10 - BERANGKAT SEKOLAH

32 6 1
                                    

Bab 10

Happy reading 💜

Zaki Prastama. Cowok itu melirik nametag yang tertempel di sebelah kanan seragamnya melalui pantulan cermin di depannya. Zaki menyisir rambutnya ke arah kiri, tapi, kemudian ia mengubahnya ke arah kanan, lalu mengubahnya ke arah belakang dan terakhir ke arah depan. Zaki mengerang dalam diam. Dia bingung harus menyisir seperti apa rambutnya kali ini.

Beruntung Andari muncul dan menghampiri Zaki. "Kamu kenapa mukanya bete begitu?" tanya Andari.

Zaki memutar tubuhnya menghadap Mamanya. "Rambut Zaki bagusnya disisir gimana ya, Mah?" tanyanya meminta saran.

Andari terkekeh sebentar. "Kamu ini persis banget kayak Papa kamu."

"Maksudnya?"

"Papa kamu tuh suka kaya kamu, bingung rambutnya mau dimodel kayak gimana lagi. Makanya Papa kamu lebih milih dicukur habis rambutnya biar gak bingung lagi."

"Tapi, Zaki gak mau botak, Mah." Zaki mengerucutkan bibirnya membuat Andari kembali terkekeh.

"Sini biar Mama bantu."

"Nanti kalau udah selesai siap-siapnya langsung ke bawah ya, Mama tunggu di meja makan," pesan Andari sebelum keluar dari kamar Zaki.

Zaki mengangguk, lalu kembali menatap hasil sisiran Mamanya melalui pantulan cermin. Senyumnya mengembang. "Ganteng banget gue hari ini."

-----

Setelah sarapan bersama Mamanya, Zaki langsung menarik ransel di kursi kosong di sampingnya. Menyalami tangan Andari dan mencium pipi wanita itu. "Nanti Mama ke rumah sakit jam berapa?"

"Jam 8an, nak, kenapa emangnya?"

Zaki menggeleng. "Kalo Papa sadar langsung kabarin Zaki ya Mah."

Andari dapat melihat sorot kesedihan itu lagi dibalik tatapan Zaki. Andari menangkup pipi anaknya sambil mengangguk. "Udah sana kamu berangkat, belajar yang bener buat Mama sama Papa bangga."

Zaki melambaikan tangan kanannya ke arah Mamanya, sedangkan tangan kirinya sibuk memainkan kunci motor dengan memutar-mutarnya. Cowok itu keluar rumah berjalan menuju motor yang ada di halaman. Setelah menancapkan gas, motor itu langsung melesat ke jalanan.

Tak kurang dari lima belas menit, Zaki sudah sampai di parkiran sekolah. Cowok itu turun, lalu membenarkan tali sepatunya yang terlepas. Setelah menyugar rambut hasil sisiran Mamanya melalui kaca spion, Zaki memasuki gedung SMA Palapa.

Begitu sampai di kelasnya, Alan dan Haikal langsung menyambut cowok itu. Zaki melambaikan tangannya lalu berlari menghampiri mereka. Karena tak berhati-hati, Zaki tak sengaja menyandung kaki meja hingga membuatnya terjatuh.

Untung keadaan kelas saat itu sepi, jadi tak ada yang menyaksikan kecerobohan Zaki, kecuali Alan dan Haikal yang masih tertawa terpingkal-pingkal. Zaki bangkit dan menghampiri keduanya.

"Gue tau nih, gue tau," Alan masih belum bisa menghentikan tawanya.

"Apa?"

"First moment lo setelah hampir empat hari gak masuk adalah kesandung kaki meja... Ya Tuhan ngakak banget gue."

"Sakit gak bokong lo? Cepet diliat takutnya remuk," Haikal juga ikut meledek Zaki.

"Lo berdua hobi banget ngetawain gue."

"Karena selama lo gak ada kelas jadi sepi." Mendengar tuturan Haikal, suasana hati Zaki mendadak meningkat membuatnya senyum-senyum sendiri.

"Gimana keadaan Om Lukman, Zak?" tanya Alan. Setelah mendengar pertanyaan Alan, senyum Zaki perlahan memudar.

SAPTADonde viven las historias. Descúbrelo ahora