Bab 6

2.2K 114 1
                                    

Karina sudah bersiap untuk pergi sore ini. Karena tidak ada janji dengan siapa pun, ia menyanggupi untuk bertemu dengan Nino. Pria itu sudah mengirim lokasi tempat untuk bertemu. 

Ojek online yang ditumpangi oleh Karina sampai di sebuah kafe. Begitu membuka pintu ia disambut dengan musik akustik, musik pengiring yang cocok untuk di kafe-kafe dengan suasana nyaman dan hangat seperti ini. 

Nino melambaikan tangan ketika mereka saling bertemu tatap. Pria itu tersenyum ke arahnya, lalu Karina menghampirinya. 

"Maaf agak lama. Tadi macet di sana, ada perbaikan jalan," ujar Karina seraya menunjuk ujung jalan pertigaan yang tadi dilaluinya. 

"Enggak apa-apa kok. Kamu mau pesen apa?" tanya Nino begitu Karina duduk di hadapannya. Ia memanggil waiter. 

Karina melihat daftar menu yang baru saja diserahkan oleh seorang waiter. Karina cukup lama memilih menu, ia mencari minuman non kopi karena mempunyai alergi terhadap kafein. 

"Gak ada minuman non kopi ya, Mas?" tanya Karina pada waiter. 

"Ada, Mbak. Ini, di paling bawah." Waiter itu menunjuk tulisan di paling bawah. 

"Oh, iya." Karina tersenyum kikuk. "Maaf, Mas. Mata saya kayaknya minusnya nambah."  

Nino tersenyum mendengar ucapan Karina. 

Karina cukup lama memilih menu karena belum menemukan minuman non kafein di sana. "Saya pesen milkshake vanilla aja." 

Waiter itu tersenyum seraya mengangguk dan menuliskan pesanan Karina. 

"Kamu gak sekalian pesan makanan?" tanya Nino. 

"Enggak. Aku baru aja makan di rumah." 

"By the way, kamu gak suka kopi?" Nino kembali bertanya karena penasaran Karina tidak memesan minuman berkopi. Padahal kafe ini terkenal dengan olahan kopinya yang nikmat.

"Aku punya alergi kafein. Jadi harus hati-hati pilih minuman." Karina menjawab seraya melipat kedua tangannya di meja. 

"Berarti kamu gak minum teh atau coklat juga?"

Karina menggeleng. "Aku pernah diam-diam minum kopi. Akhirnya alergiku kambuh, waktu itu aku sampai dibawa ke rumah sakit karena sesak napas." 

Nino mengangguk-angguk. "Saya gak tahu, padahal saya ajak ketemuan di sini biar kamu cobain olahan kopinya yang enak. Ternyata saya malah bawa kamu ke tempat yang kurang tepat."

"Enggak apa-apa, kok. Kita juga belum kenal terlalu lama. Jadi wajar aja kalau Mas Nino gak tahu." Karina memaklumi, memang banyak yang tidak tahu jika dirinya mempunyai alergi kafein. Padahal ia juga ingin sekali mencoba minuman-minuman itu, tetapi Karina harus menahan keinginannya. 

"Iya, nanti biar saya pilih tempat yang gak menyediakan minuman berkafein." 

Karina terkekeh. "Emang ada?" 

"Ada, di Jakarta. Saya pernah ke sana." 

Karina mencibir. "Jauh." 

"Gak jauh kalau lewat tol, tadi juga saya lewat tol." Nino menjawab santai. 

"Rumah Mas Nino di Jakarta?" Karina membulatkan mata. 

Nino mengangguk. "Iya."

"Terus ke sini cuma mau ketemu aku?"

Nino mengangguk lagi. "Iya."

"Ih." Karina mengernyit. "Ngapain jauh-jauh cuma buat ketemu aku?" 

Nino mengubah posisi duduknya agar lebih nyaman. "Saya gak punya kegiatan. Bosan diam di rumah, jadinya ngajak ketemu kamu. Gak ada yang marah kan kalau kita ketemuan?" 

Mengejar Cinta Bang MailWo Geschichten leben. Entdecke jetzt