Happy reading.
.
Chika geram sekarang.
Ia sudah panik, takut dimarahi mama nya, eh pake segala kelewatan jalan.
"Kenapa gak bilang sih?"
"Maaf, kak. Itu kita cuma perlu puter balik aja, Apartemen Halim di sebelah kiri."
"Oh, apartemen itu, gue tau."
"Kamu tau kak?"
Chika mengangguk, "Iya, papa pernah cerita, apartemen itu punya rekan kerja nya dulu, sekarang beliau sukses bekerja di Singapore, aku rasa itu masih kepemilikan beliau, karena aku gak denger kabar kalo dipindahtangankan."
"Oh, ok." singkatnya, ia tak begitu tertarik dnegan dunia bisnis. Terlalu rumit, katanya.
Mobil abu gelap itu sudah sampai di basement apartemen Ara.
"Langsung pulang ya?" tanya Ara.
"Ya, iyalah, mau ngapain lagi gue? udah larut, ntar gue makin dicariin."
"Oh iya, dicariin mama yahh, gimana rasanya di khawatirin orang tua kak?"
"Araa.." lirihnya pelan.
"Ah, lupain aja kak,"
"U okay? Gue nginep aja ya, apa gimana?"
"Gak usah kak, nanti di marahin mama loh." tolaknya.
Chika pikir, Ara masih merasa terguncang dengan obrolan mereka tadi. Chika kembali khawatir.
"I'm okay kak, aku ngantuk deh, aku mau langsung ke unit ya? kamu hati hati dijalan."
"Ra.." panggilnya lirih.
Ara hanya tersenyum tipis.
"Hati hati ya kak, jangan ngebut." ucapnya, berlalu memasuki apartemennya.
"Ara! sebentar!" panggilnya, ia terhalang pintu mobil.
Melihat Ara sudah tak terlihat, Chika memutuskan untuk mencari parkiran untuk mobilnya, ia harus menyusul Ara, sekarang.
Setelah dirasa mobilnya sudah ditempat yang aman, Chika memasuki gedung apartemen dengan sedikit terburu. Mencoba mencari keberadaan Ara, berharap gadis itu belum jauh dari jangkauannya.
Tapi tenyata nihil, ia tidak menemukan Ara.
Ia juga lupa menanyakan berapa nomor unit apartemen gadis itu.
Chika mencoba bertanya kepada resepsionis, perihal nomor unit apartemen temannya itu.
"Mm.. permisi mbak, boleh minta tolong?"
"Iyaa mbak, silahkan, apa yang bisa dibantu?"
"Sebelumnya saya mau tanya, disini, ada penghuni bernama Ara?"
"Ara?" pekerja resepsionis itu terlihat mengetikkan sesuatu ke dalam monitornya.
"Gak ada penghuni bernama Ara, mbak, boleh tau nama lengkapnya? atau mungkin fotonya? siapa tau saya pernah lihat."
"Ah, saya gak tau nama lengkapnya sih mbak,"
"Oh maaf, saya tidak bisa bantu kalo begitu."
"Ya sudah mbak, terima kasih ya."
"Sama-sama, mbak."
.
Chika bingung sekarang, ponsel digenggaman nya itu terus berdering, menampakkan nama kontak mama nya yang sedari tadi menelponnya tapi tidak ia jawab.Pikirannya kini sedang tertuju pada keadaan Ara sekarang.
Ia mencoba menenangkan diri, ia duduk di sofa yang berada tak jauh darinya.
