2. DEAR FOX

3.5K 545 39
                                    

"Assalamu'alaikum Yanto! " Tidak perlu repot repot menunggu pemilik rumah membukakan pintu karena Jaemin dan Hyunjin pasti langsung menerobos masuk.

Mereka langsung duduk di sofa lalu mengganti siaran televisi, tidak peduli Yanto yang sudah melirik tajam mereka karena menganti siaran Rainbow Rubby nya.

"Gak pernah di sekolahin lu berdua? " Jeno mengomel masih menggendong Sunoo yang hanya memakai popok karena akan di mandikan.

"Kayak sama siapa aja lu Nong" Hyunjin mengambil alih Sunoo yang senang senang saja di gendongan Hyunjin, walau pemuda itu agak bau karena belum mandi sejak semalam.

"Mau ngapain lu berdua? "

"Kita mau nenenin lo, eh maksudnya nemenin lo ke rumah sakit. Inikan jadwal imunisasi Sunoo, lo lupa? "

Walau tampang seperti rentenir aslinya mereka itu sangat perhatian, terlebih kepada Sunoo yang sudah mereka anggap seperti anak sendiri. Bahkan mereka hafal betul jadwal jadwal penting Sunoo, seperti jadwal imunisasi, jadwal kapan Sunoo harus di beri susu atau makan jika di kampus, dan bahkan jadwal harusnya Sunoo buang air.

-🦊🐶-

Kira kira apa yang ada di pikiran kalian ketika melihat 3 pemuda berwajah rentenir mengantri imunisasi bersama Ibu ibu di rumah sakit? Mungkin suatu hal yang aneh, tapi mereka tidak peduli.

Sunoo nomor satu, malu di kesampingkan dulu.

Sejak Sunoo di temukan Jeno, mereka sudah sangat memperhatikan kesehatan Sunoo. Mereka masih ingat saat mereka membawa Sunoo yang masih berusia 1 bulan untuk melakukan pemeriksa di rumah sakit. Saat itu Sunoo di imunisasi sehingga membuatnya rewel seharian akibat bekas suntik menimbulkan rasa sakit yang membuatnya tidak nyaman.

Bahkan saat itu Jaemin dan Hyunjin harus rela menginap di rumah Jeno untuk membantu Jeno mengurus Sunoo, semalam mereka tidak tidur padahal keesokan harinya mereka harus mengikuti ujian tengah semester.

"Berikutnya ananda Sunoo"

Mereka segera memasuki ruangan walau agak rusuh karena Hyunjin dan Jaemin yang tidak mau mengalah untuk masuk membuat mereka terjepit pintu.

"Anjir lo berdua malu maluin cok! " Jeno menarik baju Hyunjin mengeluarkan pemuda itu dari adegan jepit jepitan yang membuat mereka menjadi pusat perhatian.

"Silahkan duduk" Sang dokter tetap bersikap ramah walau ada rasa ingin membuang mereka dari jendela.

Jeno duduk di kursi yang telah tersedia, suster yang memangil mereka tadi mengukur likar kepala Sunoo, lalu mengambil alih Sunoo untuk di timbang dan di ukur panjang tubuhnya. Sunoo hanya diam menatap bingung sang suster, tidak memberontak ataupun menangis.

Setelah semua pemeriksaan telah di lakukan suster menulis semuanya di buku KIA (Kesahatan Ibu dan Anak) milik Sunoo. Dokter sempat merasa heran melihat nama Ibu pada buku itu kosong, hanya ada nama Ayah di sana.

Dokter melirik Jeno, lalu melirik Jaemin dan Hyunjin yang tengah menghitung jumlah gambar burung yang terpajang di dinding karena memang ruangan ini di desain beragam warna agar anak anak tidak merasa ketakutan. Tapi kenapa yang heboh malah mereka?

Dokter sempat berfikir, apa Jeno ini uke dan mereka semenya? Namun karena bingung Ayahnya yang mana jadi Jeno menulis dirinya adalah Ayahnya dan mengosongkan kolom Ibu? Ahh, tapi ngeri juga kalau benar terjadi.

"Apakah nak Sunoo sudah bisa duduk tanpa sandaran? " Tanya Dokter mengabaikan pikiran ngawurnya.

