9.

4K 421 18
                                    

Oliver berlari, terus berlari. Beberapa kali hampir terjatuh tapi Oliver menahan bobot dirinya. Tangan dan kakinya sudah sangat sakit dan Oliver rasanya sudah kehabisan tenaga, tapi suara langkah kaki yang mengejarnya pun masih terdengar jelas. Gelapnya hutan tidak membuat Oliver gentar.

Tapi setelah berlari untuk beberapa menit lagi, suara yang mengikuti Oliver sudah menghilang. Oliver sudah tidak sanggup bangkit dan berjalan, jadi tubuhnya langsung terbaring di tanah saat itu juga. Dengan air matanya yang kembali mengalir dalam heningnya malam. Oliver tidak boleh tertidur, bagaimana kalau ia diculik lagi saat dirinya tertidur? Atau bagaimana kalau ada binatang buas yang akan menerkamnya saat ia sedang tertidur?

Pandangan Oliver sudah berkunang-kunang. Tubuhnya terasa remuk redam. Suara jangkrik memenuhi kepalanya. Satu satunya yang bisa Oliver lihat sebelum ia tidak sanggup lagi menahan kesadarannya adalah cahaya bulan di atas sana. Setelahnya Oliver benar benar kehilangan kesadarannya.

Semuanya gelap, Oliver hanya dapat mendengar suara angin yang meniupkan dedaunan. Dan... samar-samar suara bundanya.

"Bun-da..." panggil Oliver dengan suara serak. Dalam tidurnya Oliver dapat melihat bundanya yang sedang memasakkan makanan kesukaan Oliver karena Oliver sedang berulang tahun. Ada kakaknya dan juga sosok pria yang tidak Oliver kenal. Oliver tidak bisa melihat wajah pria itu, tapi Oliver terus memanggilnya ayah, ayah!

Suara cempreng bocah yang masih sangat kecil itu bergema di kepala Oliver. Bocah yang tampak berusia 4 tahun itu terus berlarian kesana-kemari terus saja meneriakkan 'ayah' dengan sangat senang. Tapi yang Oliver lihat, adalah gumpalan hitam yang menutupi wajah pria itu. Mungkin karena Oliver memang tidak mengingat lagi wajah ayahnya. Oliver masih sangat kecil saat ayahnya tiada.

Baru saja Oliver akan menerima suapan dari bundanya ketika sang bunda menahan tubuh kecilnya yang berlarian saat semua mimpinya seakan tersedot dan Oliver kembali terbangun saat tubuhnya di tendang pelan.

"Hey kid, are you ok? Thought i found a dead body just now. What a kid doing in this kind of place all alone? Are you lost or something?" Tanya pria itu setelah melihat Oliver yang bangun dan langsung terduduk dengan wajah yang sangat shock berat. Mata Oliver meliar kesana kemari mencari sosok bunda, kakak, dan pria yang ia anggil ayah diikuti matanya yang juga mulai berkaca-kaca. Pria yang tadi menemukan Oliver pun tidak mengerti apapun dan apa yang terjadi pada Oliver.

"Hey kid, let me take you to the police station. I think they would do something better than me." Ucap pria itu sembari mendekat dan mencoba membawa Oliver ke dalam gendongannya.

"Ga! Ga mau! Menjauh!" Pekik Oliver seraya menepis kedua tangan pria itu.

"wait? Is that indonesian language? I think i can do something. I've learnt indonesian for three months now." Ucap pria itu lagi dengan logat yang sangat tidak Oliver mengerti.

Pria itu tampak sedikit berfikir, lalu mengatakan, "Ha-lo? Nam-amu si-apa?"

"h-huh?"

"A-a-ku ba-ik."

"Oliver." Jawab Oliver sembari tercicit pelan.

"ohhh, so that's your name. Ok, let me try again. Di-man-a rum-ahmu?"

"hm.. Indonesia."

"A-ah.. guess i ask a wrong question. Hmm... ma-u pu-lang?" Tanya pria itu lagi sembari menatap Oliver sedikit prihatin.

Oliver mengangguk pelan, lalu saat pria itu menggendongnya pelan, Oliver menerimanya dengan baik.

"terimakasih." Ucap Oliver lalu menyenderkan kepalanya di bahu pria tersebut. Oliver sedikit bersyukur bertemu pendaki di sini, terlihat dari tas yang pria itu bawa. Oliver hanya benar-benar berharap kalau pria itu adalah orang baik.

Oh No... [slow Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang