PERGI

7.3K 408 24
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

لَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَي اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِمْ (ﷺ)

Utamakan Ibadah sebelum membaca! Dan, Jangan lupa vote😁

📖 HAPPY READING 📖
____________________________

Aza menurunkan kaca mobil sebelum mobil itu benar-benar berjalan meninggalkan pesantren, tempat yang sudah memberinya banyak pelajaran hidup.

Dengan mata berkaca-kaca, gadis itu melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan pada mereka yang masih berdiri di depan rumah Kiai untuk mengantar kepergiannya.

"Uswa, sampai berjumpa lagi, dah." Aza tersenyum lebar pada Uswa, gadis yang dia temui permata kali di pesantren tersebut.

Uswa mengangguk kecil sebagai jawaban. Dalam hati gadis 15 tahun itu berharap akan bertemu lagi dengan istri Gus-nya itu.

"Semoga Ning Aza dan Gus Zhafran selamat sampai tujuan, dan pernikahan mereka sakinah mawadah warahmah," ucap Uswa dengan suara lirihnya.

Mobil yang dikemudikan oleh Zhafran itupun sudah tak terlihat. Uswa pun berpamitan untuk kembali ke asrama karena sebentar lagi dia akan berangkat ke sekolah.

Setelah Uswa pergi, Ali pun memanyunkan bibirnya kesal karena kucing kesayangannya benar-benar dibawah Aza bersamanya.

"Huaaaa, Milo!" teriak Ali membuat Umi Halimah dan Kiai Rasyid terkejut.

"Astaghfirullahal'adzmin, Ali!" Umi Halima mengelus dadanya. Sedangkan Kiai Rasyid hanya geleng-geleng kepala.

Ali menatap Umi Halima dengan tatapan sedihnya. "Umi, Milo."

Umi Halima terkekeh kecil. Wanita paruh baya itu tidak menyangka anak kecil yang dulu dia susui bersama putranya kini tumbuh menjadi pria yang penyayang dan sedikit manja.

"Nanti kita cari lagi. Jangan manyun gitu, malu ama santri putri," ucap Kiai Rasyid seraya melirik beberapa santriwati yang tak jauh dari mereka.

Ali mengikuti arah pandang Abi-nya. Dan kebetulan, santriwati tersebut melihat kearah mereka sambil tersenyum lalu menunduk.

"Aakhh, Abi." Ali mempercepat langkahnya masuk kedalam rumah meninggalkan Kiai Rasyid dan Umi Halima yang sudah tertawa kecil melihat kelakuan Ali.

"Dia sudah dewasa, tapi kelakuannya kadang seperti anak kecil. Suatu hari nanti dia akan pergi meninggalkan kita, Mas." Mata Umi Halima berkaca-kaca menatap punggung Ali.

Kiai Rasyid tersenyum saat mengingat kejadian beberapa tahun, di mana dia menemukan Ali yang baru saja dilahirkan di gerbang pesantren miliknya. Saat itu, Umi Halima berada di rumah sakit melahirkan Zhafran.

"Semoga dia tidak membenci orang tuanya," ucap Kiai Rasyid.

Umi Halima menoleh pada suaminya yang berada di samping kanannya. "Apa mereka datang lagi, Mas? Apa mereka tidak ingin menemui Ali sekali saja untuk menjelaskan alasan mereka meninggalkan Ali?"

"Mereka ingin menemui Ali, tapi putra kita itu tidak ingin menemui mereka," jawab Kiai Rasyid. Kini pasangan suami-istri yang sudah menuai itu sedang duduk di ruang tamu.

Beberapa tahun belakangan, orang tuan Ali sering berkunjung. Setiap kali mereka datang, Ali selalu menyibukkan diri agar tidak bertemu dengan mereka.

"Umi, Abi, Ali pergi dulu, ia," ucap Ali setelah keluar dari kamarnya. Pria tampan itu sudah terlihat rapi dengan pakaiannya.

GUS_ZHAFRAN_MY_HUSBAND (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang