3. Berkunjung

836 126 18
                                    

Bukankah setiap orang tua mengharapkan anaknya hidup dengan bahagia?

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Bukankah setiap orang tua mengharapkan anaknya hidup dengan bahagia?

Deo juga menginginkan hal yang sama. Ia ingin putri semata wayang yang amat sangat disayanginya hidup bahagia. Ia selalu berusaha memenuhi keinginan putrinya, berharap dengan itu Aira tak kekurangan apapun dalam hidupnya.

Kehilangan kasih sayang seorang ibu sejak masih kecil membuat Deo memiliki tanggung jawab lebih. Ia tak mengeluh hanya saja rasa bersalah terus menggerogoti dirinya.

Ia tidak masalah dituntut banyak hal untuk menemani tumbuh kembang putrinya. Ia bahkan akan melakukan apa saja asal Aira bahagia.

Termasuk meminta rujuk kembali dengan Hanggia, ibu dari anaknya. Namun saat mantan istrinya itu menolak, ia tak bisa berbuat apa-apa.

Ia masih mencintai Hanggia namun perempuan itu mencintai laki-laki lain dan resmi menikahinya tak lama setelah ia mengungkapkan keinginannya.

Rasa kecewa sempat menghinggapinya namun ia harus ikhlas menerima. Hanggia berhak bahagia dan ia juga memiliki hak yang sama untuk bahagia begitupun dengan putri mereka.

"Ayah, kenapa melamun?"

Aira menyentuh pundak ayahnya pelan. Gadis kecil itu mendongak dengan dua mata bulatnya yang berbinar indah menatap raut resah sang ayah.

"O-ooh, enggak nak, mungkin karena ayah kecapekan," ujar Deo menenangkan. Ia tak mungkin mengatakan dengan jujur tentang keresahannya bukan? Anaknya masih terlalu kecil untuk bisa memahami kondisinya.

"Ikut bantu-bantu di nikahan tante Sisika bikin ayah capek ya?"

Pertanyaan polos yang keluar dari bibir tipis putrinya membuat Deo terkekeh kecil. Bagaimana bisa putrinya memiliki pemikiran seperti itu? Ia memang sempat disibukkan dengan pesta pernikahan kakak sepupunya hanya saja ada WO yang mengurus semuanya.

"Bukan. Ayah cuma sedih besok harus meninggalkan Aira."

Yag ini Deo tak berbohong karena besok dirinya memang sudah harus kembali ke Jakarta, meninggalkan putrinya di Jogja untuk sementara.

Aira terkejut mendengar penuturan ayahnya, bibir tipisnya mendadak mencebik hendak menangis. Gadis kecil itu lalu pindah ke pangkuan sang ayah, memeluk leher laki-laki itu dengan erat.

"Kenapa? Ayah mau ninggalin Aira disini sendiri?" Aira berujar dengan suara bergetar sedih.

Deo yang mengerti kekhawatiran putrinya segera mengusap punggug kecil Aira dengan gerakan lembut.

"Ayah ada rapat penting nak jadi harus ke Jakarta lebih dulu. Aira untuk sementara tinggal di rumah tante Siska dulu ya dan setelah kerjaan Ayah selesai Ayah bakal kembali buat jemput Aira."

"Kenapa Aira gak ikut ayah ke Jakarta aja, apa Aira ngrepotin?"

Deo menghembuskan nafas berat. Putrinya memang sangat perasa.

CINTA MASA LALU (ON GOING)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon