5. Harus pulang

2.2K 439 20
                                    

Update gais? Masih nunggu?

Info : Di Karyakarsa sudah sampai bab 40 loh ceritanya. Yuk dibaca di sana buat nemenin nyore kalian sambil nunggu buka puasa 🥳

===

Aku tidak tahu apa yang sudah terjadi. Yang aku tahu sekarang kepalaku terasa sakit. Cahaya di depan mata begitu mengganggu, mau tak mau aku membuka mataku yang terasa berat.

Ini di mana? Kalimat itu lah yang melintas di kepalaku saat mataku menangkap pemandangan yang tampak begitu asing. Sudah jelas ini bukan rumahku, bukan juga tempat yang aku kenal.

Apa yang sudah terjadi? Samar-samar aku mencoba mengingat ke belakang. Aku hendak pulang setelah diantar oleh Kai sampai pertigaan. Dan di sana, ada dua pria kurang ajar yang ingin merampokku dan─

Mataku langsung membulat sempurna mengingat siapa lagi yang ada di sana.

"Sadwa?"

"Ya?"

Aku langsung menoleh ke samping. Pria yang tak sengaja aku sebut namanya itu bangun dari duduknya. Dia berjalan ke arahku.

Aku mematung. sekarang wajahnya dengan jelas bisa aku lihat. Berbeda ketika berada di jalan dengan cahaya remang-remang. Tiba-tiba hatiku berdenyut, melihat Sadwa seolah kembali membuka luka lama yang sudah bertahun-tahun aku kubur.

Kenapa? Kenapa dia harus kembali datang ke dalam hidupku lagi? Aku bahkan sudah melupakan semua hal yang sudah terjadi di masa lalu. Aku sudah mencoba menata hidupku dengan begitu baik bersama putri dan adikku. Sekarang, kenapa dia harus datang lagi? Apa yang sebenarnya pria ini rencanakan?

"Bagaimana? Kondisimu sudah baik-baik saja? Kepalamu, apa terasa sakit?"

Pertanyaan itu sama sekali tak masuk ke dalam telinga. Aku hanya bisa melihat wajahnya dengan mulut pria itu yang bergerak seperti sedang berbicara. Ya, dia memang sedang berbicara. Tapi aku sama sekali tak bisa mendengarnya.

"Ersa?"

Aku terkesiap. Sekejap aku tersadar ketika namaku dipanggil. Sekarang aku bisa mendengarnya. Dengan begitu jelas, mirip saat dulu dia memanggilku.

"Kenapa diam? Kamu baik-baik saja?"

Aku mencoba bangun dari posisi tidurku. Tidak, aku tak bisa lama-lama di sini. Aku harus segera pergi dan menjauh dari si brengsek ini.

Di luar dugaan, Sadwa malah mencoba membantuku bangun. "Jangan banyak bergerak dulu, kepala mu pasti akan sangat sakit."

Aku menepis tangannya. Memang benar, kepalaku merasakan sakit akibat pukulan yang perampok itu. Tapi ini bukan masalah besar. Yang terpenting sekarang aku harus pergi dari sini terlebih dahulu.

Tunggu, ini jam berapa? Berapa lama aku sudah tertidur? Aku mencari-cari jam dinding di dalam ruangan. Saat aku menemukannya, mataku membelalak melihat jarum jam yang menunjukkan pukul 7 pagi.

"Aku harus pulang," kataku. Buru-buru bangkit dari atas ranjang.

"Gak Sa. Kondisimu masih belum pulih," cegah Sadwa.

"Aku baik-baik saja. Gak usah cemaskan aku," kataku. "Tunggu, di mana tasku?"

Aku baru ingat dengan benda berharga yang hampir saja dicuri perampok. Aku tak ingat apa-apa lagi soal tas itu sampai Sadwa menyodorkan benda itu ke arahku.

"Ini tas mu," katanya.

Aku terdiam sebentar lalu mengambilnya.

"Tadi ponselmu terus bunyi. Jadi aku menerimanya. Itu dari adikmu yang menanyakan keberadaanmu yang gak kunjung pulang."

TerikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang