2. Teringat

964 147 15
                                    

Deo mendekati putrinya yang duduk tenang di depan televisi

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Deo mendekati putrinya yang duduk tenang di depan televisi. Gadis kecil itu memegang setoples kue kering namun kedua matanya terfokus pada tayangan kartun di depan.

Deo berjalan mendekat dengan langkah hati-hati. Laki-laki itu lalu duduk disamping Aira membuat putri kecilnya itu tersentak dengan kedua mata melotot lucu.

"Ayah, Ira kaget tau," seru Aira kesal. Kini bibir tipisnya mengerucut membuat Deo terkekeh gemas.

"Aduh lucunya anak ayah. Maaf yaa."

Deo memangku putrinya. Laki-laki itu mencium ubun-ubun Aira dengan sayang, sesekali mengelus pipi putih bocah kesayangannya itu.

"Iya tapi Aira gak suka."

Deo menimpali dengan tawa ringan.

Keduanya lalu sibuk dengan tayangan televisi di depan.

Sejujurnya Deo tidak menyukai kartun kegemaran putrinya namun menemani tuan putri saat malam hari seperti ini sudah menjadi kebiasaannya tak terkecuali menonton televisi.

"Aira belum ngantuk nak?" Deo nertanya lembut setelah hanya duduk diam sepuluh menit lebih. Laki-laki itu menunduk untuk menatap putrinya yang menggeleng menjawab pertanyaannya.

"Ayah udah ngantuk ya?" tanya Aira memastikan. Bocah kecil itu sudah berhenti mengunyah kue kesukaannya.

Kini giliran Deo yang menggeleng.

"Ayaah?"

Deo menunduk lagi. Laki-laki itu menaikkan alis bertanya saat Aira mendongak dengan dua mata bulatnya yang berbinar indah.

"Kenapa nak?"

"Tadi di pesta Ira ketemu tante cantik banget."

Deo mengerutkan kening menunggu kalimat lanjutan putrinya. Tante cantik? Bukankan putrinya sudah sering bertemu dengan perempuan seperti itu.

"Tante cantik? Kenapa dengan tante cantik?"

"Tante cantik mirip sama foto yang ada di dompet ayah, bedanya rambut tante cantik panjang."

Deo tersentak kaget. Laki-laki itu terdiam cukup lama.

Ucapan tenang putrinya malah membuat dirinya berdebar. Apakah putrinya tidak salah mengenali orang.

"Aira salah lihat mungkin."

Deo berusaha meyakinkan putrinya karena ketakutan itu kembali menyerangnya.

"Ira gak salah lihat ayah. Tante cantik itu mirip sama foto yang di dompet ayah. Ira gak bohong."

Jika Ira sudah bersikukuh seperti ini Deo hanya bisa terdiam.

Laki-laki itu tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Namun yang jelas kekagetan belum hilang dari wajahnya.

Deo menarik nafas panjang lalu dihembuskan perlahan. Kini fikirannya berkelana kemana-mana.

CINTA MASA LALU (ON GOING)Onde histórias criam vida. Descubra agora