4

186 31 3
                                    

Mampus!

Kedua orang yang dipanggil tersebut menoleh ke arah satu sama lain.

Akhirnya Juwita yang menarik Jingga duluan untuk ke ruang guru.

Nggak, sebenernya hal kayak gini ga ngagetin.

Cuma karna yang ngelakuin ini Juwita ke Jingga, kayaknya lambeturah sekolah bakal aktif.

saat sampai diruang guru, akhirnya mereka berhadapan dengan pak mamat.

"Permisi pak bu"izin Juwita.

"Oh udah dateng, sini masuk"

Mereka datang lalu duduk di sofa ruangan tersebut.

"Kenapa nyuruh kami dateng pak?"tanya Jingga yang akhirnya buka suara.

"Gini Ji, bapak kemaren dapet banyak permintaan dari sekolah lain buat ngelakuin olimpiade bahasa Inggris, setelah bapak tanya ke anak kelas 10 sama anak kelas 11, katanya kalian pinter bahasa Inggris ya?"tanya pak Mamat.

Juwita sama Jingga mengangguk, kalau boleh jujur mereka memang pintar bahasa Inggris.

"Iya pak, saya bisa bahasa Inggris kok."ucap Jingga.

"Saya bisa tapi sekedar paham pak, kagak bisa ngomongnya."ucap Juwita.

"Ah masa bodo itumah Ju, asalkan kamu bisa bahasanya mah ayo aja, bapak daftarin ya ke olimpiadenya?"tanya pak Mamat sekali lagi

Jingga dan Juwita mengangguk bersamaan, dan Akhirnya kembali ke kelas masing-masing.

Tapi ini yang menjadi pertanyaan Juwita, sangat tidak penting namun membuatnya bertanya-tanya.

Kenapa guru mereka memanggil mereka dengan nama panjang?padahal Juwita dan Jingga juga bisa, kan?

Tapi berhenti buat mikirin itu deh Ju. Pusing juga mikirinnya.

Kini mereka sudah beristirahat. Mikaela Nanda menatap Jingga dari atas sampai bawah

"Apaan lo pada?!"sewot Jingga.

"Kok galakan lo sih?"tanya Nanda.

"Yaelah lo baru di tarik- ralat di gandeng Juwita aja udah kayak gini"ucap Mikaela.

Iyap, bener, kejadian tadi dijadiin bahan cengcengan Mikaela sama Nanda.

"Stop atau ini minuman gue siram ke lo pada?"tanya Jingga.

"Iya maaf kakak ketua Osis.."

Jingga hanya menatap mereka tajam, lalu kembali meminum Sodanya.

Ada ada aja mereka ini.

Tapi menurutnya, gadis bertubuh tinggi ini agak membuatnya tertarik.

Aish apa yang dipikirkannya eoh?!apakah jiwa jiwa-

Okay lupakan itu.

Akhirnya dia menyadari kalau Juwita memang sangat menarik.

Tidak ada yang boleh menolak hal ini, Jingga memaksa.

Tapi Jingga belum minta nomor Juwita. Mau minta duluan tapi malu.

"Jingga jangan melamun!ntar dirasukin setan!"ucapan menyebalkan itu keluar dari mulut orang yang sangat disayangi Jingga.

Dharma, jelas lah! Gabisa move on.

Jingga hanya terkekeh kecil, untuk mengurangi rasa canggung yang ia rasakan sekarang, berharap ada yang menyelamatkannya.

Salah Nanda dan Mikaela kenapa mereka meninggalkan dirinya.

Tapi beruntung Juwita lewat.

"JUWITA!"teriak Jingga membuat Juwita terkejut

Dia kira ada yang kurang dari seragamnya, ia sudah membuat seragamnya serapih ini untuk Jingga seorang.

"Juwita please dateng dong"

Akhirnya Tuhan berpihak ke dirinya, Juwita menghampirinya dengan wajah bingung.

"Hehe maaf manggilnya teriak, can i get your number?"Tanya Jingga

Ah! Itu saja?Juwita kira ada sesuatu yang terjadi pada dirinya.

"O-oh! Kirain kenapa hehe, 08-" Disaat Juwita memberikan nomornya ke Jingga, terlihat sepasang mata yang menatap keduanya.

"Everything change, Ya?Jingga?"

.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.

Setelah mendapatkan nomor Juwita, Jingga menyadari bahwa Dharma sudah pergi, ah syukurlah! Ia tak akan kuat terus terusan bersama Dharma. Menyakiti diri sendiri sungguh sangat lah tidak elite.

"Em, kenapa kak?"merasa bingung ditatap seperti itu dari Jingga, akhirnya Juwita bertanya

Sungguh tak baik untuk Jantungnya.

"Pulang bareng ya ntar?"

Bajingan, Juwita tersedak.




T O  B E  C O N T I N U E D

Ketos Galak [JITZU] Where stories live. Discover now