Bab 23

2.2K 87 6
                                    

Mail menghempaskan tubuhnya di sofa. Ia menengadah, nanar memandangi langit-langit ruang kerjanya. Setelah Elvira meninggalkan tempat itu, semuanya menjadi kacau. Mail tidak tahu harus bagaimana menghentikan Elvira. Karena, ia tidak tahu apa yang akan dilakukan wanita itu untuk membuat dirinya dan Karina bercerai.

Mail tidak bisa membohongi perasaannya sendiri. Perasaannya pada Karina semakin hari semakin berkembang. Perasaannya pada Elvira juga tidak hilang. Bagaimana bisa ia mencintai dua orang wanita? Jika harus memilih, Mail tidak bisa memilih salah satu di antara mereka. Itu adalah sesuatu yang sangat sulit untuknya. Namun, suatu saat nanti, ia harus memilih satu di antara mereka berdua.

***

Karina sedang memilih novel di salah satu toko buku. Ia merasa jenuh di rumah, weekend seperti ini, harusnya ia jalan-jalan dengan suaminya, tetapi pria itu malah pergi ke kantor untuk mengurus sesuatu di hari sabtu ini. Katanya bisa diam di rumah seharian jika mau, buktinya dia terus berangkat saja walau kadang lebih siang daripada biasanya. Bahkan di hari libur ia masih tetap pergi ke kantor.

Ponsel Karina berdering, gadis itu menyimpan kembali buku yang sedang dilihatnya ke rak dan merogoh tasnya. 

Ia tersenyum ketika melihat telepon dari ibunya. 

"Halo, Mam." 

"Karin, kamu apa kabar? Kamu lupa ya sama Mama sama Papa? Dua hari gak telepon." Lia mencecar Karina begitu putri semata wayangnya itu menjawab telepon.

Karina tersenyum. "Baik, Ma. Ya, ampun, baru juga dua hari gak ngasih kabar, Ma."

"Mama itu belum terbiasa gak ada kamu di rumah."

"Iya, Ma. Maaf, kemarin Karin gak sempet telepon." 

"Kamu cuma di rumah, kok bisa gak sempet sih telepon Mama."

"Sekarang, Karin selalu dapat orderan desain, Ma. Lumayan lah, buat ngilangin bosen di rumah." Karina kembali memilih buku, ia membolak-balik buku yang masih tersegel itu dan membaca tulisan yang terdapat di belakang sampulnya. 

"Besok kan minggu, kamu ke sini ya sama Hardi. Mama pengen ketemu kamu, kamu gak kangen sama Mama gitu?

Karina terkekeh. "Iya, nanti aku ajak Bang Mail ke Depok." 

"Kamu lagi di mana sekarang?" 

"Aku lagi di toko buku." 

"Sama suami kamu?"

"Sendirian." Tatapan Karina berhenti pada seorang pria yang melambai padanya. Karina tersenyum sambil mengangguk. 

Nino menghampiri Karina yang tidak jauh darinya.

"Nanti aku telepon lagi ya, Ma." Karina cepat-cepat mengakhiri teleponnya bersama Lia.

"Jangan lupa, besok ke sini, ya.

"Iya, oke, bye." Karina melihat Nino semakin dekat berjalan padanya. Ibunya tidak boleh mendengar suara laki-laki bersamanya sekarang.

"Bye, Sayang."

Telepon diakhiri. Nino sudah berada di hadapan Karina sekarang. 

"Hai," sapa Nino.

Karina sedikit memaksakan senyum. "Hai."

"Kita sering banget ketemu gak sengaja kayak gini." 

Karina tertawa sumbang. "Iya, kebetulan banget, ya."

"Kamu sendirian ke sini?" tanya Nino. 

Karina mengangguk. "Bang Mail masih di kantor, jadi aku pergi sendiri."

Mengejar Cinta Bang MailWhere stories live. Discover now