6. Kalau gatal di garuk

4.8K 747 77
                                    

Baaaaa update 🎉🎉

Yah votenya gak sampai nih. Komennya juga sedikit banget 🥺 ayo dong di kencengin, di banyakin lagi vote sama komennya biar aku semangat nulis ❤️


Yang penasaran sama cerita Bunda Sadwa. Kalian bisa langsung baca 'Sugar Baby' di jamin gak nyesel. Versi lengkap tersedia di Karyakarsa ya❤️

Selamat membaca 🙌



Aku seperti anak kucing yang kehilangan induk-nya saat Sadwa pergi entah ke mana. Meninggalkan aku sendiri di antara keluarganya yang baru saja aku kenal. Tidak tahu sedang ada acara apa di rumah ini. Yang jelas, di sini begitu ramai sampai aku kewalahan dan tak nyaman. Setelah perkenalan yang tak di duga-duga tadi. Sejauh ini, hanya Bunda Sadwa yang baik dan ramah kepadaku.

"Di mana kamu kenal Sadwa?"

Aku menoleh, berjengit ketika seseorang duduk di sampingku. Aku tidak tahu siapa pria ini. kemungkinan─dia juga bagian dari keluarga ini.

Aku bingung. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Perkenalan pertama kami? Tidak mungkin kan aku mengatakan yang sebenarnya tentang aplikasi hijau itu awal perkenalan kami.

"Itu....Kami bertemu di Starbaik," jawabku ragu-ragu. Jelas itu bukan omong kosong. Faktanya kan pertemuan pertama ku dengan Sadwa memang di sana.

"Starbaik?" ulang pria itu.

Aku mengangguk. Kenapa responsnya seperti itu? aku bisa melihat kerutan heran yang begitu jelas di wajah pria itu. tapi detik berikutnya wajahnya langsung berubah menjadi ramah lagi.

"Begitu. Ngomong-ngomong kita belum berkenalan. Aku Ravi." Pria itu mengulurkan tangannya.

Aku menerima uluran tangan itu sembari membalas. "Aku Ersa."

Pria itu mengangguk lagi. Dia menyesap minuman kaleng di satu tangannya. "Sudah sangat lama. Agak syok lihat Sadwa bawa wanita ke rumahnya."

Aku tersenyum kikuk. Aku sama sekali tidak tahu tentang Sadwa. Jadi aku tidak tahu harus membalas apa. Selain itu, aku juga takut salah bicara dan membuat Sadwa marah nanti.

"Aku gak tahu apa yang terjadi. Tapi kayaknya kamu bukan wanita biasa," lanjut pria itu membuat aku bingung.

Sejujurnya aku tak ingin tahu. Kalau bisa ingin pria ini pergi. Kenapa dia senang sekali bicara denganku padahal aku tidak menginginkannya? Tidak mungkin juga aku mengusirnya. Dan yang aku lakukan hanya bisa diam. Berharap Sadwa segera datang lalu membawaku pulang!

"Kamu gak penasaran?"

"Ya?"

Pria itu tersenyum kecil. "Kamu sama sekali gak penasaran sama yang aku bilang tadi?"

Aku meringis. Dengan senyum kikuk aku menggeleng. Kenapa juga aku harus penasaran dengan apa yang dia katakan? Sekali pun itu serius. Itu bukan urusanku.

Dan tanpa di duga pria itu tertawa. "Aku gak tahu dari mana Sadwa menemukan kamu. Tapi kamu beneran unik. Beda sama wanita yang pernah Sadwa kenalkan sama aku," imbuhnya. Pria itu menatapku dari atas sampai bawah. "Bahkan penampilan kamu cukup sopan dan─ketinggalan jaman?"

Aku menatap penampilanku sendiri. Apa yang salah dengan penampilanku? Memang sih. Pakaianku tidak semewah seperti mereka. Tapi ketinggalan jaman? Yang benar saja! Sekali pun pakaianku murah, aku rasa apa yang sedang ku pakai cukup modern kok.

"Kayak wanita kampung."

Aku terkesiap. Bukan Ravi yang mengatakan itu. Tapi wanita yang entah sejak kapan sudah berdiri di antara kami. Dia yang tadi memanggil Sadwa saat kami baru saja sampai di ruangan ini.

TerikatWhere stories live. Discover now