fourty five

132 11 2
                                    

OWL adalah ujian yang paling disegani di Hogwarts selain NEWT. Banyak yang mengatakan bahwa OWL layaknya mimpi buruk setiap murid tahun ke-5. Secara mengejutkannya, OWL tahun ini diawasi langsung oleh sang headmaster, Dolores Umbridge. Mimpi buruk langsung terasa digandakan dua kali lipat atau bisa saja 10 kali lipat lebih buruk dibanding tahun-tahun sebelumnya.

"Times up!"

Umbridge mengangkat tongkatnya, membuat seluruh perkamen beranjak pergi dari meja. Great Hall mulai ricuh karena banyak murid yang mengeluh karena tidak sempat mengerjakan pertanyaan yang belum terjawab dan harus merelakan itu semua.

Rose juga diam-diam menghela nafasnya. Dia sempat mengerjakan seluruh soal, tetapi tidak memiliki waktu untuk mengeceknya kembali. Mata pelajaran pertama hari ini adalah Herbologi. Kepalanya rasanya ingin sekali pecah karena harus menghafal puluhan nama tanaman yang sangat susah untuk diingat.

Hari ini adalah hari terakhir jadwal OWL. Selama seminggu ini, Rose lebih banyak menyendiri. Sesekali Draco menghampirinya untuk belajar bersama atau sekedar menemaninya di tengah waktu santainya. Dia juga tidak begitu banyak mengobrol dengan Harry, semoga saja Voldemort mengerti ambisinya menjadi peringkat satu di angkatannya.

"Hei."

Rose melirik ke arah lelaki yang datang mendekatinya dan langsung duduk di sampingnya. "Bagaimana Herbology mu?"

"Tidak yakin. Nott mengajakku bermain kartu sepanjang malam," jawabnya.

"Baguslah. Aku mempunyai kesempatan mengalahkanmu di peringkat pertama."

Lelaki berambut pirang menyeringai. "Oh ya? Bagaimana dengan hafalanmu di Ramuan?"

"Aku mempertaruhkan semuanya untuk yang satu itu, Draco."

"Kau masih belum bisa mengalahkanku."

"Lihat saja nanti."

Tak terasa Umbridge mulai memanggil seluruh murid tahun ke-5 untuk kembali masuk ke dalam Great Hall. Bersama Draco, Rose dapat mendengar keluhan para murid angkatannya sambil berjalan memasuki ruangan.

"Good luck!"

Rose tersenyum dan langsung berjalan menuju mejanya. Mejanya tidak berjarak begitu jauh dari Draco, hanya terhalang 4 meja murid Slytherin lainnya.

Jantung Rose mulai berdetak begitu cepat, mengingat Ramuan bukanlah mata pelajaran yang dia kuasai. Saat perkamen soal dan lembar jawaban mulai dibagikan, Rose hanya bisa berharap dia bisa mengerjakannya dengan lancar. 30 menit telah berlalu dan dia ngin sekali mengutuk orang yang membuat soal ujian ramuan tahun ini. Kedua matanya menatap lembar soal dengan tatapan kosong, melihat 8 soal yang tersisa dari total 10 soal yang diberikan.

Dum!

Seluruh murid mengalihkan pandangannya ke arah pintu Great Hall yang tertutup rapat. Suara dentuman besar itu tidak berhenti begitu saja, membuat Umbridge dengan kesal menggerakkan kakinya menuju pintu besar itu.

Rose ikut menatap kepergian perempuan berbaju pink itu. Pikirannya dipenuhi beberapa pertanyaan seperti, apa yang terjadi di luar sana? Dementor? Tidak, tidak mungkin. Death eaters? Tunggu, buat apa Voldemort langsung menyerang Hogwarts?

Umbridge membuka pintu dengan kesal, emosinya semakin memuncak ketika tidak melihat siapapun di sana. Yang dia temukan hanyalah sepercik cahaya berwarna kuning. Cahaya itu langsung bergerak masuk ke dalam Great Hall, memecah menjadi tiga bagian dan diakhiri beberapa petasan kecil yang indah.

Hampir beberapa murid akhirnya tahu dalang dibalik suara dentuman itu. Tak lain adalah si kembar Weasley. Mereka berdua langsung terbang bersama kedua sapu terbangnya ke dalam ruangan, melemparkan petasan dan menghamburkan seluruh perkamen di atas meja.

Stuck With You - d.mOnde histórias criam vida. Descubra agora