1. Six years later

1.2K 165 13
                                    

Mira berdecak malas menatap jam yang menempel pada pergelangan tangan kirinya. Perempuan itu mengetuk-ngetukkan jari telunjuk dengan bosan saat seseorang yang sedang ditunggunya tidak datang-datang padahal waktu sudah berlalu lima belas menit lebih.

Saat suara langkah kaki heboh terdengar memenuhi kafe, Mira mengangkat pandangan. Perempuan itu menghembuskan nafas berat, menatap Luna yang menggendong Jio dengan ekspresi malas.

"Telat berapa menit tante?"

Luna meringis kecil setelah duduk di kursi kosong depan Mira.

"Dua puluh menit. Gak terlalu lama lah," ujar Luna enteng.

Mira melotot pura-pura marah. Perempuan itu menolehkan pandangan pada Jio yang anteng dengan permen lolipop di tangan.

"Sekolahnya seru sayang? Belajar apa tadi?" tanya Mira mengalihkan pembicaraan.

"Seru Bu. Jio diajarin berhitung sama bu guru. Tadi Jio maju ke depan dapet bintang lima."

Mira tersenyum lembut. Tangan perempuan itu terulur untuk mengacak rambut lebat putranya dengan sayang.

"Hebat anak ibu."

Jio tersenyum bangga. Bocah itu lalu fokus pada tab di depannya, menonton kartun kesukaan yang baru bisa ditonton setelah pulang dari sekolah.

Luna dan Mira sibuk bercengkrama. Menceritakan berbagai hal termasuk bisnis yang kini mereka geluti bersama.

Jio yang sudah bosan, mencampakkan benda pintar tadi keatas meja. Bocah itu bertopang dagu, menyaksikan keasyikan dua wanita dewasa di sampingnya.

Kedua mata Jio lalu terfokus pada meja di sebrang mereka. Sebuah keluarga yang tengah makan siang bersama, terlihat begitu dekat, hngat qdan sangat akrab.

Mira yang lebih dulu menyadari segera memegang bahu sang putra lembut. Perempuan itu mengikuti arah pandang Jio dan tersenyum getir setelah menyaksikan apa yang sejak tadi putranya lihat. Ia mengerti apa yang sedang difikirkan putranya saat ini.

"Mau Ibu pesenin es krim?" taya Mira berusaha mengalihkan perhatian. Ia tidak sanggup melihat wajah sendu putranya.

Jio dengan cepat mengangguk. Raut bocah itu berganti girang dalam sekejap membuat Mira mengulas senyum tipis dengan hati menghangat.

"Memangnya boleh bu? Jio kemarin kan baru minum es."

"Boleh dong. Hadiah dari ibu karena Jio tadi dapat bintang lima di sekolah."

"Asyyiik."

Jio kembali berseru girang. Laki-laki kecil duplikat Deo itu mengecup kedua pipi sang ibu semangat. Mengucapkan terima kasih berkali-kali yang membuat Luna terkekeh kecil menyaksikan interaksi manis ibu dan anak itu sejak tadi.

"Jangan dibiasakan keseringan minum es."

Luna berbisik lirih yang langsung Mira angguki. Ini adalah cara yang bisa dilakukannya untuk menarik perhatian putranya karena setelah menyaksikan keharmonisan sebuah keluarga di kursi samping mereka, Jio berubah menjadi murung.

*****

"Jio udah tidur?"

"Baru aja."

Mira menjawab lesu. Seharian ini perempuan itu menyadari sikap putranya yang lebih banyak diam dibanding biasanya

Jio yang terbiasa aktif namun tidak sejak kepulangan mereka dari kafe siang tadi.

Bocah cilik itu beralasan lelah dan ingin tidur lebih cepat setiba mereka dari restoran.

"Dia pengen punya keluarga lengkap kayaknya. Dari beberapa hari lalu gue perhatiin selalu diem kalau ada keluarga lagi kumpul."

Mira tahu, sungguh. Ia menyadari itu. Namun untuk menuruti keinginan putranya, ia tak akan mampu. Ia tak bisa mewujudkan keinginan anaknya karena hingga kini belum ada keinginan untuk menikah dan membina sebuah keluarga.

CINTA MASA LALU (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang