4. DEAR FOX

3.1K 450 36
                                    

Kini Jeno berada di suatu gedung dengan cat mendominasi warna putih, duduk di kursi besi yang dingin memeluk Sunoo yang masih tertidur tenang.

Ia belum tenang karena dokter belum juga keluar dari ruangan yang di masuki Renjun, sebenarnya ada apa dengan dirinya? Mengapa ia begitu khawatir dengan adik tingkat yang baru beberapa kali ia temui?

"Dengan keluarga pasien? "

Jeno segera berdiri mendekati wanita setengah baya yang baru saja keluar dari ruangan itu.

"Saya... Teman pasien dok" Bingung juga harus mengaku menjadi siapa selain teman Renjun.

Dokter terlihat kebingungan menatap Jeno dan bayi yang bersembunyi di gendongannya, membuat Jeno ikut kebingungan, ada apa?

"Pasien mengalami infeksi pada bekas jahitannya sehingga itu ia mengalami nyeri, tidak terlalu parah kami sudah melakukan operasi kecil dan memberikan antibiotik. Beberapa jam lagi pasien boleh pulang"

Penjelasan dokter tersebut membuat Jeno menyeritkan dahinya.

"Operasi? Operasi apa? "

"Anda tidak tau? Teman anda beberapa bulan yang lalu baru saja menjalani operasi Caesar"

-🦊🐶-

Walau masih nyeri namun Renjun tidak ingin berlama-lama di ruangan ini, ia mencoba untuk duduk melawan nyerinya lalu turun dari brankar.

"Mau ngapain? "

Renjun sedikit terhentak karena tiba-tiba lengannya di genggam, ia merasa kebingungan kenapa Jeno masih ada di sini?

"Mau pulang Kak"

"Iya, tapi belum waktunya. Sekarang istirahat dulu jahitan kamu baru di bersihkan tadi"

Renjun terdiam dengan pandangan kosong, jadi Jeno sudah mengetahuinya? Tidak, mengapa harus diketahui terlebih Jeno yang belum ia kenal dekat. Renjun belum siap kalau hal ini akan di ketahui banyak orang.

"Kakak pulang aja, kasihan Sunoo" Renjun melirik bayi yang tertidur di sofa kecil itu, terlihat tidurnya tidak nyaman.

"Iya kita pulang sama sama"

"Gak, Renjun bisa pulang sendiri"

Kali ini tatapan Jeno berubah menjadi tegas menatap sang lawan bicara, membuat Renjun mengalihkan pandangannya.

"Dengerin saya Renjun, kamu begini karena saya jadi kamu tanggungjawab saya. Maaf karena saya kamu harus bawa barang yang berat, saya bener bener gak tau kamu baru saja di op-"

"Gak papa Kak! Itu kan juga Renjun yang mau. Lagipula ini juga salah Renjun gak ngerawat bekas jahitan sampai infeksi kayak gini" Sungguh, Renjun tidak ingin Jeno melanjutkan kalimatnya.

"Pulang ke rumah saya, setelah kamu benar-benar sembuh baru boleh pulang ke rumahmu"

-🐶🦊-

Oke, untuk hari ini saja Renjun menuruti keinginan Jeno. Rasa bersalah memenuhi dada Renjun, niatnya mau membantu Jeno malah berakhir menyusahkannya.

"Di rumah ini ada dua kamar tidur, tapi yang satunya sudah saya jadikan gudang jadi kamu tidur saja di kamar saya"

Renjun mengangguk memasuki kamar yang terlihat agak sedikit berantakan karena pakaian di mana-mana, wajar saja Jeno mengurus Sunoo sendirian jadi hal hal seperti ini kadang ia lupakan.

Meringis perih ketika merebahkan tubuh, Renjun menutup matanya berlahan karena kantuk yang menyerang. Selama di rumah sakit Renjun tidak bisa tidur dengan nyaman, saat di sinilah baru ia bisa tertidur.

