7. DEAF FOX

3.7K 486 40
                                    

Tidak terasa 1 bulan berlalu sejak Jeno pertama kali menginjakkan kakinya di Kota ini untuk KKN. Rasa rindu begitu memuncah namun harus ia tahan berdo'a setiap malam agar waktu berputar lebih cepat, ia ingin segera memeluk Sunoo.

Dering ponsel membuatnya tersadar lari namunan, Jeno segera mengangkat telpon itu sebelum terputus. Di sana ada nama Ibunya membuatnya bertanya, ada apa Ibunya menelponnya malam malam begini?

"Hallo Mommy? "

"Hallo Jen, gimana kabarnya? " Suara lembut pria setengah baya menyapa indra pendengarannya.

"Baik kok Mom, ada apa? "

"Gak papa Mommy cuma kangen aja sama Jeno. KKN nya lancar? "

"Lancar Mom"

"Syukur deh. Jen.. "

Mendengar kalimat mengantung itu membuat hati Jeno merasa tidak enak, sepertinya ada sesuatu yang Ibunya ingin ceritakan.

"Apa Mom? "

"Uang kamu udah habis? "

Jeno terdiam sejenak, mengingat ingat kembali sisa uangnya sebelum menjawab.

"Masih ada dikit Mom"

Terdengar helaan nafas dari sebrang sana membuat hati Jeno makin gelisah.

"Kamu irit irit ya Jen. Daddy lagi sakit, Daddy butuh perawatan"

Mendengar hal itu membuat Jeno terkejut, selama ini Ayahnya tidak pernah mengeluh sakit lalu mengapa tiba-tiba harus menerima perawatan?

"Daddy sakit apa Mom? "

"Daddy kena penyakit diabetes Jen, darahnya juga agak naik mungkin faktor usia. Tapi gak papa, dokter bilang gak begitu serius kalau cepat di tangani. Jadi Mommy harap kamu ngerti ya Jen, adek adek juga udah mau masuk kuliah jadi pengeluaran kita makin membeludak. Tapi kamu gak usah khawatir, Mommy masih punya simpanan. Usaha Daddy juga masih jalan, Mommy pelan pelan bantu kelola. Kamu fokus kuliah aja"

-🐶🦊-

"Uangnya masih ada setengah Kak, tapi kebutuhan Sunoo udah mulai habis. Kayak popok, susu, minyak telon, sabun mandi dan bahan bahan dapur"

Jeno mengusap belakang kepalanya, setelah menelpon Ibunya Jeno langsung menelpon Renjun untuk menanyakan perihal sisa uang yang sengaja ia tinggal untuk biaya Sunoo. Dan uang itu juga sudah menipis, sedangkan yang ia pegang juga tidak seberapa.

"Njun, boleh gak minggu depan baru aku kirimin uang? "

"Boleh kok Kak, ini masih bisa sampai 2 minggu Kakak santai aja"

Jeno mengangguk walau yang di sebrang sana tidak mungkin melihatnya, hening untuk beberapa saat sampai Renjun kembali membuka suara.

"Kak"

"Hm? "

Renjun mengigit jarinya, bingung harus mengatakannya atau tidak.

"Sunoo... Dia mangil aku Mama, emang boleh? "

Jeno tidak bisa menahan senyumannya, mengapa Renjun begitu menggemaskan walau hanya dari suaranya? Jeno bisa membayangkan wajah Renjun yang bingung dan takut mengatakan hal ini.

"Aku udah ulang ulang suruh dia jangan mangil Ma-"

"Gak papa Njun, kalau itu mau Sunoo aku gak keberatan"

Helaan nafas mengalun hingga terdengar sang lawan bicara, Renjun lega akhirnya ia menemukan jawabannya. Ia pikir Jeno akan marah padanya.

"Dia udah bobo? "

DEAR FOXWhere stories live. Discover now