Bagian 38 Last

91 12 4
                                    

"Halo, Dira, Ervi, aku tahu kalian pasti akan mencariku ke kos. Karena sebelumnya kalian juga mencariku ke sana. Maaf aku pergi dengan cara seperti ini. Sungguh aku merasa tidak nyaman saat kejadian di warung kalian beberapa bulan lalu. Saat itu Ervi mengatakan kepada kekasihnya bahwa aku mendekati Nadira. Aku merasa tidak enak hati, karena aku tidak punya niat ke arah sana sama sekali. Aku juga menyesal, karena kehadiranku membuat Ervi dan kekasihnya putus. Sungguh aku tidak ingin merusak apapun dari hidup kalian. Aku minta maaf karena melakukan kesalahan itu."

"Aku tidak mau panjang lebar, aku pergi karena merasa ini yang terbaik, juga karena tugasku di Pekanbaru sudah selesai, perusahaan sudah menyuruhku kembali ke Batam. Jujur, aku tidak siap dengan segala kemungkinan yang aku bayangkan. Aku merasa perasaan kalian berdua kepadaku akan merusak hubungan kalian. Lebih baik aku memangkas kuncup bunga itu sebelum dia benar-benar berkembang. Pergi seperti ini aku rasa jauh lebih baik."

"Tetaplah semangat dengan hidup dan perjuangan kalian, dan aku akan tetap berjuang untuk menyelesaikan masalahku sendiri. Untuk apa yang kuberikan, aku sudah mengikhlaskannya. Tapi jika kalian tetap ingin menggantinya, berikanlah ke panti asuhan atas namaku."

"Aku juga ingin kalian melupakanku, anggap saja aku debu yang telah terbang diterpa angin. Maaf karena aku memblokir nomor kalian, tolong jangan salahkan aku untuk hal yang satu ini, karena aku punya cara sendiri untuk menghapus kesedihan dari sebuah perpisahan. Terima kasih sudah mau menjadi temanku selama aku bertugas di Pekanbaru."

"Dan terakhir, berbaikanlah, aku tahu kalian dua saudara yang saling menyayangi dan menjaga satu sama lain. Berhentilah bertengkar, yang harus kalian lakukan adalah saling menurunkan ego dan memahami satu dengan yang lain. Ingatlah, malam yang gelap akan tetap berakhir dengan munculnya pagi, semua masalah akan selesai pada waktunya, yang terpenting adalah cara kalian melewati malam, cara kalian menyelesaikan masalahlah yang menentukan hasil akhir dari masalah kalian."

Ervi terduduk di bangku kasir setelah selesai membaca surat itu. Menatap kesepian warungnya dengan rasa sakit dan sedih kehilangan Ardan. Mungkin itu memang baik, rasa yang tumbuh di hatinya untuk Ardan memang harus dipangkas sedini mungkin, agar tidak menjadi masalah antara Ia dan Nadira. Ervi meluapkan rasa sedih di hatinya dengan menangis sejadi-jadinya. Menangisi masa lalunya, ayah dan ibunya, juga banyak hal berat yang ia lalui selama ini.

Juga menangisi kepergian Ardan—sahabat yang memilih pergi. Semua beban di hati Ervi, ia lepaskan siang itu bersama tangis dan air mata yang terus jatuh dari matanya. Seharusnya ia tidak mengakui rasa nyaman yang ia rasakan dari Ardan. Setidaknya hal itu tidak akan membuat Ardan merasa ada diantara dirinya dan Nadira. Mungkin dengan demikian Ardan tidak akan memblokir nomornya.

***

Matahari telah tergelincir ke ufuk barat. Meninggalkan puncak kepala untuk berjalan ke waktu sore. Ervi masih duduk di meja kasir, melihat warungnya yang sepi. Sejak pagi sudah ada tiga pelanggan yang datang, dan Ervi sangat mensyukurinya. Sejenak ia melihat ke pintu dapur. Sejak Nadira pulang tadi, adiknya itu langsung naik ke lantai dua tanpa bicara apapun. Hingga detik itu, sang adik tidak turun sama sekali.

Ervi memperhatikan sejenak pintu kaca warungnya, tidak ada pengunjung yang datang. Ia kemudian menuju pintu dapur, dan masuk ke dalam. Gadis itu memperhatikan sebentar keadaan dapurnya yang rapi. Ia kemudian memutar badan ke arah tangga dan naik ke atas menuju kamar.

Di sana Nadira masih melamun melihat ke luar jendela. Separuh hidupnya terasa pergi dibawa Ardan. Nadira benar-benar kehilangan sahabatnya, sungguh ia tidak ingin kehilangan teman sebaik Ardan. Walaupun ia tidak berharap lagi Ardan akan menjadi miliknya, tetap saja rasa kehilangan itu tidak bisa ia buang.

Saat pintu kamar terbuka, refleks Nadira menoleh, matanya dan mata Ervi seketika bertemu. Hingga akhirnya ia memilih membuang muka lagi. Ini sudah hari ketiga mereka tak saling bicara. Membuat Ervi tidak nyaman dengan keadaan. Pun Nadira yang selalu diselimuti rasa marah kepada kakaknya itu.

Kita Yang Tak Pernah Baik-Baik Saja (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang