Eps. 8

74 9 1
                                    

"Marsha! Akhirnya kau bangun juga! Aku akan panggilkan dokter sekarang!"

Begitu aku membuka mata, aku langsung dihadapkan oleh wajah seorang laki-laki  yang mungkin seumuran denganku. Suaranya sangat mirip sekali dengan suara yang biasa kudengar memanggil. Apakah dia yang selama ini memanggil namaku namun sulit untuk kulihat jelas dengan bagaimana wajahnya?

Ia lantas beranjak meninggalkanku guna memanggil seseorang. Seperti yang kudengar, dokter.

Ah, apa yang sebenarnya terjadi padaku? Kali terakhir kuingat aku hanya diserang oleh rasa kantuk yang amat sangat. Tapi kenapa bangun-bangun seluruh tubuhku rasanya sangat sakit sekali? Rasanya seperti aku baru saja habis dihajar sampai babak belur disekujur tubuh.

Tanganku diinfus. Perutku ada banyak sekali selang-selang yang menempel. Bahkan saluran pernapasanku juga dipasang selang.

Aku tidak dapat mengingat apapun selain kejadian janggal yang beberapa hari ini aku alami.

Dokter dan seorang perawat datang mengampiriku. Diikuti dengan laki-laki tadi yang juga mendekatiku sambil menunjukkan wajah tersenyumnya. Luar biasa. Efek senyumannya mampu membuat diriku tenang seketika. Jika didefinisikan. Laki-laki itu memiliki senyuman yang sangat menawan. Selain itu, ada dua lesung pipi yang tercetak jelas dikedua pipinya.

"Keadaanya sudah membaik. Tinggal tunggu waktu untuk pemulihan saja. Kalau begitu akan saya lepas seluruh alat bantu napasnya." ucap si dokter pada laki-laki disebelahku.

Ia mengangguk dengan tersenyum senang.

Aku hanya diam menatapnya sampai dokter dan perawat itu selesai mencabuti seluruh selang ditubuhku.

"Marsha. Syukurlah kau akhirnya bangun juga." ujar laki-laki itu begitu dokter dan perawat pergi.

"K-kau. Siapa kau sebenarnya?"

Ia tak langsung menjawab melainkan langsung menatapku seperti baru pertama kali melihat sosok yang aneh. Aku tidak mengenalinya sama sekali. Wajar saja aku bertanya.

"Kau benar-benar melupakan aku. Benar-benar lupa. Hehehe." Dia bicara begitu sambil menunduk mengangguk kemudian terkekeh. "Tak apa. Mungkin setelah ini berakhir kau pasti akan mengingat semuanya lagi. Tak apa. Aku akan tunggu saat itu tiba." Lanjutnya lagi dengan mendongak menatapku dengan tersenyum. Alih-alih tersenyum tulus aku bahkan melihatnya seperti tengah menyeringai ke arahku.

Aku tak mengatakan apa-apa. Rasanya energiku baru saja terkuras banyak sampai untuk sekedar bicara saja terasa melelahkan.

____________

Seminggu berlalu terasa begitu menyenangkan untukku. Menghabiskan waktu hanya dengan tidur-tiduran seharian setelah sekian lama waktu untukku tidur begitu banyak tersita. Dan selama seminggu penuh aku tidak lagi mendapatkan pengalaman lintas dimensi serta gangguan dari si pengirim kertas usang itu. Rasanya hidupku kembali damai seperti biasa. Namun anehnya, selama seminggu aku di rumah sakit, aku tidak lagi bertemu dengan laki-laki yang kutemui waktu itu. Ah, ya, namanya... namanya... namanya... siapa namanya? Aku bersumpah beberapa saat yang lalu aku masih ingat dengan namanya! Tapi kenapa----

"Oh, permisi. Aku kira kau sudah selesai membereskan barang-barang milikmu. Aku hanya berniat ingin membantu." Itu Oniel. Perawat yang selama ini merawatku. Ia yang lebih sering menemuiku dibanding laki-laki tak bernama itu. Sialan. Kenapa aku mendadak melupakan namanya!?

"Eum, Oniel." Kupanggil ia --tanpa embel-embel kaka karena ia yang memintanya begitu-- untuk pertama kalinya setelah selama ini aku hanya menyahut dengan singkat segala bentuk pertanyaannya dengan jawaban; ya, tidak, dan mungkin.

"Ya?" sahutnya dengan tersenyum berbalik ke arahku setelah beberapa saat merapikan ranjang yang pernah kutempati seperti semula.

"Apa kau ingat siapa orang yang pertama kali membawaku kemari?"

Ia mengernyit menatap ke arahku.

"Kau lupa?" Pertanyaan itu lagi. Aku mendengus dengan jengah.

"Ya, aku lupa. Apa kau tahu dimana dia sekarang?" tanyaku terus terang.

"Kau datang kemari sendirian. Tubuhmu penuh dengan darah. Seluruh tubuhmu remuk. Tapi kau masih bisa datang kemari dengan berjalan kaki. Kau tahu? Kau menakuti semua orang di loby pada saat itu. Mereka pikir kau zombie atau monster."

•••









Ditulis, 19 Maret 2023

Past Recording [48] | EndWhere stories live. Discover now