Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Trauma adalah fakta kehidupan. Namun, itu tidak harus menjadi hukuman seumur hidup." — Venice Kornwit Treerapanyakun
•••
Sore hari seperti biasa, Beanie selalu di selimuti rasa kesepian ketika suaminya belum pulang dari kantor. Oleh karena itu, Beanie selalu menghabiskan waktunya untuk menonton drama favoritnya. Sekarang rutinitas Beanie hanya bisa menonton televisi dan menikmati buah ceri kesukaannya.
Arm yang baru saja dari toko bahan makanan pun bergegas menuju kearah Mansion milik Wristband. Kali ini pria cantik itu sengaja datang tanpa memberitahu Beanie terlebih dahulu. Dengan barang belanjaannya yang banyak, akhirnya pria cantik itu pun di bantu oleh beberapa pengawal.
"Nang Arm, mari saya bantu?" Ucap salah satu pengawal pada Arm.
"Baiklah. Apakah Nyonya kalian ada dirumah?" Tanya Arm pada salah satu pengawal.
"Iya, beliau ada di rumah."
Sementara itu, Beanie sibuk menonton drama sambil menghabiskan separuh buah ceri tanpa sadar. Bahkan Arm berkali-kali menekan bel ruang utama tanpa ada respon sama sekali. Pria cantik itu pun segera mengambil ponselnya dan menghubungi sang menantu.
"Ini Ibu. Sedari tadi Ibu menekan bel rumah utamamu dan tidak ada respom sama sekali. Apa kamu bertengar dengan istrimu?" Tanya Arm pada menantunya yang berada di kantor.
"Perutnya sedang tidak nyaman. Katanya dia hanya ingin makan buah di ruang keluarga. Kenapa Ibu datang tanpa menghubungiku?" Wristband penasaran ketika Ibu mertuanya datang tanpa kabar.
"Ibu hanya ingin melihat Beanie, jadinya, aku ingin datang kesini. Baiklah, bila Beanie ada di rumah. Bila perut Beanie tidak nyaman. Aku menebak bila pola makannya tidak di jaga." Jelas Arm pada sang menantu.
"Iya, aku mengerti." Pria tampan itu hanya bisa patuh akan ucapan Ibu mertuanya.
Tanpa membuang waktu, Arm segera memasuki kediaman mewah milik menantunya itu. Hingga akhirnya pria cantik itu pun melihat Beanie yang duduk santai di ruang keluarga. Iris mata Beanie pun terkejut ketika melihat Ibunya datang.
"Astaga, keras sekali volume televisinya. Sekarang kecilkam suaranya dan ikut Ibu ke dapur." Titah Arm pada sang putra.
"Baiklah." Jawab Beanie patuh dan berjalan mengikuti Ibunyan.
Sesampainya di dapur mewah itu, jemari lentik milik Arm segera membuka kulkas dan melihat beberapa bahan makanan yang terlihat kosong. Beanie hanya duduk di kursi pantry.
"Kamu hampir kehabisan daging segar?" Ucap Arm sambil melihat kearah putra kecilnya. "Aku merasa kasihan dengan cucuku yang merasakan Ibunya makan sembarangan."