Jeno masuk dengan berlahan tampa menimbulkan suara sedikitpun, diliat Renjun sudah tertidur pulas membuatnya lega. Dengan hati-hati Jeno menidurkan Sunoo di samping Renjun lalu meletakkan guling di sisi Sunoo agar tidak terjatuh dari ranjang.

Setelah di rasa aman, Jeno keluar dari kamar lalu menutup pintu. Ia merebahkan tubuhnya di sofa ruang tengah, lalu memejamkan mata. Semalam ia tidak bisa tidur karena menjaga Sunoo yang terus terusan merengek tidak nyaman di rumah sakit.

Waktu menunjukkan pukul 12 siang, Jeno terbangun lebih dulu sebab perutnya menjerit minta diisi. Ia segera menuju dapur memasak sesuatu untuk mengisi perutnya.

"Kakak masak apa? "

Jeno membalikkan tubuhnya tersenyum tipis melihat wajah bantal Renjun dengan rambut yang masih berantakan.

"Masak sop, duduk aja bentar lagi udah mau masak. Oh iya Sunoo belum bangun? "

"Tadi sempet melek tapi aku puk puk bentar udah tidur lagi, tapi kayaknya udah boleh di bangunin soalnya pokoknya udah full"

"Ah iya, pokoknya belum di ganti dari semalam. Yuk makan dulu"

Jeno menata makanannya di meja makan yang tidak terlalu besar, siap untuk menyantap hidangan yang masih mengebul hangat itu.

"Kakak pinter masak ya" Ucapnya setelah sop itu masuk ke tenggorokannya, Renjun tidak bisa berbohong ini sangat enak.

"Baru belajar. Habis ini mandi trus luka jahitannya di olesin antibiotik yang di kasih dokter semalam"

"Iya Kak"

Hening, hanya terdengar suara sendok yang beradu memenuhi ruang. Mereka tidak begitu akrab membuat kecanggungan di antaranya.

Jeno melirik Renjun, ada sesuatu yang ingin ia tanyakan. Menimang apakah harus ia tanyakan atau tidak, sampai akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya.

"Njun"

"Ya? "

"Jahitan itu.. Beneran karena operasi Caesar? "

Pergerakan Renjun terhenti, bahkan sendok yang awalnya ia pegang ia letakkan. Tangannya saling bertaut di atas paha, memperlihatkan dirinya yang gelisah membuat Jeno tidak enak.

"Ma-maaf gak usah di pikiran. Lanjut makannya, saya mau ke kamar dulu bangunin Sunoo"

-🦊🐶-

Gelap dan sunyi adalah gambaran kamar kos tempat tinggal Renjun sekarang, ia duduk di lantai dingin menunduk dengan pandangan kosong memeluk baju bayi berwarna biru bergambar rubah yang ia sudah siapkan dari jauh hari. Sayangnya sang buah hati tidak sempat melihat dunia, bahkan Renjun sendiri tidak tau bagaimana rupa anaknya. Saat ia bangun bayi itu telah di makamkan.

Dadanya sesak setiap mengingat apa yang terjadi dulu, rasa sakit jahitan ini membuatnya makin terluka karena faktanya semuanya hanya jadi sia belaka. Ia tidak dapat memeluk buah hatinya sendiri karena Tuhan lebih menyayangi anaknya.

"Mama kangen kamu" Ucapnya lirih dengan air mata berlomba-lomba untuk keluar membasahi pipi hingga dagunya.

Tidak bisa di pungkiri sakit seorang Ibu adalah ketika ia kehilangan anaknya, bahkan sebelum ia bisa memeluknya.

Tangan dinginnya mengusap perut yang sempat menjadi tempat bersarang bayinya, tendangan lincah nya masih terasa di sana seakan bayi itu akan lahir sehat namun semuanya berbanding terbalik.









Kalau senyum matanya ilang kayak Bapak Onel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalau senyum matanya ilang kayak Bapak Onel




Tbc

DEAR FOXWhere stories live. Discover now