[16] :

18 1 0
                                    

Minho, Felix, Seungkwan, Yangyang dan Shotaro berada di sebuah rumah sederhana yang letaknya jauh dari permukiman, keadaan rumahnya juga senyap, jauh dari kata bising.

"Kita ngapain ke sini sih Bang?" Tanya Felix pada Minho, kakaknya. Dirinya agak merinding dengan tempat yang ada di sini.

"Ada sesuatu yang harus gue selidiki." Jawab Minho.

Felix hanya menatap kakaknya itu dengan tatapan bingung. "Terus napa ngajak gue dah."

"Shuttt, diem aja deh lo cil."

Felix menatap Seungkwan datar. "Apaan sih, lo tuh Bang yang kecil."

"Yee, gue timpuk lu."

Minho merotasikan bola matanya melihat kelakuan kedua orang itu.

Kemudian Minho berjalan ke arah teras rumah dan mengetuk pintunya, tapi tak ada sahutan dari dalam sana.

"Apa orangnya gak ada di dalem ya?" Monolognya.

Merasa tak ada jawaban ia pun kembali bersama yang lainnya.

"Gimana bang?" Tanya Yangyang, namun Minho menggelengkan kepalanya.

"Terus sekarang gimana!?" Pekik Shotaro.

"Atau jangan-jangan, dia udah kesana duluan?" Seungkwan.

"Mungkin aja. Gimana kalau kita ke sekolah aja?" Tawar Minho.

"Yaudah tunggu apa lagi? Ayok kita ke sekolah!" Desak Seungkwan, dan mereka pun langsung masuk kedalam mobil.

"Sebenernya ada apa sih?" Tanya Felix yang masih kebingungan dengan kejadian hari ini.

"Kembarannya si Soobin sama temen-temennya kejebak di sekolah." Ucap Yangyang.

"Hah? Yang bener lu?"

"Beneran anjir, mereka tuh kejebak gegara si nenek lampir!" Seru Shotaro.

Yangyang menabok paha Shotaro yang duduk disampingnya. "Jangan ngomong gitu! Gak sopan lo manggil orang tua nenek lampir."

"Lah tampangnya sih emang masih ayu tapi kelakukannya gak bener."

"Kalian ngomongin siapa deh?" Tanya Felix.

"Dikasih tau juga lo gak bakal tau, percuma." Ucap Seungkwan yang membuat Felix kesal.

"Jelasin ke gue napa! Kepo nih."

"Cerita Yang." Suruh Shotaro.

"Anjir geli gue."

"Yee salah sendiri dikasih namanya begitu."

"Ck, udahlah sini biar gue kasih tau." Ucap Yangyang yang akan memulai sebuah kisah urband legend. Xixix. Canda.

"Lo tau kan gosip murid yang bundir di sekolah kita?" Katanya memulai bercerita.

Felix mengangguk. "Nah kenyataannya itu bukan kasus bunuh diri tapi pembunuhan." Lanjutnya membuat Felix kaget khan maen.

"What? Yang bener ege." Kata Felix tidak percaya.

"Beneran deh, kalau gak percaya tanya para sesepuh itu." Ucap Shotaro menunjuk dua orang yang duduk di depan.

"Semprul dikatain sesepuh." Desis Seungkwan yang kesabarannya setipis tisu.

"Nah tapi gak ada bukti yang menunjukkan bahwa murid itu dibunuh, makanya polisi cuma bilang kalau ini cuma kasus bunuh diri aja, dan pihak sekolah juga cuma bilang penyebabnya bisa aja karna murid itu stres belajar apa lagi waktu itu baru aja selesai ulangan, mungkin aja itu yang jadi faktor utama. Tapi lo tau soal kenyataannya? Murid itu adalah korban bully, terus CCTV yang ada di tempat kejadian itu mati makanya gak ada bukti kuat soal kasus itu."

Felix cukup kaget mendengarnya, "Wah gila. Beneran tuh murid bunuh diri atau dibunuh?"

"Ya jelas dibunuh lah." Ucap Yangyang.

"But wait, kok lo bisa tau soal ini sih?" Tanya Felix penasaran.

"Lo lupa kalau gue ikut prasanti? Nah kadang kita bikin kemah acara sendiri, biasanya kita suka cerita-cerita horor tentang sekolah, makanya gue tau."

"Temen gue juga anak prasanti tuh tapi gak pernah gue denger dia cerita kaya gini. Dia cuma cerita betapa lelahnya dia hidup di alam."

Yangyang terkekeh. "Jelas lah gue tau, kan gue masuk ke lingkarannya orang dalam." Katanya menaikkan kedua alisnya.

"Loh maksudnya? Lo gak pernah bilang soal ini?" Tanya Shotaro yang ikut penasaran juga.

