5. Terbongkar

1.1K 162 35
                                    

Mereka masih terdiam, terkuci dengan tatapan masing-masing

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mereka masih terdiam, terkuci dengan tatapan masing-masing. Tak ada yang mau mengalihkan pandangan seakan kekagetan yang menyerbu mereka membuat waktu turut terhenti sementara.

Amira tak mampu mengeluarkan suara begitupula Deo yang terdiam kaku hingga panggilan lembut Jio membuat keduanya tersadar.

"Ibuu."

Amira menoleh, menunduk untuk menatap putranya yang tampak kebingungan. Bocah laki-laki itu menatap bergantian pada sang ibu dan laki-laki dewasa di depannya.

"Katanya mau pulang," ujar Jio mengingatkan. Bocah laki-laki itu masih tak mengalihkan tatapan pada sang ibu yang dengan cepat mengangguk kikuk.

"Iya, ayo kita pulang. Pamit sama tante Siska dulu yaa."

Jio mengangguk, bocah itu sudah berlari mencari keberadaan Siska diikuti Aira yang mengekor dibelakang dengan langkah cepat meninggalkan sepasang manusia yang pernah terhubung di masa lalu.

Mira bangkit lebih dulu. Perempuan itu membereskan mainan anak-anak, meletakkannya ke tempat yang seharusnya lalu berjalan meninggalkan ruang tengah, namun langkahnya harus terhenti saat sebuah tangan besar mencekal lengannya cukup kuat.

"Mau kemana? Kamu tidak mau menjelaskan sesuatu?"

Deo berujar dengan tatapan mengintimidasi. Laki-laki itu berdecih sinis saat Mira berontak berusaha untuk melepaskan cekalan tangannya.

"Lepas, aku harus pulang."

"Tidak semudah itu sebelum aku mendapatkan penjelasan darimu."

"Tidak ada yang perlu dijelaskan karena setelah kamu membuangku aku menganggap kita tidak lagi saling mengenal."

"Aku tidak pernah membuangmu!" geram Deo.

Mira tak peduli. Perempuan itu menghempaskan tangan Deo dengan kasar dan melanjutkan langkah yang tertunda.

"Mau pulang sekarang Mir? Gak nunggu makan siang sekalian?"

"Nggak usah mbak, masih ada urusan setelah ini."

"Oh yaudah, besok deh aku main ke rumahmu kalau senggang."

Mira mengangguk. Perempuan itu menggandeng tangan Jio lantas pamit untuk pulang.

"Kalau begitu kami pulang dulu ya mbak. Maaf ngrepotin terus tiap Jio kesini," ungkap Mira sungkan. Ia selalu tak enak setiap kali menitipkan Jio saat ia sedang ada urusan mendesak.

Siska menggelang tak setuju. Perempuan itu lantas mengacak rambut lebat Jio dengan sayang.

"Nggak pernah ngrepotin kok, Jio anak yang nurut. Aku malah seneng akhirnya Jio bisa kenal Aira."

Mira mengangguk dengan senyum tulus. Perempuan itu lalu menggiring putranya meninggalkan kediaman Siska, mengabaikan tatapan tajam Deo yang tak lepas menatapnya sejak tadi.

CINTA MASA LALU (ON GOING)Where stories live. Discover now