{ Deja'vu }

16 3 2
                                    

Pompt for February 2023

Prompt : Pergi ke masa lalu untuk memperbaiki hal buruk yang terjadi dengan Si B.
Min : 500 words

=======================
=======================

Tiap orang memandang dunia ini dengan cara berbeda-beda, tergantung kacamata apa yang mereka pakai. Ada yang melihat dunia dengan indah, ada yang melihat dunia tak adil. Bagaimana cara kacamata itu terbentuk tergantung pengalaman hidup tiap orang, karena kita tidak tahu selama hidupnya apa yang mereka alami. Mereka suka mencari masalah mungkin karena ingin diperhatikan, ada yang suka bekerja sendiri karena mungkin mau dianggap mandiri. Dan semua sikap itu terbentuk karena apa yang dilihat selama ini melalui kacamata mereka, saat kacamata itu sudah terbentuk, akan sangat sulit untuk diubah.

Seperti kesalahan yang kubuat hari itu.

Seharusnya aku mengejarnya dan meraih tangannya dari belakang sebelum terlambat.

Aku berdiri memandangi batu nisan yang dipenuhi bunga, bertuliskan nama "Hiro Yamada". Mengepal kedua tanganku erat, hatiku saat ini telah hancur berkeping-keping, hendak berteriak tetapi suaraku menyangkut di tenggorokan. Akhirnya tangisku pecah, jatuh berlutut menutupi wajah dengan dua tangan terisak, tidak ada orang selain diriku di pemakaman umum ini, sampai tangisanku terdengar ke mana-mana.

Setelah puas mengasihani diri sendiri, aku kembali bangkit berdiri, mengelap air mata yang tersisa dan berbalik badan pergi. Di depanku muncul sebuah pintu warna putih yang terbuka lebar, menampilkan cahaya putih yang amat terang sampai tak terlihat apa-apa. Aku melangkah memasuki pintu itu, sebelah lenganku menghalangi mataku yang memejam karena silau.

Perlahan mataku terbuka setelah cahaya itu pudar, menampilkan ruang kelas yang normal, seorang guru tengah menjelaskan di depan. Aku melirik ke kursi belakang, di sana ada seorang lelaki ikut melirikku tersenyum. Aku membalas senyumannya, kembali menatap ke depan, melihat jam di dinding atas papan tulis. Sebentar bel pulang sekolah, aku memainkan pulpen dengan bosan, tapi tak sengaja menjatuhkannya sampai menggelinding dari meja meluncur ke lantai. Suara pulpen yang berbenturan dengan lantai cukup untuk membuat kelas yang sepi ini menaruh perhatiannya padaku, buru-buru kuambil kembali pulpen yang jatuh saat guru di depan ikut menengok penasaran.

Dan, perasaan deja'vu itu muncul.

Aku sudah pernah melakukan ini lebih dari satu kali.

Ya, aku ingat ini bukan pertama kalinya aku berada di waktu ini, sebelumnya aku pernah kembali ke masa ini dan menjatuhkan pulpen juga.

Aku kembali melirik ke belakang, lelaki itu nampak terkekeh kecil melihat diriku, membuat pipiku memerah. Aku kembali menengok ke depan menunduk menahan malu.

KRIIING!

Sang guru menyudahi penjelasannya berpamitan, kemudian berjalan pergi ke luar kelas. Murid-murid juga langsung membereskan barang-barangnya, beranjak dari bangku hendak pulang, rata-rata pulang secara berkelompok, karena mungkin mau karaoke atau mengerjakan tugas bersama. Seharusnya aku ikut bersama salah satu dari mereka, tetapi hari ini aku mau memperbaiki kesalahanku di masa lalu. Lelaki itu, sudah berjalan duluan pergi di saat aku masih membereskan barang dengan buru-buru, aku mengaitkan tasku di pundak berlari menyusul lelaki itu.

Ah, sial, dia sudah di penyeberangan jalan. Dia akan melakukan itu di sana, entah karena apa, aku juga tidak tahu alasannya, tapi aku harus menyelamatkannya. Kakiku berlari mengejarnya, tubuh lelaki itu tertutup kerumunan.

Aku segera berseru, "Minggir!"

Berhasil, beberapa orang yang menunggu di penyeberangan menyingkir, tapi tak menyangka yang di depan tersandung kakinya menubruk tubuh lelaki itu yang terdorong ke tengah jalan. Ada truk kontainer yang mengerem pun sudah tak sempat bergerak ke arah lelaki itu, aku melompat ikut ke tengah jalan menarik tubuhnya dan melemparnya kembali ke trotoar.

Mata lelaki itu terbelalak kaget, sedangkan aku tersenyum tulus.

Akhirnya aku menyelamatkannya.

Itulah yang kupikirkan, sampai aku tersadar sudah terbaring di kamar rawat inap rumah sakit, seluruh tubuhku sangat berat untuk digerakan, terutama ngilu di dada bagian kiriku yang terasa ganjil.

Tapi setelah sebulan akhirnya pulih kembali, aku pergi ke rumah lelaki itu, tetapi keluarganya mengatakan bahwa lelaki itu sudah tiada, membuat senyumku pudar.

Deja'vu.

Ingat. Sekarang aku ingat. Semua yang kulakukan ini sudah pernah kulakukan sebelumnya, bedanya kali ini aku benar-benar mengejarnya dan menggenggam tangannya dari belakang, bahkan menyelamatkannya dari maut.

Tapi, lelaki itu malah mengakhiri hidupnya karena merasa bersalah atas kecelakaan yang kualami.

Aku berdiri di depan batu nisannya, mengepalkan kedua tangan bergetar. Air mataku sudah berjatuhan, bukan karena penyesalan lagi, tapi karena lelah.

Entah ratusan kali, ribuan kali, aku berusaha kembali ke masa lalu untuk memperbaikinya. Tapi, pada akhirnya takdir kematiannya tak bisa diubah. Ini sudah garis takdir yang akan terjadi di seluruh paralel, entah dengan cara apa, pokoknya akhirnya akan sama saja seperti ini.

Kekuatan terkutuk ini hanya menyiksaku, dan kacamataku akhirnya terbentuk hari itu. Aku memandang bahwa dunia ini membenciku, karena takdir memberiku kekuatan untuk menjelajahi waktu, tapi aku tak bisa memperbaiki kesalah di masa lalu, aku tak bisa menyelamatkan lelaki itu.

Aku menatap tulisan di batu nisan itu, "Hiro Yamada".

"Hiro ... mungkin ini artinya aku harus mengucapkan selamat tinggal. Maafkan aku ...."

MorrowWhere stories live. Discover now