17. Mencurigaiku

3.2K 580 24
                                    

Update! Siapa yang nungguin cung? 🙌🙌

Di Karyakarsa sudah update bab baru ya, yang mau baca cepat bisa langsung ke sana❤️

Jangan lupa vote sama komentarnya dong biar aku rajin nulisnya👀 selamat membaca ya💋


Berbelanja dengan orang tua kekasih memang sempat aku bayangkan sebelumnya. Tapi─tidak yang seperti ini. Karena aku bukan kekasihnya. Aku hanya simpanan dari anaknya. Meski Sadwa mengenalkan aku sebagai kekasih kepada orang tuanya, tetap saja itu tidak benar. Dan seperti yang aku duga, aku tidak bisa menolak ketika Bunda memaksaku untuk pergi ke berbagai tempat. Bukan aku tidak suka, hanya saja aku kurang nyaman saat Bunda mencoba membelikan sesutau kepadaku.

"Kamu mau beli apa Sayang?"

Bunda mulai lagi. aku tidak tahu itu pertanyaan keberapa kalinya. Entah keberapa kali juga aku menolak pertanyaan itu.

"Aku lagi gak mau apa-apa Bunda."

"Ih, dari tadi gak mau terus. Bilang saja, Bunda yang belikan."

"Duh, gak usah Bun. Benar deh, aku lagi gak butuh apa-apa."

Bunda menatapku penuh selidik. "Gak butuh apanya? Wanita itu butuh banyak hal untuk dirinya sendiri. Kayak Bunda."

Aku meringis. Kalau saja aku sekaya Bunda mungkin aku akan melakukan itu. tapi untukku sekarang, semua barang-barang bagus dan mahal tidak ada artinya. Apa lagi di tengah sakit nenek yang masih membutuhkan biaya. Meski Bunda dengan jelas ingin membelikannya, aku tetap tidak menginginkan itu.

"Gak apa-apa Bunda. Aku memang gak begitu butuh sama barang."

"Duh, kamu gak asyik nih. Ya sudah, tapi kalau ada yang di mau bilang ya."

Aku meringis lalu mengangguk. bisa-bisanya Bunda bicara seperti itu. sekali pun aku menginginkan sesuatu sudah jelas aku tidak mungkin mengatakannya apa lagi memintanya kepada Bunda Sadwa. benar-benar gak sopan.

Aku memerhatikan sekitar di saat Bunda Sadwa sibuk dengan barang yang ingin dibelinya. Aku melihat-lihat kebeberapa tempat sampai terdiam di rak sepatu. Ada banyak jenis sepatu yang dipajang di sana sampai membuat aku kebingungan harus melihat yang mana dulu karena semuanya menarik perhatianku.

Aku melihat-lihat satu persatu sepatu yang dipajang di sana. Dibagian sneakers aku menemukan sepatu yang bagus sekali. Sepatu yang selalu aku inginkan saat aku masih sekolah dulu. Yang sayangnya tak bisa aku beli karena tidak punya uang dan tidak mau merepotkan Nenek.

Tapi sekarang aku sudah punya uang. Dan aku ingin sekali membelinya. Meski aku masih pantas memakainya, aku tidak ingin membeli itu untuk diriku sendiir. Tapi aku ingin membelinya untuk Rumana. Sepatu Rumana juga belum ganti dari tahun lalu. Kalau aku beli pasti Rumana senang.

"Sayang, kamu lagi lihat apa?"

Aku berjengit mendengar suara Bunda yang sangat dekat. Menoleh dengan cepat dan mendapati Bunda sudah berdiri di sampingku.

"Loh? Bunda sudah belanjanya?"

Bunda mengedikan bahunya. "Gak ada yang cocok," jawabnya santai. "Kamu lagi lihat apa? Mau beli apa?"

Aku meringis. Kenapa harus tidak ada yang cocok sih? Aku jadi tidak bisa melihat-lihat sepatu ini lebih lama.

"Ah, Cuma lihat sneakers saja kok Bun."

"Kamu mau beli?"

Aku mengangguk pelan. "Iya. Aku baru ingat kalau adikku belum ganti sepatu yang sudah lama dia pakai," kataku lalu kembali melihat-lihat. Dan mataku langsung tertuju ke arah sneakers berwarna hitam. Warna yang cocok untuk dipakai sekolah.

TerikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang