¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
"Adikmu adalah cerminanmu dan bisa menjadi lawanmu." — Venice Kornwit Treerapanyakun
•••
Valence terlihat senang ketika kakaknya baru saja mengirimkan surat keterangan dan menjemput dirinya ruang medis kepolisian. Kali ini dia tidak menerima perawatan medis rumah sakit untuk melindungi privasi keluarga Minor. Bocah nakal itu hanya tersenyum ketika mengikuti langkah lebar kakaknya.
Yah, namun sayangnya di dalam mobil terlihat tidak ada perbincangan sama sekali.
Ya, sekarang ini Valence merasakan ngilu di tangan serta tubuhnya.
Iris mata bocah nakal itu pun melihat kearah pemandangan kota Bangkok melalui jendela mobil. Lalu ia menoleh kearah kakaknya yang terlihat acuh dengan dirinya. Hingga akhirnya Valence membuka percakapan.
"Hia, apakah Phi Sam sedang menunggu kita di safe house?" Tanya Valence pada kakaknya. "Kenapa kau hanya terdiam?"
"Apa kau tidak melihatku sedang sibuk?!" Ucap Venice pada adiknya.
Valence hanya menghela nafas ketika mendapatkan bentakan kecil dari kakaknya. "Maaf. Karena aku ingin bertanya banyak hal. Aku ingin memberitahumu banyak hal. Tapi kau selalu mengabaikan diriku."
Kali ini Venice tidak bisa berkutik ketika mendengar ucapan adiknya. Walaupun pria picik itu terlihat membenci Valence. Namun kenyataannya Venice sangat menyayangi adiknya. Tapi caranya untuk menyampaikan rasa sayang itu yang salah.
Pada dasarnya pria picik itu ingin menjadikan adiknya lebih kuat dari segi fisik maupun mental. Karena Venice tidak ingin Valence hancur dengan mental yang mudah rapuh seperti masa remajanya.
Tak lama kemudian, mereka berdua pun sudah sampai di halaman safe house keluarga Minor. Terlihat sekali bila Valence memamerkan senyumannya pada sang kakak. Namun Venice dengan sikap dinginnya menatap kesal kearah sang adik.
"Terima kasih atas tumpangan dan bantuanmu, Hia." Ucap Valence pada kakaknya.
"Keluar..."
"Oke. Aku akan tidur dengan Phi Sam." Ujar Valence tanpa dosa.
Iris mata Venice melihat kearah Valence dengan tajam. "Seharusnya aku membiarkanmu menjadi gembel di kantor polisi."
"Aku hanya bercanda." Jawab Valence pada kakaknya, lalu bocah itu teringat sesuatu. "Hia, apakah kamu bisa mengantarku pulang ke mansion ketika Mommy dan Daddy sudah kembali?"
"Baiklah. Aku akan masuk lebih dulu." Jawab Valence dan melarikan dirinya dari sang kakak.
Setelah keduanya keluar dari dalam mobil. Nang Sam sudah menyambut kehadiran suami dan adik iparnya. Ketika Valence melambaikan tangan dan ingin menaiki tangga teras. Tiba-tiba pandangan Valence buram.