42

14.4K 1.6K 109
                                    

Ilea melepaskan seluruh pakaian Xaver. Wanita itu menyalakan kran air hangat di bathub.

Xaver masuk ke dalam bathub. Ilea mematikan kran ketika bathub sudah terisi setengah. Wanita itu mulai menyabuni tubuh Xaver.

"Adek, kapan Papa pulang?" tanya Ilea.

Xaver menatap wajah ayu ibu nya. "Cebelum Mama bangun."

Ilea mengangguk paham. "Terus aunty tadi siapa?"

Xaver menggeleng tak tahu. "Kata na temen na Papa."

Ilea mengangguk pelan. Xaver menatap wajah ibu nya yang terlihat sedih.

Tangan mungil Xaver menangkup wajah Ilea. Pria kecil itu langsung mengecup pipi Ilea.

"Mama jangan pikilin lagi, ya."

Ilea tersenyum. Ia mengecup dahi Xaver dengan lembut. Ilea tersentak ketika mengingat lutut Xaver yang luka.

"Adek, lutut nya–

"Udah nda cakit, makacih Mama."

Cup

Xaver kembali melayangkan kecupan manis di pipi Ilea.

Wanita itu mulai membilas tubuh Xaver. Ilea memakaikan handuk di tubuh di tubuh putranya dan menggendong pria kecil itu keluar dari kamar.

Ilea masuk ke dalam walk in closet dan mengambil kaos serta celana pendek selutut untuk Xaver.

Ilea mengoleskan krim anti ruam dan baby oil ke beberapa bagian tubuh Xaver.

Setelahnya, Ilea memakaikan Xaver pakaian dalam dan celana pendek selutut berwarna hitam dan yang terakhir kaos hitam polos.

Ilea menyisir rambut Xaver hingga rapi. Wanita itu memberikan bedak bayi di wajah Xaver.

"Adek belum makan kan? Mau Mama masakin apa?" tanya Ilea menggandeng tangan mungil Xaver dan berjalan menuruni tangga.

"Naci goleng and nugget, boleh?" Ilea mengangguk.

"Oke, Mama masakin ya."

Ilea mencoba mengabaikan Zareon, Xaiver dan wanita itu yang duduk di kursi meja makan.

Tanpa Ilea duga ternyata Xaver tetap mengikuti langkah nya.

"Adek, mau ngapain?" tanya Ilea.

"Bantu." jawab Xaver.

Ilea terkekeh pelan. Ia mencubit hidung mancung Xaver yang mungil.

"Oke, tolong ambilin nugget nya di freezer ya?" Xaver mengangguk patuh.

Xaver berjinjit mengambil wadah berisi nugget dan sosis yang ada di freezer. Pria kecil itu memberikan wadah itu ke Ilea.

"Makasih, sayang." Xaver mengangguk.

Pria kecil itu naik ke atas kursi kecil dan melihat ibu nya yang tengah menyiapkan bumbu untuk memasak nasi goreng.

"Adek, jangan deket-deket. Nanti kena minyak loh. Mending sama Papa aja sana." ucap Ilea.

Xaver menggeleng enggan. Ia turun dari kursi kecil itu dan memeluk Ilea dari samping.

Ia senang karena ayah dan kakak kembar nya itu tak mengganggu dirinya bermanja-manja dengan Ilea.

Ini sifat asli Xaver yang hanya akan ditunjukkan kepada Ilea. Hanya pada Ilea.

Ilea menghela nafas pelan. Ia membiarkan putra nya itu memeluk nya. Ilea mulai memasak nasi goreng dengan porsi yang sengaja ia lebih kan.

Being The Antagonis't Cousin✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang