Investigasi

428 53 23
                                    

_____________❤️❤️❤️__________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_____________❤️❤️❤️__________

Melihat grup chat yang ramai gara2 keputusan sekolah buat skors Regina, bikin Dhika dan Xan langsung kepikiran sama Raka. Tak lama ada pesan Dharma yang menyuruh mereka pergi ke cafe yang biasa jadi tempat mereka nongkrong.

Pas sampai di sana Dharma dan Raka sudah ada di sana. Wajah Raka bahkan lebih keruh daripada tadi pagi.
Xan menepuk pundak Raka.

"Yang sabar, Mas."

Dhika duduk di sebelah Dharma.

"Itu fotonya asli?" Tanya Dhika.

Raka mengangguk. "Gue coba tanya ke dia. Dia jujur sama gue dan bilang kalau itu asli. Itu foto yang diambil pacarnya dulu. Dia bilang waktu itu fotonya udah dihapus. Dia gak tahu kalau foto itu masih ada."

"Berarti udah jelas dong kalau yang nyebarin foto itu Mantan pacarnya Regina. Yang jadi masalah adalah, siapa orang dalam yang nge-up foto itu di akun siswa terus alasannya kenapa."kata Xan.

Dharma mengangguk-angguk.

"Iya..kayaknya memang ada orang dalam yang nge-up tuh foto. Alasannya jelas dia gak suka sama Regina."

Raka minum ice cappucino miliknya. "Kayaknya ada orang yang gak suka regina Deket gue. Beberapa hari ini, Regina ketakutan karena dapat kiriman barang-barang mengerikan. Disitu tertulis supaya dia gak deket-deket gue. Itu alasan dia menghindar dari gue beberapa hari ini."

"Oh..gitu. Jadi, rencana Lo?"

"Gue bakal cari tuh cowok." Jawab Raka.

"Tenang aja Mas Raka. Kita bakal bantu kok." Sahut Xan.

Sementara itu, Dewa baru saja terbangun. Sakit kepalanya benar-benar sudah hilang sekarang. Sepertinya memang dia kurang tidur. Dia mengamati sekeliling nya. Oh ya dia ingat kalau ini apartemen milik Dea.

Dewa keluar dari kamar. Ada Dea yang terlihat sibuk di depan laptop dan beberapa buku. Sepertinya sedang mengerjakan tugas kuliahnya.

"Oh? Udah bangun?"

Dewa duduk di sofa tanpa menjawab apa-apa. Dea lalu berinisiatif untuk membuatkan coklat panas.

"Minum dulu. Coklat panas. Kamu masih suka ini kan?"

Dewa hanya mengangguk. Mencoba minuman yang dibuat oleh Dea. Dea sendiri sudah duduk di samping Dewa.

"Ini brand yang dulu biasa kamu minum."

"Masih enak."

"Kalau aku lagi kangen kamu, gak sadar suka bikin ini. Padahal kamu tahu sendiri daripada ini aku lebih suka teh."

Dewa melirik Dea. Tatapan mereka bertemu. Perlahan Dea mendekatkan wajahnya. Tangannya mendorong pelan Dewa agar menyandar di sofa. Dewa hanya diam dan membiarkannya saja. Dia ingin lihat apa yang mau dilakukan cowok gila di depannya ini.

My Stupid Boy (Complete)Where stories live. Discover now