Kepastian

445 47 15
                                    

••••••••••••❤️❤️❤️•••••••••

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

••••••••••••❤️❤️❤️•••••••••

Dewa menatap dua adiknya yang tengah main Lego. Asyik sekali sampai dia dicuekin. Mungkin karena Ara sudah lama gak main sama Dhika. Ya gak apa-apa sih. Dia bisa santai sedikit. Dari pagi sampai sore dia full nemenin Ara. Hari ini memang dia gak ada kuliah.

Baru saja Dewa mau memejamkan matanya di sofa, Dhika menarik jempol kaki Dewa. Yang punya jempol otomatis langsung teriak.

"Dhika! Sakit! Jahil banget Lo perasaan! Baru juga mau merem." Omel Dewa.

Dhika tertawa diikuti Ara.

"Mas, masih gantung juga?" Tanya Dhika.

"Apaan?"

"Ck. Pura-pura nih. Hubungan Lo sama Mas Dea tuh gimana sih? TTM? FWB (Friend With Benefit) apa gimana?"

Dewa mendelik. Tangannya spontan menggeplak pelan mulut Dhika.

"Lambemu!"

Yang digeplak ikut mendelik.

"Kasihan tahu, Mas. Lo gantungin gitu kayak gantungan kunci gak kepakai. Kelihatannya sih baik-baik aja. Dalamnya remuk."

"Maksud gue gak gitu, Dhik. Gue cuma belum yakin."

Dhika menatap kakaknya. Gak lama dia tertawa.

"Lo itu cuma bingung sama perasaan Lo sendiri. Coba deh Lo tanya sama hati Lo baik-baik. Gimana perasaan Lo ke dia? Soalnya kalau gue lihat, rasa cinta Lo ke dia itu masih ada dan gede cuma ketutup sama rasa takut Lo. Takut kalau dia bakal ngulang kesalahannya lagi."

Dewa menatap Dhika. Adiknya ini pemikirannya memang lebih dalam darinya. Cara dia menafsirkan sesuatu itu selalu bikin Dewa kagum.

"Mas, yang terluka bukan Lo doang. Dengan cara gantungin dia kayak gini, Lo termasuk udah bikin dia terluka juga."

Dea kaget pas lihat Dewa berdiri di gerbang kampusnya. Kaget campur seneng sih.

"Kamu kok disini?"

"Nungguin kamulah. Lama. Katanya pulang jam tiga. Tahunya jam setengah empat baru nongol," Sahut Dewa.

Mukanya kelihatan BT banget.

"Sorry, emang jam tiga. Cuma ada perlu sama dosen tadi. Terus kenapa gak telepon?"

"Lihat aja hape mu."

Dea meringis melihat jumlah pesan dan miss call di ponselnya.

"Maaf. Ada apa? Mau dianterin kemana?"

Kening Dewa mengkerut.

"Emang selama ini kamu merasa jadi supirku?" Tanya Dewa.

"Bukan gitu, sayangku. Aku nawarin kamu. Kok sensitif banget kamu hari ini. Lagi PMS ya?"

My Stupid Boy (Complete)Место, где живут истории. Откройте их для себя