twenty eight

123 15 0
                                    

Lapangan quidditch sore ini terlihat ramai oleh beberapa murid Slytherin tak lain ialah Draco dan kawan-kawannya. Awalnya mereka memutuskan untuk bermain bertiga saja, tetapi karena menurut Theo quidditch tidak seru dengan adanya tim yang ganjil, akhirnya mereka mengajak murid Slytherin yang sedang berdiam diri di ruang rekreasi.

Pansy tentu saja hadir disana. Karena tidak dapat menemukan sahabatnya, ia memutuskan menghabiskan waktunya untuk ikut bermain.

Berhubung quidditch belum terkena larangan dari Umbridge, tentu saja beberapa murid masih meluangkan waktunya untuk bermain permainan ini. Berhubung hanya ada 10 orang yang ikut bermain, menandakan masing-masing tim berisikan 5 orang.

"Hei, Malfoy." Panggil seorang lelaki yang berjalan mendekatinya. "Ayo bertarung denganku."

Draco hanya menatap lelaki yang merupakan saudara jauhnya dengan tatapan mengejek. "Kau ingin aku memukul wajahmu itu lagi?"

"Sebaiknya jangan atau Umbridge menghukummu lagi."

Ya. Phineas Black adalah dalang dibalik pesta Slytherin yang terdengar sampai ke telinga Umbridge. Reflek Draco ingin mengayunkan kepalan tangannya ke arah wajah Phineas, tetapi dengan cepat Theo dan Blaise menahannya.

"Easy, mate."

Draco menepis tangan Theo dan Blaise yang memegang badannya dan menunjuk ke arah Phineas. "You have to pay about this."

Lelaki keturunan Black itu tentu saja senang dengan amarah Draco yang terpancing. Ia segera menyuruh teman-temannya untuk mempersiapkan diri menaiki sapu terbang masing-masing begitu juga dengan Draco.

"Dia berusaha memancing emosimu, Malfoy," ujar Blaise, mengingatkan.

Draco hanya memberi tatapan tajam ke arah Blaise. Lelaki itu sama sekali tidak tahu rasa sakit yang Draco derita saat terkena hukuman Umbridge, jadi sudah sewajarnya Draco marah kepada Phineas.

Permainan akhirnya dimulai. Karena tidak adanya wasit yang memantau, tentu saja permainan kali ini sangat brutal dan tidak bisa terkendali. Beberapa diantara mereka tidak segan menendang sapu terbang satu sama lain agar bisa mencetak angka. Draco menatap semua kejadian dari atas sembari menunggu snitch melewati pandangannya.

"Kau tahu kenapa aku mendekati Avery?"

Draco tidak merespon pertanyaan Phineas yang kebetulan menjadi seeker di timnya.

"Well, karena aku menyukainya."

Draco ingin mengutuk Phineas sekarang juga. Entah apa lelaki itu tahu atau tidak soal hubungan pura-puranya dengan Rose yang tidak memiliki kejelasan. Tapi, Draco yakin kalau gadis itu miliknya.

Dia pun melesat melewati Phineas tanpa mengatakan apapun, dan itu berhasil menangkap snitch dengan matanya saat Phineas mengoceh tidak jelas, tanpa berbasa-basi ia langsung bergerak menyusul bola terbang itu.

Tanpa diduga, Phineas berhasil menyusul Draco dengan cepat. Tentu saja lelaki itu sangat ingin mencelakai Draco agar masuk ke dalam hospital wings dan kemenangan diraih olehnya. Namun, yang tengah ia lawan adalah seeker terbaik setelah Harry Potter yang dimana tentu saja Draco memiliki trik yang tidak diketahui Phineas.

Benar saja, setiap kali Phineas hendak mendorong Draco jatuh dari sapu terbang, lelaki berambut pirang itu dengan mudah mengagalkan rencananya. Phineas sama sekali tidak berfokus kepada snitch, melainkan membuat Draco terluka parah.

Draco menantang Phineas untuk terbang keluar dari arena lapangan, yaitu dengan terbang lurus ke atas. Dengan beberapa awan yang menghalangi pandangan, Phineas tidak dapat melihat dengan jelas yang membuat dirinya tak sadar telah terjatuh dari sapu karena Draco yang mengenai ujung sapu miliknya ke ujung sapu milik Phineas.

Stuck With You - d.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang