{ Konsenkuensi Dikabulnya Permintaan }

19 4 3
                                    

Pompt for Juli 2023

Prompt : Tiba-tiba isekai-ed ke dalam cerita rakyat/dongeng
Min : 500 words

=======================
=======================

Dulu Mama sering menceritakan dongeng padaku, setiap malam sebelum tidur.

Dongeng yang Mama bawakan rata-rata dari cerita rakyat atau kisah legenda, aku sering menemukan kisah yang Mama ceritakan di buku-buku.

Semua ceritanya aku suka, dan sempat kupercayai saat masih anak-anak.

Tapi, hanya ada satu cerita yang paling melekat dalam kepalaku.

Legenda Danau Toba.

Karena Mama pernah membawaku ke sana, ke sebuah pantai di Pulau Samosir. Memperlihatkan pemandangan indah dari Danau Toba. Airnya yang berkilauan seperti kaca, langitnya saat itu cerah berawan. Hebat sekali, rasanya seperti benar-benar berada di dalam dongeng.

Yang lebih mengejutkan lagi, aku bertemu dengan ikan besar berwarna emas yang bisa berbicara. Meski aku tidak yakin jika itu betulan terjadi atau hanya mimpi.

Aku ingat saat itu tengah mencari kepiting di siang hari, Mama ada kerjaan dan menitipkanku pada penjaga pantai--sepertinya mereka teman lama, karena Mama tidak mungkin memercayakanku pada orang tak dikenal.

Penjaga pantai mengingatkanku agar tidak jauh-jauh dari penglihatannya. Namun, aku hanya anak kecil yang ceroboh dan tidak kompeten dalam menjaga diri.

Aku menyusuri pinggiran pantai, memanjat batu karang raksasa dan menemukan banyak keong indah di belakangnya.

Saat sadar, di sekitarku sudah tidak ada orang sama sekali. Hanya ada batuan karang, ombak yang berdesir, dan hutan lebat.

"Mama?" cicitku, yang tentu tidak akan ada jawaban sama sekali.

Karenanya aku sadar bahwa aku hanya sendirian. Aku meremas ujung bajuku yang sedikit basah, sedangkan mataku sudah berkaca-kaca.

Kemudian, aku teringat pesan Mamaku. Jika suatu saat aku mendapat masalah saat Mama tidak ada, aku harus berusaha mencari jalan keluar sendiri. Kalau sudah mencoba tapi tetap tidak bisa, barulah minta tolong pada orang lain.

Makannya aku segera mengusap mataku, memantapkan hati lalu mulai berjalan kembali ke arahku datang. Jejak kakiku masih ada di sana, membuatku merasa jauh lebih lega.

Aku berjalan sambil gelisah, karena siang mulai berganti petang. Kepalaku dipenuhi bayangan Mama yang khawatir, mungkin penjaga pantai itu juga tengah panik saat ini, membuatku merasa bersalah.

Kekhawatiranku bertambah ketika jejak kakiku menghilang akibat tersapu air laut, dan di hadapanku saat ini hanya terdapat hutan.

Bukankah seharusnya aku berjalan melewati pinggiran pantai? Mengapa tiba-tiba ada hutan di depanku? Bagaimana ini? Apakah aku tidak bisa pulang? Apakah aku akan terjebak di sini selamanya? Apakah aku akan mati sendirian?

Memang pada dasarnya aku anak cengeng, belum beres memahami situasi, tangisku malah pecah.

Aku berhenti melangkah, berjongkok di tempat sambil mendekapkan wajah ke lutut menangis kencang, beradu dengan suara ombak.

"Hei, Nak. Kenapa kau menangis?"

Sebuah suara wanita tiba-tiba terdengar bergema di kepalaku, suara lembut nan menenangkan. Sambil menangis aku mendongak, menengok kanan dan kiri mencari sumber suara itu, harapan ada orang menjemputku menjadi tinggi.

"Si-siapa?" tanyaku sembari mengelap ingus.

Kemudian saat aku menengok ke arah laut, di sana ada ikan berwarna emas, ukurannya sangat besar sampai membuatku terlonjak kaget.

"Waa! Ada ikan raksasa!"

"Tenanglah, aku tidak memakan manusia."

Entah kenapa saat itu aku yakin sekali ikan inilah yang bicara, jadi meski takut, aku tetap mendekat ke pinggiran pantai karena penasaran.

"Jangan maju lebih jauh, kau bisa terseret ombak."

Aku menurut. "Kok kamu bisa bicara?"

"Aku ini ikan ajaib yang bisa mengabulkan permintaan, tentu aku bisa bicara."

Mataku berbinar, pertama kalinya aku melihat ikan bisa bicara selain di buku dongeng--tunggu dulu, aku tersadar. Menatap ikan itu lamat-lamat, sisiknya berwarna emas berkilauan, sirip dan buntutnya seperti kain sutra transparan dan indah.

"Ada apa?" tanya ikan itu setelah menyadari aku yang diam saja.

"Kamu Mina, ya?"

Hening selama lima detik, kemudian ikan itu malah tertawa lepas membuatku menaikkan sebelah alis bingung.

"Bukan, ya?"

"Ahaha! Tak kusangka akan ada orang yang mengenalku. Benar sekali, aku adalah Mina, istri dari Toba dan ibu dari Samosir. Karena kau sudah tahu siapa aku, boleh aku tanya namamu?"

Aku mengangguk. "Namaku Tras."

"Tras, ya? Kenapa kau berada di sini, Tras? Tersesat?"

Aku mengangguk lemah, rasa takutku kembali menyeruak.

"Kau mau pulang?"

Sekarang aku mengangguk dengan semangat.

"Baiklah, aku akan mengabulkan permintaanmu. Tapi, akan ada konsekuensinya."

"Konsekuensi?"

"Benar, tenang, konsekuensinya akan sebanding dengan seberapa besar permintaanmu itu."

Namun, aku tidak sempat bertanya lagi, dan aku tidak ingat apa yang terjadi selanjutnya. Tiba-tiba aku tidak sadarkan diri, ketika bangun sudah tidur di samping sang penjaga pantai yang gelisah.

Melihatku membuka mata, dia lantas memanggil Mama yang langsung datang dalam sekejap. Aku diselamatkan ikan emas itu, kupikir itu adalah akhirnya, aku tidak akan pernah bertemu ikan itu lagi.

Sampai hari kematianku tiba di umur dua puluhan, ya, aku mati muda karena kecelakaan beruntun. Lalu, ketika sadar, aku sudah berada di rumah kayu.

Seorang wanita memakai kebaya, rambutnya tergerai elegan, dia mengalungkan selendang di lehernya.

"Samosir, tolong antarkan ini ke ayahmu."

Mataku melebar.

Oh ... tidak.

=======================
=======================

Words : 700+

MorrowWhere stories live. Discover now