"Sudah Dok"

"Sudah di beri Mpasi? "

"Sudah, saya berikan sayur sayuran dan buah buahan yang sudah di haluskan"

"Bagus, pastikan benar-benar halus ya. Organ Sunoo masih terlalu kecil untuk di beri makanan bertekstur"

Mendengar hal itu membuat Jeno melirik Hyunjin tajam, yang di tatap cuma cengegesan. Kemarin Hyunjin tidak sengaja memberikan Sunoo kerupuk kulit yang ia bawa dari kampung, syukur Jeno segera mencegahnya sebelum Sunoo menelan kerupuk itu.

"Oke, waktunya di suntik" Dokter tersebut menyiapkan suntiknya membuat mereka bergedik ngeri.

Suster membantu menaikkan celana Sunoo, dan terpampanglah paha mulus dan gemuk Sunoo yang siap untuk di suntik.

Mereka sontak menutup mata saat jarum itu akan menusuk paha Sunoo, suster menatap heran tiga pemuda yang terlihat ketakutan itu. Ini sebenarnya siapa yang di suntik? Kenapa mereka yang ketakutan?

-🦊🐶-

Malam yang panjang untuk Jeno, Sunoo terus menangis hingga seluruh wajahnya memerah akibat terlalu banyak menangis. Badannya panas membuat Sunoo tidak nyaman, terlebih paha bekas suntikan membuatnya kesakitan.

"Anak Papa sakit ya? Kasihan" Jeno terus menimang Sunoo namun tangisan bayi itu belum mau mereda.

Jeno tidak memberitahu Jaemin dan Hyunjin tentang Sunoo karena tidak ingin merepotkan.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam dan panas Sunoo makin tinggi karena terus terusan menangis, Jeno segera memakaikan Sunoo jaket tebal lalu membawanya keluar mencari minimarket untuk membeli kompres bayi.

Tidak terlalu jauh berjalan Jeno sudah menemukan minimarket yang belum tutup, ia segera masuk mencari yang di butuhkan di rak obat obatan sekalian mengambil beberapa cemilan teman begadangnya malam ini.

"Kak Jeno? "

Jeno menatap karyawan minimarket itu dengan tatapan bingung, ia tidak mengenali pemuda mungil ini.

"Siapa ya? "

"Saya Renjun se-universitas sama Kakak, tapi kita beda jurusan. Saya jurusan Manajemen Kak"

Jeno mengangguk, pantas saja ia tidak mengenali pemuda ini. Ia hanya mengenali beberapa orang dari jurusan Manajemen itupun tidak begitu akrab.

"Anaknya kenapa Kak? " Renjun menatap iba pada Sunoo yang masih terus menangis dengan suara terdengar kesakitan.

"Habis imunisasi, jadi demam"

"Boleh saya gendong Kak? "

Jeno tidak menjawab, ia menatap Renjun dengan pandangan yang sulit di artikan. Cukup lama hingga membuat Renjun tidak enak, Jeno menyerahkan Sunoo ke Renjun yang langsung di terima pemuda itu.

Renjun langsung merasakan suhu tubuh yang tinggi dari Sunoo, ia membawa Sunoo ke ruangan belakang minimarket yang biasa tempat karyawan menganti baju. Di sana ada karpet tebal, ia meletakkan Sunoo di sana lalu mengulung celana panjang Sunoo hingga bekas suntikkannya terlihat. Sangat merah dan tentu sakit jika terkena gesekkan.

Renjun berfikir apa yang harus ia lakukan, beberapa menit kemudian Renjun mengambil kompres bayi dari minimarket, semangkuk air, dan kain.

"Sabar ya sayang, sakit ya? Bentar ya, bentar lagi sembuh kok. Sunoo kan anak pintar"

Mendengar suara itu membuat Sunoo meredahkan tangisannya namun masih sengugukan, ia menempelkan kompres itu di dahi Sunoo lalu merendam kain tadi di air menempelkan berlahan di bekas suntikan Sunoo.

"Ini susunya"

Renjun tanpa menatap Jeno langsung cergap mengambil botol susu dan memasukkannya di mulut mungil Sunoo. Dengan hati hati Renjun terus mengompres bekas suntikkan itu hingga Sunoo tenang dan tertidur.











Huhuu seneng banget ada yang mau baca 🥺



Tbc

DEAR FOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang