Episode 6

23 8 4
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

Jangan lupa tinggalkan vote dan komen!

Ikutin terus sampai ending, ya!



Teng... Tong... Teng...

Jam istirahat berdentang seisi kelas langsung berhamburan keluar dari ruangan dengan ekspresi sumringah. Hanya Mey yang sedari tadi berekspresi muram, sedari pagi mood nya sudah sangat berantakan. Dan satu persatu ia membereskan alat tulisnya kedalam tas, kemudian bangkit dari tempat duduk dan bersiap-siap untuk pergi ke kantin, suara nyanyian di perut sudah mulai terdengar. Ia meringis seraya mengusap perutnya yang keroncongan, dan ia pun bergegas pergi meninggalkan ruang kelasnya.


Saat langkah Mey berada di koridor sekolah tiba-tiba ia ingin buang air kecil, karena merasa sudah berada di ujung maka ia pun langsung lari terbirit-birit pergi ke toilet. Setelah selesai menyelesaikan urusannya, untuk beberapa saat ia menatap dirinya di cermin wastafel. Ia menyentuh pipinya yang agak memar akibat tamparan oleh Sindi di pagi hari, sedih ia melihatnya. Ia meringis karena terasa perih saat ia menyentuh bagian yang memar itu, ia tak menyangka bahwa tamparan itu ternyata akan meninggalkan bekas seperti ini.

Tak bisa di bohongi kedua matanya mulai meremang, ingin rasanya ia menangis tapi ia berusaha untuk bersabar. Ia hanya bisa tersenyum saat ia membenarkan poninya, ia meratapi setiap luka yang tak pernah kunjung sembuh dan merasa hari-hari yang ia lalui sangatlah berat dan menjadikan beban tersendiri tanpa sosok penguat seperti sahabat ataupun teman.

Mey hanya bisa diam, ia tak punya nyali untuk melaporkan mereka semua yang telah melakukan perundungan terhadapnya pada guru BK. Ia merasa ketakutan jika ia harus melapor, ia sudah merasa yakin bahwa jika ia melaporkan mereka masalah ini malah akan semakin pelik dan takkan kunjung usai, atau bahkan semuanya akan menambah panjang masalah.

Mey membuang nafasnya pelan. "Apa aku benar-benar nggak pantas untuk menjadi teman mereka? Sebegitu hinakah aku hanya karena gara-gara aku jelek dan berpenampilan cupu? Padahal menurutku aku nggak seburuk itu. Alasan klasik karena fisik jika aku harus mengalami perundungan seperti ini." Mey menatap dirinya di cermin seraya bermonolog sendirian, ia mengeluarkan isi hatinya selama ini.

Krek!

Setelah merasa lebih baik dan merasa lega, ia pun menyadari bahwa ada seseorang yang baru saja menguncinya dari luar. Dengan cepat ia pun langsung berlari kemudian menggerakan gagang pintu yang sudah terkunci dengan ekspresi panik, rupanya ia kalah cepat untuk menggagalkan aksi mereka yang telah mengurungnya di dalam toilet.

"Tolong buka! Siapa di luar?!" teriak Mey bercampur panik seraya terus menggerakan gagang pintu itu.

Sementara sosok Sindi bersama Mawar hanya bisa tertawa terbahak-bahak dari luar dan saling tos satu sama lain. Dengan mengendap-endap mereka pun akhirnya pergi meninggalkan Mey yang masih bersusah payah meminta pertolongan di dalam toilet.

ZUARENZ GALAKSAWhere stories live. Discover now