Tawaran Sang Malachite

560 64 3
                                    

Tap Tap Tap..

Langkah kaki sekelompok remaja menarik perhatian beberapa dari mereka yang berada di tempat itu, tidak terkecuali Kaizo.

"Kapten, bagaimana keadaannya?" tanya sang manik hazel dengan penuh harap. Tapi sayangnya, dibalas oleh gelengan kepala dari sang kapten.

"Ck."

Mereka semua tertunduk lesu seolah merasa bersalah. Sementara satu dari keenamnya menatap datar sekaligus heran, dia baru datang lho! Apa tidak ada yang berniat ingin memberitahunya dulu?

Pemilik surai ungu itu berjalan mendekati jendela salah satu ruangan hospital. Dari luar ia melihat ruangan itu sudah diisi oleh beberapa orang yang mengelilingi ranjang dengan seseorang terbaring kaku di atasnya.

"Ada apa?"

"Fang, orang yang disana, salah satu penduduk di wilayah sini ...  meninggal secara misterius."

Mendengar jawaban dari Boboiboy, tidak terlalu membuatnya terkejut. Dia lebih tertarik pada kata terakhirnya.

"Misterius?"

Boboiboy mengangguk pelan, dia menjelaskan bahwa saat kejadian tidak ada yang mendengar korban berteriak atau suara senjata apapun, padahal disekelilingnya terdapat perumahan. Hal yang membuatnya meninggal juga tidak masuk akal, korban meninggal bukan karena luka bacok sana sini, dipenggal, bahkan tidak ada luka lecet sedikitpun di tubuhnya kecuali di bagian mulut.

Masing-masing dari sudut mulut si korban robek sedikit (hanya 2 cm mungkin), tapi bukan itu penyebab utamanya, melainkan ... jantung milik si korban yang tidak ada di tempatnya. Tubuhnya terlihat baik-baik saja di luar, tapi sebagian organnya hilang. Dokter mengatakan bahwa jantung, usus, dan hatinya yang sudah tidak ada.

Siapa yang tidak terkejut jika mendengar hal mengerikan seperti itu? Tidak ada bekas robekan di perut si korban, lalu bagaimana itu semua bisa diambil dengan mudahnya? Jangan bilang jika itu dikeluarkan lewat....

"Lalu? Sekarang apa?"

Mereka memandang Fang dengan bingung, dia masih bisa terlihat santai setelah ada kejadian seperti ini?

"Kita harus mencari pelakunya."

"Kita?" Fang mengulangi kalimat kapten itu dengan nada datar. Membuat sepasang mata itu menatap ke arah nya.

"Kukira kalian bisa mengatasinya sendiri. Kalian 'kan hebat dan berguna, tidak sepertiku. Untuk apa mengajakku?" ucap Fang tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela, posisinya masih membelakangi mereka.

"Oh ya, untuk seterusnya juga lakukanlah sendiri. Aku percaya pada kalian, Para Pahlawan."

Entah apa maksudnya, Fang langsung pergi dari sana tanpa melihat ke arah mereka sedikitpun. Dia berjalan dengan raut wajahnya yang tak berubah. Saat semakin menjauh, samar-samar ia dapat mendengar percakapan Boboiboy dan Kaizo.

"Lakukanlah sesuka kalian. Kalian bebas memilih siapa untuk dijadikan saudara." batinnya.

Fang tau, Boboiboy memanggilnya kemari hanya untuk membuatnya mendengar Kaizo memuji dan mengandalkan Boboiboy. Angkat saja dia jadi Dewa kalian sana!

BRUUK!

"Ck, hei, perhatikan jalanmu." entah siapa yang sengaja menabrak bahu Fang, dia tidak peduli. Dia hanya mengumpat sekilas dan pergi, dia tidak punya waktu untuk mengurus bajingan lainnya.

Sementara pria berjas hitam itu mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk dan menaikkan topi boater hitamnya sedikit. Aksen hijau cerah pada topinya tampak berkedip ringan. Seringaian kecil terukir jelas di wajah pucat sosok itu.

Shadow In The Darkness [Fang Fanfiction]Where stories live. Discover now