{ Teman Sekamar Trial }

26 4 4
                                    

Pompt for January 2023

Prompt : Tentang Aku dan Teman Sekamar
Min : 300 words

=======================
=======================

Hari ini aku mulai tinggal di sekolah berasrama, mendapati kamar paling pojok yang kalau dibuka jendela kamarnya menampilkan lorong dan lab, pemandangan yang monoton. Setiap asrama memiliki tujuh kamar dengan luas 4×4 meter, enam untuk kamar murid-muridnya, satu untuk kamar wali asrama. Setiap kamar bisa dihuni empat orang dengan dua kasur tingkat dan empat lemari kayu.

Saat aku baru tiba, di kamarku sudah ada seorang gadis. Sedang duduk di kasur atas menggoyangkan kakinya yang menggantung di udara sambil bersenandung nada singkat yang diulang terus. Gadis itu nampak terkejut saat aku melihat keberadaannya, kemudian tersenyum manis menyapa, "Hai!"

Tak seperti penampilannya yang imut, suaranya terdengar cukup dewasa. Aku tersenyum membalas sapaannya, kemudian segera membereskan barang-barangku. Kata wali asramaku, dua teman sekamarku yang lain baru datang tiga hari lagi. Jadi selama tiga hari aku akan sendirian, padahal ada gadis itu, memang sih dia bilang dia bukan penghuni kamarku, tapi dia akan menemaniku selama tiga hari. Jadi bisa dibilang, aku sudah punya teman sekamar trial.

"Aku senang bisa mengobrol dengan orang lagi," kekehnya, ini akan jadi malam pertamaku tinggal di asrama.

Aku menaikan sebelah alis. "Memangnya sebelumnya kau tak pernah ngobrol sama orang?"

"Pernah, sih. Dulu aku bisa ngobrol sama banyak orang. Tapi itu sudah lama sekali."

Gadis itu nampak cuek tapi tersirat rindu di matanya, kalau diperhatikan, kulitnya sangat pucat, padahal rambut cokelatnya nampak berkilau dan terurai indah senada dengan warna matanya. Aku iri, coba saja aku punya rambut seperti itu, pasti aku bisa percaya diri memamerkannya pada semua orang.

"Bagaimana denganmu, Rachel?"

Aku tersentak. "Eh? Aku?"

Gadis itu memasang ekspresi ceria, mengangguk-angguk menatapku. "Ya, kamu kenapa dikirim ke sekolah ini? Orangtuamu sibuk dan tak punya waktu mengurusmu? Atau kamu berbuat kenakalan?"

Aku tersenyum geli. "Mana ada, aku ke sini atas kemauanku sendiri. Aku ingin belajar."

"Heh, membosankan." Gadis itu terdengar kecewa, memangnya apa pula yang dia mau dengar? Aku sering mencuri makannya dikirim ke sekolah asrama, gitu?

Kemudian aku memicingkan mata. "Kau sendiri kenapa dikirim ke sini? Apakah Violeta si gadis menawan berbuat kenakalan?"

Dia tertawa singkat, kemudian tersenyum getir menatap lantai, aku jadi merasa bersalah bertanya seperti itu.

"Orangtuaku membuangku ...," ujarnya pelan.

Astaga bodoh sekali Rachel! Kau bercanda seperti itu ke orang yang baru kau kenal!

"Eh?" Aku terdiam sesaat. "Kenapa ... kau bicara begitu?"

Saat Violeta melirikku, pandangannya benar-benar kosong. Bulu kudukku jadi berdiri, entah kenapa aku merasakan hawa tak nyaman tiba-tiba menyelimuti sekitar.

"Karena di sini ... semua orang membenciku. Kau juga, kan?" Nadanya datar, terkesan tidak memiliki emosi, tetapi aku merasa sangat terintimidasi. Seakan ada aura gelap yang menyelimutinya, aura dari emosi ... yang selalu dipendam dalam hatinya.

"A-aku tidak membencimu, lagian kita kan baru bertemu?"

"Tapi kuyakin kau pasti iri saat melihat rambutku, kan?"

MorrowWhere stories live. Discover now