70

14.3K 1.1K 58
                                    

"Kak! Cakit hiks lepacin!"

"Nggak akan. Gue kan udah bilang sama lo, jangan keluar dari rumah. Lo emang nakal ya."

"Cila nggak nakal! Cila cuma main dilual kalna bocen!"

"Udah berani sama gue? Udah berani bentak gue, iya?!"

"Cakit kak hiks ampun hiks lepacin."

"Rantai nya gak akan gue lepas satu hari penuh."

"Nikmati hukuman mu, gadis nakal."

Cila menggeleng ribut melihat kepergian Kama. Ia mengumpati Kama dalam hati.

Satu tahun ia tinggal dengan Kama, Kama perlahan luluh padanya dan akhirnya berhasil menghilangkan rasa terlarang nya pada ibu nya itu.

Namun, ini adalah balasan untuk Cila. Kama tak sepenuhnya luluh. Kama justru semakin menggila.

Enam bulan terakhir, pergerakan Cila selalu diawasi oleh Kama. Ia dilarang keluar rumah dan bermain dengan anak-anak seusia nya.

Jika ia melanggar maka ia akan dihukum. Seperti ini contohnya, kedua tangan dan kedua kaki nya dirantai oleh Kama dan ia dikurung seharian penuh di kamar gelap yang hanya bermodalkan cahaya matahari yang menyinar melalui kaca jendela.

Di kamar ini pun sudah diletakkan beberapa kamera CCTV yang terhubung langsung dengan ponsel Kama. Jika begitu, ingin mengumpati Kama pun rasanya tak bisa.

'Emang dasar gak punya otak! Dia pikir enak apa dirantai gini?! Gue berasa kayak penjahat. Senjaaaa, gue pengen pulang. Gue gamau di dunia novel buatan lo ini.'

Sikap posesif Kama yang terlalu berlebihan membuat Cila kesal sekaligus sedih. Di usia nya yang menginjak 5 tahun harus nya ia bermain dengan teman seusia nya, namun Kama melarang.

Kama gila.

Bahkan lebih gila dari ayah nya, Zareon.

Padahal niat Cila baik loh ingin membantu Kama lepas dari jeratan rasa terlarang itu agar kehidupan rumah tangga antagonis kesayangan nya tetap damai nan tentram.

Namun, kini ia yang terjerat oleh Kama. Terjerat dalam hidup remaja gila itu dan entah kapan ia bisa terbebas.

🕊🕊🕊

"SAIPER! BALIKIN DOMPET PAPA!"

"GAMAUUU!"

"BALIKIN GAK?! GUE BAKAR SEMPAK TAYO LO YA!!"

"SAIPER AMBIL KUNCI MOTOR BUTUT PAPA ITU!!"

"SAIPER! BALIKIN DOMPET GUE ANJIR!!"

"GAMAUUUU!"

Ilea dan Kalila hanya diam menatap Zareon dan Xaiver yang sedang kejar-kejaran. Sedangkan Xaver tertidur lelap di pangkuan Ilea.

"Mah." panggil Kalila.

"Kenapa sayang?" balas Ilea.

"Kayaknya yang waras di rumah ini cuma Mama sama Kalila deh."

Ilea terkekeh. Tangan nya mengusap kepala Xaver membuat pemuda itu semakin pulas dalam tidur nya.

"Biru, Xaiver, kalian bisa berhenti gak sih? Gak capek lari-lari terus?" tanya Ilea mulai jengah dengan tingkah suami dan anak sulung nya.

"Anak kamu nih, ngambil dompet aku sembarangan." adu Zareon manja.

"Nggak, Mah. Papa duluan yang gangguin Xaiver, Papa ngilangin gantungan kunci Tayo abang." sungut Xaiver.

"Se pabrik nya juga Papa beliin, cuma satu doang ngajak ribut kamu." kesal Zareon.

Being The Antagonis't Cousin✅Kde žijí příběhy. Začni objevovat