah lo, Lan. Mau lo bikin ekspresimen hukum Newton lah, sifat fisik air dan minyak, atau apalah. Gue gak peduli. Yang jelas lo jangan hancurin kamar guee!!!"

Tuttt.

Panggilan video ditutup.

------

Di rumah Haikal, Alan menoleh begitu seseorang muncul dari ambang pintu. "Kamu udah selesai beres-beres, Lan?" tanya Ajeng.

"Udah, Tante."

Ajeng tersenyum. "Sekarang kamu makan dulu ya, udah Tante siapin di meja makan."

"Iya, Tante."

Tanpa menunggu lama, Alan langsung turun menuju meja makan. Matanya memandang beberapa kursi yang tersedia di meja makan itu. Kemudian atensinya beralih pada beragam makanan yang tersedia di atas meja. Alan terdiam.

"Kamu kenapa bengong, Alan?"

Alan tersenyum canggung. "Gak apa-apa, Tante. Aku makan ya." Alan lantas menarik kursi dan duduk lalu sibuk memasukkan lauk ke piringnya.

"Tante, tinggal ke depan dulu ya, Lan. Makan yang banyak." Ajeng mengelus rambut Alan sebelum pergi.

"Siap Tante."

Sesampainya di halaman rumah, setelah memastikan tak ada orang di sekitarnya. Ajeng mengeluarkan ponselnya dan hendak menelepon seseorang. Tak lama, panggilan tersebut tersambung.

"Rian, makasih ya udah mau nerima Haikal dan Harry untuk tinggal di rumahmu."

"Iya, tapi tunggu. Siapa Harry?"

Ajeng terkekeh sebentar. "Kucing peliharaannya Haikal."

Rian Wiranto manggut-manggut meskipun tak terlihat oleh Ajeng. "Terima kasih juga sudah mau menerima, Alan. Aku benar-benar tidak paham apa yang menghasut mereka melakukan hal gila seperti ini. Tolong jaga Alan baik-baik. Kalo ada apa-apa hubungi saya."

"Aku juga titip Haikal. Meskipun dia tinggal sama kamu, tapi kebutuhan kesehariannya masih bisa aku cukupi."

SAPTAWhere stories live. Discover now