"Gue ikut ekskul Pramuka kan pas kelas sepuluh, nah dikelas gue gak ada yang ikut Pramuka selain gue, otomatis gue sendirian dong di organisasi itu. Terus suatu hari ada kakel yang nemenin gue waktu gue sendirian, dia juga yang ngenalin gue ke anggota yang lebih senior ke gue sampai akhirnya gue bisa jadi lebih dekat sama para anggota inti. Waktu itu lagi ada acara dan kami lagi istirahat, gue gabung sama kakak kelas, terus mereka nyeritain gue cerita horor yang berkaitan dengan sekolah kita, salah satunya ya itu. Dan lagi pula gak semua orang tahu tentang cerita ini, gue pun nganggep nya cuma dongeng aja. Gue gak nganggep itu cerita nyata."

"Widih enak bener deket sama orang dalam." Celetuk Seungkwan yang dari tadi dengerin Yangyang ngedongeng.

"Mereka tau soal itu dari mana?" Sahut Minho.

"Siapa?"

"Kakak kelas yang nyeritain itu ke lo."

"Mmm, mungkin dari gosip yang beredar? Waktu itu gue gak terlalu peduli mereka tau dari mana, gue juga mikirnya mereka cuma pengen terlihat keren dengan cerita horor itu ke gue, seolah-olah mereka paling tahu tentang sekolah kita."

Minho melihat Yangyang dari kaca mobil. "Yakin tau dari gosip?"

Felix mengernyit heran, "Tapi ada satu hal yang bikin gue penasaran. Kenapa kalian berdua bisa ada di rumah gue? Dan kenapa bisa kalian tau soal anak-anak yang hilang?" Tanya Felix kepada Yangyang dan Shotaro.

"Gue nginep di rumah Yangyang karena bokap nyokap gue keluar kota. Nah waktu kita lagi nongkrong di pos ronda bareng bapak-bapak komplek, si Yangyang di chat Soobin, katanya Sanha belum pulang sekolah. Terus kita berdua pun milih buat pulang ke rumah, waktu pas kita ngelewatin rumah lo, disana bang Minho sama bang Seungkwan manggil kita yaudah kita samperin dan gak taunya mereka manggil kita buat minta tolong nyari temen-temen seangkatan kita yang ilang itu." Jelas Shotaro. Fyi rumah Yangyang, Shotaro sama Felix ini se komplek, tapi Shotaro beda blok aja rumahnya.

Felix mengangguk, "Ooh gitu, tapi ngapain dah main sama bapak-bapak."

"Gabut aja, jadi kita berdua main ke pos ronda, kirain bakal ada anak-anak komplek yang lagi nongkrong disana gak taunya cuma ada bapak-bapak, yaudah kita gabung sama mereka deh." Kata Yangyang.

Dan kini tibalah mereka di belakang sekolah. Mereka memasuki sekolah itu dengan pintu yang sudah terbuka.

"Kalian cari anak-anak yang hilang itu. Gue bakal ke rooftop." Ucap Minho.

Felix mengentikan langkah Minho. "Eh bang mau ngapain?"

"Gue mau ngehentiin dia. Pokoknya kalau ada dari kalian yang pas-pasan sama Umji, SinB, atau yang lainnya, langsung suruh mereka ke rooftop gedung ekskul." Suruh Minho langsung berlari pergi meninggalkan mereka.

"Kebiasaan banget suka ninggalin nih anak." Celetuk Seungkwan yang langsung masuk kedalam sekolah diikuti ketiga adik kelasnya.

Berlarian di lorong-lorong sekolah membuat mereka kelelahan.

"Eh tunggu-tunggu." Ucap Felix menghentikan mereka bertiga.

"Kenapa?" Tanya Seungkwan.

"Mumpung di sekolah, gue mau ke kelas dulu ya? Gue lupa buku bahasa Indonesia gue ketinggalan di laci, besok di suruh ngumpulin tugas merangkum soalnya." Kata Felix.

"Ngapain sih Lix? Gak usah, lagi keadaan kaya gini mending pikiran keselamatan semua orang dulu. Nanti kalau lo ketemu hantu terus yang ada malah lo yang ngegantiin mereka jadi tumbal." Ucap Yangyang.

"Gak akan, hantu takut sama gue. Percaya sama gue, kalian fokus cari anak-anak itu, gue juga nanti sekalian nyari mereka, barangkali ketemu atau pas-pasan sama mereka." Kata Felix yang langsung pergi meninggalkan mereka.

To już koniec opublikowanych części.

⏰ Ostatnio Aktualizowane: Jan 22 ⏰

Dodaj to dzieło do Biblioteki, aby dostawać powiadomienia o nowych częściach!

After School | 00 LinerOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz