53. Terlalu Overthinking

1.9K 368 25
                                    

Update! Masih menunggu??

Bab baru sudah update di Karyakarsa ya. Season 2 sudah sampai bab 20! Ada spesial POV Sadwa yang gak di publikasikan di wattpad ya❤️

Yang penasaran dan mau baca cepat bisa langsung cuss ke sana aja ❤️😘



Pesta semalam berakhir begitu saja. Tidak ada pembicaraan lagi antara aku dan Sadwa. Setelah aku memaksa untuk pulang dan Sadwa memilih untuk mengantarku pulang. Sepanjang perjalanan tak ada yang kami bicarakan. Baik aku atau Sadwa kami terlalu sibuk dengan pikiran sendiri. Awalnya aku ingin membuka topik pembicaraan, tapi melihat Sadwa yang diam saja membuatku menjadi enggan.

Apa dia marah karena aku minta pulang? Dia marah karena terpaksa harus meninggalkan obrolan asyiknya dengan Kristal? Semua pertanyaan itu memenuhi pikiranku sekarang. Sayangnya aku tak mendapatkan jawaban apa pun. Bahkan setelah mengantar, Sadwa tak hanya mengatakan selamat malam lalu pergi begitu saja.

"Apa sekarang semuanya akan berubah setelah pertemuan dengan mantan kekasihnya?"

Aku melihat kalender di ponselku. Satu minggu lagi, permintaan kencan yang Sadwa minta tak terasa sudah berjalan hampir tiga minggu. Selama tiga minggu itu ada banyak hal baru yang aku dapatkan dari sosok Sadwa. Bahkan perhatian dan perhatiannya....

"Apa setelah ini aku bakal ditinggalkan?" tanyaku pada diri sendiri.

"Siapa yang akan ditinggalkan, Mbak?"

Aku menoleh. Ternyata Rumana sudah pulang. Kenapa aku tak mendengar suaranya sama sekali?

"Loh, kamu sudah pulang Rum?"

Rumana mengangguk. Menyalim tanganku lalu menaruh tasnya di atas meja. Tanpa mau mengganti pakaiannya lebih dulu dia duduk di sampingku.

"Aku tadi sudah teriak, tapi Mbak gak nyaut. Ternyata lagi asyik melamun dan bicara sendiri. Siapa yang mau ditinggalin?" tanya Rumana lagi.

Aku meringis. Kenapa dia masih ingat soal perkataanku tadi.

"Ah, bukan apa-a─"

"Jangan dibiasakan apa-apa dipendem sendiri, Mbak. Mbak gak percaya sama Rumana sampai gak mau cerita? Kalau begitu apa gunanya Rumana di sini kalau Mbak gak pernah mau berbagi beban sama Rumana."

Aduh, anak ini mulai drama lagi. Kalau sudah seperti ini Rumana tidak akan tinggal diam. Dia terus akan bertanya sampai aku tak punya tenaga untuk menolaknya.

"Bener bukan apa-apa kok Rum."

"Mbak Ersa gak bisa bohong. Kalau seneng wajahnya bisa kelihatan lagi happy, kalau bingung juga kelihatan. Sama kalau marah, aku bisa tahu wajah marah Mbak Ersa. Jadi gak usah bohong lagi, Mbak. Ayo cerita, siapa tahu Rumana bisa bantu."

"Duh, ini bukan urusan anak kecil Rum."

"Mbak lupa aku sudah umur 18 tahun?"

Dengarkan. Dia punya segudang jawaban untuk pertanyaanku. Memberi penjelasan yang logis sekali pun Rumana bisa mematahkan dengan penjelasannya yang tak kalah masuk akal.

"Iya-iya. tapi ini tentang hubungan Mbak sama Mas Sadwa. Kamu memangnya ngerti?" tanyaku kembali. Sepertinya pertanyaan ini cukup menjebak mengingat Rumana tak pernah berpacaran. Tapi sayangnya aku lupa kalau Rumana anak keras kepala dengan banyak jawaban.

"Aku memang belum pernah pacaran sih Mbak. Tapi temanku pernah. Aku juga suka baca novel, suka nonton drama sama film. Jadi aku tahu apa itu hubungan orang dewasa. Jadi ayo cerita."

Aku meringis. Tak bisa mengelak lagi. Meski umur Rumana memang masih muda, tak ada salahnya kalau aku berceritakan? Meski kemungkinan Rumana akan bingung dan tak mendapatkan jawabannya seperti aku. Setidaknya aku bisa berbagi beban pikiran dengannya.

TerikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang