Flock of Rabbits

30 9 4
                                    

Truk konvoi itu terparkir di depan sebuah gedung kosong. Sedari tadi, mereka semua bergeming di dalam truk. Mereka menunggu Hifumi, Doppo dan Irujima, tetapi ketiganya tak kunjung datang, padahal sudah 2 jam lebih mereka menunggu.

Hal tersebut mendatangkan kegundahan, pikiran-pikiran negatif juga mulai merasuk. "Pak tentara, apa kita gak kembali cari mereka? Sumpah gue khawatir" kata Ichiro kepada sang Komandan.

"Apalagi gue, Chir. Gue lebih khawatir sama Jyuto dan Riou, entah sekarang mereka berada dimana" mata Samatoki menatap kosong ke depan. Sungguh ia tidak bisa membayangkan jika terjadi hal buruk pada kedua sahabatnya itu.

Tiba-tiba terdengar suara dobrakan dari belakang truk. Mereka semua menoleh ke belakang, tetapi saat dilihat, tidak ada apapun dibelakang truk. Untuk memastikan, prajurit Gordini bergegas keluar. Kakinya berjalan perlahan-lahan, namun baru beberapa langkah, suara dobrakan itu kembali terdengar. Sehingga Gordini memutuskan untuk berhenti sejenak.

Matanya menangkap tangan yang menjalar dari belakang truk, penuh darah, dan seperti tak berdaya, jari-jarinya juga mencakar di aspal. Gordini mengetahui betul siapa itu, bahkan ia berniat untuk kembali ke dalam mobil, tetapi tubuhnya menegang saat itu juga. Tangan tersebut berangsur menjalar kembali, dan berangsur memperlihatkan tubuhnya.

Perkiraan Gordini sangat tepat. Zombie, lagi, lagi, dan lagi. Tetapi kali ini berbeda, jika biasanya zombie berjalan terseok-seok, kali ini zombie laki-laki berambut gondrong itu bergerak mengesot ke arah Gordini, dengan mulut yang terbuka seperti tak sabar untuk melahap Hitaki. Saat itu juga Gordini bergegas kembali ke dalam truk.

"Kenapa?" tanya Komandan Ansho keheranan melihat reaksi Gordini.

Tidak ingin menjawab, Gordini langsung menancap gas mobilnya, sayangnya zombie tadi sudah berpindah posisi ke depan truk. Alhasil terjadilah guncangan, layaknya saat balap dan ternyata ada polisi tidur.

"Apaan tuh?" tanya Sasara sembari menolehkan kepalanya ke belakang.

"Anjir, zombie nya dilindas, keren"
Kata Kuuko takjub.

"Keren ndasmu! Jantungan saya lihatnya" balas prajurit Gordini.

"Terus ini mau kemana?" tanya Rosho. Seketika mereka semua beralih pandang pada pria itu, terkecuali prajurit Gordini. "Ke-kenapa kalian semua lihat saya begitu?"

Samatoki mendelik tajam. "Harus ya lo itu ada disini? Kenapa lo gak jadi zombie aja? Lagian kaki lo juga udah pincang, gak guna lagi buat hidup!" cecarnya.

"Mat!" tegur Sasara, Ichiro, dan Kuuko bersamaan. Samatoki menghembuskan napas beratnya, malas lagi berurusan dengan mereka. Sementara Rosho hanya terdiam mendengar tutur kata Samatoki.

*TOKTOKTOK

Suara ketukan terdengar. Ansho membuka pintunya dan me dapatkan seorang pria berkacamata dengan seorang anak perempuan di gendongannya serta dua remaja laki-laki sekiranya seumuran dengan Jiro di belakang pria itu. Mereka babak belur sekali, bahkan salah satu remaja itu ditopang oleh remaja yang satunya.

"Pergilah! Kami tidak terima tamu!" Teriak Samatoki dari arah dalam gedung. Pria itu hendak pergi namun terhentikan oleh Ansho yang mengizinkan mereka masuk.

"Oy apa-apaan lo?!"

"Diam! Bukan kamu pemimpin disini!" Samatoki berdecih lalu menghilangkan keberadaannya diantara mereka dan Komandan Ansho menuntun mereka untuk duduk di lantai gedung.

"Saya melihat truk kalian terparkir didepan, saya pikir kami bisa meminta bantuan kalian!" Jelas pria itu. Ansho hanya mengangguk lalu menyuruh Kuuko untuk mengambilkan minum untuk mereka. Tampaknya mereka sangat keletihan terutama anak perempuan itu terlihat sangat trauma. Hitaki membantu mengobati salah satu remaja itu yang kakinya terluka akibat tertindih benda berat.

"S-saya Tsukino, Tsukino Usagi. Ini putriku Umika. Dan mereka berdua adik-adikku, Akiteru dan Hotaru." Ucap pria itu dan didapatkan balasan dari mereka yang ada disana terkecuali Samatoki yang pergi entah kemana.

"Woahh kalian kembar ya? Muka kalian mirip banget!" Tanya Jiro dengan semangat.

"Biasa saja! Seperti tidak pernah melihat anak kembar saja!" Balas Saburo.

"Apaan sih- gue gak nanya lo!"

Akiteru dan Hotaru tersenyum menanggapi mereka berdua, "iya kami berdua kembar, salam kenal ya..."

Jiro, Kuuko, dan Sasara mendekati Akiteru dan Hotaru untuk berkenalan lebih lanjut. Sementara Saburo lebih memilih mendekati Rosho yang sudah pundung di pojokan.

Terlepas dari pandangannya ke remaja kembar itu, Ichiro berbalik memandangi anak perempuan yang terlihat murung dengan tatapan kosong. Ia mencoba mendekati anak itu tapi anak itu menghindar. Anak itu menatap kearah ayahnya dan ayahnya tersenyum seakan mengatakan 'tidak apa-apa' kemudia anak itu mulai mendekati Ichiro walaupun ia masih takut.

Ichiro menggendong anak itu, "Mika-chan doshite?" Tanya Ichiro dengan lembut.

Tidak ada jawaban, Umika tetap terdiam seperti sebelumnya. Ichiro memeluk anak itu dan mengusap punggungnya. Memang sulit untuk anak kecil seperti menghadapi situasi seperti ini. Orang-orang yang seharusnya tersenyum ramah kepadanya berubah menjadi ingin memakannya. Tanpa ia sadari, Umika menitihkan air mata didalam bekapan Ichiro, menangis tanpa suara, dan memeluk tubuh laki-laki itu dengan erat seakan tak ingin melepasnya.

Tangan Hitaki kini beralih menjahit luka baru di tubuh Akiteru. "Ingin berlagak keren dengan satu atau dua luka?" Tanya Hitaki dengan seringai mengejek. Setelah memutus benang pada luka Akiteru ia dengan telaten membalutnya.

"Apa sekarang aku keren?" Akiteru malah balas bertanya. Hitaki mengangguk, menyandarkan kepalanya di bahu Akiteru.

"Ingat usiamu Hitaki!" Ucap Ansho yang sukses membuat senyum diwajah Hitaki menghilang. Ia menyukai Akiteru sejak pandangan pertamanya, tapi apa boleh buat remaja ini sepertinya masih berusia 17 tahun sementara dia sudah berkepala dua.

"Ngomong-ngomong, nama bapak ini lucu ya, kelinci hihihi..." Sasara cekikikan karena namanya Usagi, sementara sang pemilik nama hanya tersenyum menanggapinya.

"Om pinjam anaknya ya!" Ichiro yang masih menggendong Umika pergi untuk mencari Samatoki sekalian mau berkenalan dengan anak kecil itu. Ia menuju area belakang gedung dan mendapatkan Samatoki yang sedang bersandar di dinding. Pria albino itu menutup matanya seperti sedang tertidur. Ichiro mencoba perlahan mendekati pria itu namun pergerakan terlalu jelas untuk direspon untuk indra Samatoki sehingga membuat manik merah itu terbuka.

"Maaf membangunkan mu."

Samatoki tidak menjawab, fokusnya teralihkan kearah anak kecil yang digendong Ichiro, lebih tepatnya kearah mata anak itu yang mengingatkannya kepada seseorang.

"Nemu..."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 22, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Escape From DeathWhere stories live. Discover now